Institut Seni Indonesia Denpasar melibatkan 61 tokoh seni dan kalangan dunia industri dalam menyusun Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, yang sekaligus menjadi langkah awal dalam…(Baca selengkapnya)
Kiriman : I Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)
Abstrak
Gambar Ilustrasi merupakan sebuah gambar yang mampu menerangkan peristiwa atau cerita tertentu. Sifat gambar ilustrasi adalah memperjelas secara visual sesuatu yang diterangkannya. Gambar ilustrasi yang mampu “memotret” sebuah kejadian selanjutnya bisa digunakan dalam karya cergam untuk menerangkan tahapan-tahapan cerita. Cergam atau cerita bergambar merupakan salah satu karya komunikasi visual. Cergam selalu hadir dengan memanfaatkan teks visual/gambar dan teks verbal/narasi cerita dalam menyampaikan pesan. Salah satu karya cergam yang akan dibahas sebagai mitem visual pada tulisan ini adalah karya cergam yang berjudul Bawang dan Kesuna cerita oleh Made Taro dengan ilustrasi dibuat oleh Ketut Nama. Cerita ini dipilih karena hadir secara sederhana dalam mengantarkan pembaca memahami sebuah kisah termasuk pesan moral yang terkandung di dalamnya. Cerita yang terangkai menjadi narasi utuh tersebut dalam pengungkapannya pada cergam dapat diamati struktur mitem-mitem visualnya. Cerita Made Taro, pada mitem-mitemnya diambil untuk dibuatkan gambar ilustrasi oleh Ketut Nama. Nama dalam penggalan ceritanya mengambil adegan-adegan khusus yang selanjutnya melahirkan mitem visual. Masing-masing mitem memiliki maknanya. Makna cerita dengan membaca struktur cerita ditemukan pemaknaan yang semakin mendalam. Kehadiran mitem visual dalam cergam sangat membantu pembaca dalam memahami cerita secara keseluruhan. Mitem-mitem ini sangat penting dilihat untuk memfokuskan berbagai adegan dalam cerita.
Kata Kunci:Gambar Ilustrasi, Cergam, Strukturalis Levi Strauss, Mitos
Kiriman : I Gede Ngurah Divo Sentana (Mahasiswa Jurusan Seni Karawitan FSP ISI Denpasar)
Pembimbing: I Wayan Diana Putra, S.Sn., M.Sn (Dosen Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan FSP ISI Denpasar)
Abstrak
Sekatian adalah satu bentuk lagu/gending dalam Karawitan Bali. Sekatian berkembang dan masih dimainkan secara mentradisi di Kabupaten Buleleng. Sekatian sebagai sebagai salah satu bentuk gending memiliki bentuk-bentuk kompositoris yang khas mengacu pada bentuk melodi yang berhubungan dengan struktur kolotomik kempur, kempli dan gong. Salah satu gending yang dianalisis ialah gending Sekatian Ngider Bhuana. Gending Ngider Bhuana yang dianalisis adalah gending yang disajikan oleh Sekehe Gong Eka Wakya Banjar Paketan, Buleleng. Hasil dari analisis pada gending Ngider Bhuana ialah menemukan pola tabuhan dan jajar pageh.
Kata Kunci: Sekatian, Analisa, Gending Ngider Bhuana
Abstract
Sekatian is once of Balinese Gamelan form. In traditions Sekatian developing and exist to perfomanced in Singaraja regency. Sekatian has a unique role on theirs compositions formula that is colotomics system refers to melody lines on gong cycles including kempur and kempli functuations. Anaylis is tools to knowing colotomics on melody lines in Sekatian. Gending Ngider Bhuana from Banjar Paketan Buleleng are object the research.
Ketungan merupakan alat penumbuk padi dalam kebudayaan petani di Pulau Bali. Alat yang berupa kayu yang dilubangi memanjang itu memiliki fungsi penting bagi masyarakat agraris tradisional. Akan tetapi, ketika berlangsung transformasi budaya ke arah budaya industri modern, ketungan alat penumbuknya, elu, kehilangan nilai guna. Aktivitas menumbuk padi kini sudah digantikan dengan mesin. Masyarakat Bali pada umumnya kini tidak lagi memiliki ketungan.Ketungan kini menjadi benda simbolik sebagai penanda ritual keagamaan dan diberdayakan sebagai media ekspresi seni.
Jineng adalah tempat menyimpan padi dalam kebudayaan petani di Pulau Bali. Bentuk arsitekturnya unik dengan atap melengkung ke bawah. Bangunan ini bertingkat dua, dimana tingkat atas untuk menyimpan padi dan bale-bale dibawahnya multi fungsi seperti tempat mengolah makanan dan membuat sarana upacara keagamaan. Seiring dengan tergerusnya budaya pertanian, kini jineng tidak lagi melengkapi sebuah rumah tradisional Bali, melain mengalami pergeseran fungsi. Jineng kini didandani secara estetik untuk industri pariwisata dan sebagai tempat kegiatan profan masyarakat umum.