Pemberdayaan Seni Kerawitan Klasik Bagi Generasi Muda

Kiriman :  I Gede Mawan (Dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik FSP ISI Denpasar) 

Abstrak

Tidak semua desa di Bali memiliki beragam jenis tabuh lelambatan klasik, untuk mengiringi upacara adat atau keagamaan di desanya. Demikian pula yang dialami oleh Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Desa ini tidak banyak memiliki jenis tabuh lelambatan klasik. Untuk mengatasi permasalahan ini, kami kelompok dosen dari ISI Denpasar melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam skim Ipteks bagi Masyarakat (IbM), untuk melakukan pelatihan/praktikum seni karawitan Bali di Desa Pajahan, khususnya bagi kalangan generasi mudanya. Kegiatan ini disambut positif kalangan orang tua di desa setempat, untuk mengalihkan generasi muda pada kegiatan positif yang berguna bagi masyarakat dan lingkungannya. Kegiatan pengabdian (IbM) ini juga bertujuan untuk pelestarian budaya, karena kegiatan ini memiliki misi untuk melatih generasi muda agar mampu menguasai keterampilan menabuh, khususnya tabuh lelambatan klasik. Dengan pelatihan ini, diharapkan seni tradisional lelambatan tidak punah dan dicintai generasi muda, sekaligus sebagai media untuk membangun karakter generasi muda yang baik. Teknik pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode praktek atau pelatihan secara berkelompok. Dalam pelatihan ini diberikan pemahaman tentang karawitan Bali, teknik permainan yang benar, serta lagu-lagu (gending-gending) klasik karawitan Bali. Instrukturnya berasal dari beberapa dosen dan mahasiswa yang berkompeten dalam bidang Karawitan Bali dari Program Studi Seni Karawitan FSP ISI Denpasar. Kegiatan tersebut dirancang setiap Sabtu malam, pada bulan April-Nopember 2016. Kegiatan ini dilakukan di luar jadwal perkuliahan di kampus, dilakukan secara mandiri oleh kelompok, sesekali didampingi oleh mahasiswa yang ditugaskan diluar jam kuliahnya. Sarana gamelan yang dipakai dalam pelatihan ini adalah milik desa setempat, yang telah giijinkan untuk digunakan. Hasil yang dicapai selama melaksanakan program ini, menunjukkan bahwa masyarakat setempat sangat bersemangat dan antusias yang luar biasa dalam menyerap dan menerima pelatihan yang diberikan oleh instruktur dari ISI Denpasar. Hal ini terbukti dari pelatihan yang diberikan selama kurang lebih enam bulan telah bisa menyerap materi sebanyak enam gending-gending lelambatan klasik pegongan Bali. Masyarakat berharap program ini bisa berkelanjutan agar kesenian Bali tetap berkembang tidak punah sepanjang masa.

Keyword : IbM, Pemberdayaan, Seni Karawitan Klasik, Bagi Generasi Muda.

Selengkapnya dapat unduh disini

Gamelan Gong Kebyar Mengawal Budaya Bali

Kiriman : Kadek Suartaya (Dosen Jurusan Pedalangan FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Gong kebyar adalah salah satu gamelan Bali yang sejak muncul pada 1914 atau 1915 berkembang beriringan dengan dinamika kebudayaan Bali. Sebagai sebuah simbol masyarakat, gong kebyar turut serta mengawal budaya Bali dalam segala perubahan sosio-kultural yang terentang dari era kolonial hingga sekarang. Karakteristik budaya Bali dengan sinergi agama-estetika-solidaritasnya, menyertakan gamelan gong kebyar dalam berbagai ekspresi dan aktivitasnya. Demikian pula sebaliknya, sebagai ekspresi budaya, gong kebyar menunjukkan kontribusi yang signifikan pada peristiwa dan prilaku budaya masyarakat Bali.

Kata kunci: gong kebyar, seni, budaya Bali

            Gong kebyar adalah salah satu gamelan Bali yang kini telah mendunia. Kecuali di benua Afrika yang belum terdengar keberadaannya, gamelan yang muncul pada 1914 atau 1915 ini telah menapak Eropa pada 1931 dan dalam ruang jelajah berikutnya menyebar ke benua Amerika, Asia, dan Australia. Di tanah kelahirannya sendiri, gong kebyar selain dimiliki oleh setiap desa dan atau banjar, juga oleh sanggar-sanggar seni pribadi, kantor pemerintah hingga sekolah-sekolah. Gamelan yang kini berusia seabad ini juga dapat dijumpai di penjuru Nusantara seperti di kota-kota besar Jakarta, Surabaya, dan Bandung hingga di lingkungan komunitas etnik Bali seperti di Lampung, Palu, dan tanah Papua.

            Berdasarkan sumber-sumber yang telah dipublikasikan oleh para peneliti, pada awalnya gong kebyar berkembang di Bali Utara. Kebaruan dan kecemerlangan yang diekspresikan gamelan yang dikembangan dari gamelan kuna gong gede ini, dengan cepat merebak ke seluruh Bali. Setidaknya pada 1930-an, euporia gamelan ini telah bergemuruh dalam pentas gong kebyar antar kerajaan se-Bali. Karakteristik musikal gong kebyar itu turut pula mempengaruhi prinsip-prinsip keindahan ansambel gamelan Bali yang lainnya, baik barungan gamelan yang lebih tua usianya seperti gender wayang hingga gamelan yang lebih muda seperti gamelan joged bumbung. Begitu kuatnya arus gong kebyar yang menggelinding dari Buleleng, sempat melibas keberadaan gamelan khas Bali Selatan. Sekitar 1950-1960 tidak sedikit gamelan semarapagulingan, palegongan, panyalonarangan misalnya, dilebur menjadi gamelan gong kebyar.

Selengkapnya dapat unduh disini

Eksistensi Drama Tari Genggong Desa Batuan Di Tengah Arus Global

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Dosen Jurusan Tari FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Berbagai jenis kesenian balihbalihan yang tercipta dan berkembang di Bali hingga saat ini, merupakan daya kreativitas seniman-senimannya yang unggul, sehingga garapannya mampu bertahan sepanjang masa mewarnai disetiap even-even pertunjukan seni tari khususnya, baik dalam konteks ritus keagamaan maupun sebagai tontonan/ hiburan semata. Arus global yang bergerak dengan cepat dan tanpa sekat, mempengaruhi pola pikir masyarakatnya ditakuti akan membawa aura seninya kearah pusaran kegamangan, dan pada akhirnya merusak esensi makna dari sebuah berkesenian itu sendiri. Akan tetapi, di tengah derasnya era global sekarang ini, beragam seni tradisi masih nampak geliat eksistensinya karena berkat dukungan para masyarakatnya melalui wadah organisasi seni Bali yang disebut sekaa. Sekaa-sekaa inilah sebagai ujung tombak atas keberlangsungan kehidupan berkesian di Bali dan biasanya dikoordinir melalui perseorangan, tingkat banjar, tingkat desa, puri, dan lainnya.     Genggong, sebagai seni balih-balihan yang awalnya merupakan alat gamelan yang hanya dimainkan secara solo, oleh pemuda Bali di waktu senggang, oleh pengembala, namun dalam perkembangannya mampu diwujudkan sebagai bentuk seni pertunjukan yang menarik, apik, dan harmonis terjalin dalam bingkai cerita Panji. Sampai kini, khususnya di Desa Batuan Gianyar keberadaannya kerap kali dipertontonkan sebagai sajian hiburan dikala ada upacara keagamaan di salah satu pura, serta sebagai sajian favorit seni wisata di Bali.

Kata kunci: genggong, eksistensi, Desa Batuan                                                                           

Abstrac

Various types of art Balih-balihan created and developed in Bali until today, is the creative power of his artists were superior, so that his work can last throughout the period of coloring each events dance performance in particular, both in the context of religious rites as well as mere entertainment. Global currents that move quickly and without insulation, affecting the mindset of people feared would bring the aura of his art towards the vortex of uncertainty, and ultimately destroy the essence of the meaning of an art in itself. But, in the middle of the swift current global era, a variety of traditional art is still visible stretching its existence because of the support of the community through the art of Balinese umbrella organization called sekaa. Sekaa-sekaa is spearheading the sustainability of artistic life in Bali and is usually coordinated through individual, banjar level, the village, the castle, and others. Genggong, as art balih-balihan which was originally a gamelan instrument which only played solo, youth Bali at leisure, by shepherds, but in its development can be realized as a form of performance art that is interesting, neat, and harmoniously entwined in the frame Panji stories. Until now, especially in Desa Batuan Gianyar existence is often shown as entertainment programs when there is a religious ceremony at one of the temples, as well as favorites in Bali tourist art.

Keywords: genggong, existence, Desa Batuan

selengkapnya dapat unduh disini

Bagaimana Televisi Harus Dipahami?

Kiriman : I Nyoman Payuyasa (Dosen Film & Televisi FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Media masa khususnya televisi merupakan sarana untuk menyampaikan berbagai informasi dan acara. Televisi yang sifatnya audio dan visual mampu memberikan sajian yang sangat menarik. Keterlibatan masyarakat dengan televisi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Televisi menjadi salah satu media yang sempurna bagi masyarakat untuk mendapat berbagai informasi, baik berupa hiburan maupun berita. Berbagai program acara yang ditayangkan pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Di sisi lain, keberadaan media televisi dewasa ini dinilai telah dijejali oleh informasi atau berita-berita yang menakutkan, seperti kekerasan, pencurian, pelecehan seksual, dan sebagainya. Tayangan acara hiburannyapun membawa berbagai kesan negatif. Akibatnya, televisi jika diamati seutuhnya justru menjadi momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat. Berbagai poin yang patut dikritisi dalam memahami keadaan media televisi sekarang adalah : hegemoni media massa (televisi), televisi dan lingkaran bisnis, wajah ganda televisi, dan televisi membawa dampak negatif bagi remaja. Sebagai media, program televisi wajib menayangkan sesuatu yang berguna dan bermanfaat, namun sebagai ladang bisnis, televisi berusaha meraup banyak untung tanpa mengindahkan dampak yang ditimbulkan. Banyak tayangan-tayangan yang membawa dampak kurang baik pada generasi penerus bangsa. Oleh karena itu setiap elemen masyarakat wajib mengkritisi setiap gejala yang bisa dimunculkan oleh media masa khususnya televisi.

Kata kunci : media, televisi

Selengkapnya dapat unduh disini

Kajian Estetika Busana Tari Rejang Muani Di Pura Puseh Desa Pakraman Lumbuan Kabupaten Bangli

Kiriman : Komang Eva Susanti (Mahasiswa Program Studi S-2 Penciptaan/Pengkajian Seni)

ABSTRAK

Tata busana merupakan salah satu unsur pendukung yang sangat penting untuk menunjang keindahan pada suatu karya tari. Tata busana yang baik dan benar akan dapat membantu penyampaian pesan dari sebuah karya tari. Salah satunya adalah Tari Rejang Muani, sebuah tarian sakral di Desa Pakraman (Adat) Lumbuan. Kabupaten Bangli yaitu. Tari Rejang Muani sudah berkembang selama ratusan tahun di Kabupaten Bangli. Tarian ini dilakukan oleh penari remaja laki-laki dan memiliki tata busana yang unik. Pada umumnya tari rejang menggunakan hiasan kepala, lamak ataupun selendang yang menjuntai dan diikatkan di dada penari. Namun, kostum tari Rejang Muani selendangnya diikat menyilang ditubuh. Nilai estetik pada busana tari ini dapat dilihat dari cara pemilihan warna, bentuk, ukuran sampai pada tata cara pemakaiannya. Warna selendang merah muda yang dikenakan penarinya lebih berkesan feminine dibandingkan kemaskulinan remaja pria. Kesederhanaan dan cara pemakaian busana pada tari Rejang Muani ini memperlihatkan keunikan tersendiri. Meskipun tata busana tarian ini sederhana, tetapi tidak mengurangi pesan dan makna kesakralan dari tariannya.

Kata Kunci : Kesederhanaan, Selendang, Menyilang, Sakral.

Selengkapnya dapat unduh disini

Melihat Bali Melalui Poster See Bali

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual)

Abstrak

See Bali yang berarti melihat Bali adalah poster yang di buat tahun 1939 oleh J. Korver. Poster ini digunakan sebagai media yang representatif dalam memperlihatkan budaya dan keindahan alam yang terdapat di Bali. Poster ini dibuat atas permintaan pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan untuk memperlihatkan Bali yang eksotik dan dengan suasana alam yang indah kepada masyarakat luas, khususnya para orientalis di Eropa. Poster See Bali yang menunjukkan budaya dan keindahan Bali, berdampak pada citra Bali yang eskotik dan istimewa, yang tepat bagi orang Barat untuk mencari surga di Timur.

Pulau Bali menjadi berita di dunia Barat sebagai pulau yang indah, dengan penekanan khusus pada daya tarik sensualitasnya. Semua orang tahu bahwa gadis-gadis Bali bertubuh indah dan bahwa kehidupan penduduknya penuh dengan upacara yang menakjubkan. Gambaran kehidupan tentang wanita Bali dengan busana kemben dan bertelanjang dada, menjadi sangat menarik bagi dunia Barat.Tujuan Belanda melalui poster ini berhasil, terlihat dari poster yang ditampilkan telah mampu memperlihatkan citra tentang Bali yang didambakan oleh para wisatawan. Dampak poster tersebut dalam pariwisata adalah meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali.

Kata Kunci: Eksotik, Indah, Surga di Timur, Telanjang dada.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...