Pembukaan Pengenalan Kegiatan Akademik dan Kemahasiswaan (PKAK) ISI Denpasar 2009

Pembukaan Pengenalan Kegiatan Akademik dan Kemahasiswaan (PKAK) ISI Denpasar 2009

IMG_67101-copy Denpasar-Setelah rentetan acara Pendaftaran mahasiswa baru ISI Denpasar, Testing  Masuk dan Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Baru ISI Denpasar yang telah berlalu,  Maka pada hari Rabu(26/8) dilaksanakan Acara Pembukaan Pengenalan Kegiatan  Akademik dan Kemahasiswaan ISI Denpasar Tahun 2009 yang dilangsungkan di gedung  Natya Mandala ISI Denpasar, yang tampak hadir Rektor ISI Denpasar, Para Pembantu  Rektor, Dekan kedua Fakultas, Jajaran Struktual, Kepala Biro Akademik dan  Kemahasiswaan, Dosen, Pegawai, Panitia dan Calon Mahasiswa baru. Acara ini  rencananya akan berlangsung dari tanggal 25-31 2009 dan rencananya dilanjutka dengan  Kegiatan Kersos (Kerja Sosial) dimana untuk FSRD akan dilaksanakan di Baturiti dan  untuk FSP dilaksanakan di Klungkung.

Menurut Ketua Panitia sekaligus Pembantu Rektor III ISI Denpasar Drs. I Made Subrata, MSi jumlah calon mahasiswa baru yang mengikuti kegiatan adalah 209 orang, dengan Perincian Fakultas Seni Pertunjukan 70 (Tari 34, Karawitan 28 dan Pedalangan 8 orang), sedangkan Fakultas Seni Rupa dan Desain berjumlah 139 orang(Seni Rupa Murni 36, Desain Interior 25, DKV 75 dan Kriya Seni 5 orang). Acara penerimaan mahasiswa baru di ISI Denpasar disesuaikan dengan aturan yang diamanatkan oleh DIKTI Depdiknas yang menganjurkan untuk menghindari tindakan keras dan berbau “balas dendam”. Acara akan diarahkan lebih ke akademis berupa ceramah, pengenalan kampus, tata cara perkuliahan, kewirausahaan, kelembagaan mahasiswa dan lainnya. Semoga dengan pengarahan ini calon mahasiswa lebih mengembangkan sikap dan pola akademis dalam mengasah kemampuan intelektual seni dan desain sesuai dengan bidang ilmunya. Uniknya acara ini akan ditutup dengan “Pawintenan Saraswati” pada Hari Senin (31/8).

Senada dengan yang disampaikan oleh Subrata, Rektor ISI Denpasar Prof. Dr.  I Wayan Rai S., MA menyambut gembira dan mengucapkan selamat datang bagi calon-calon mahasiswa Baru.  Memang untuk acara pengenalan akademik dan kemahasiswaan tahun ini dititik beratkan kepada apa yang telah digariskan oleh DIKTI yaitu Pengembangan Pendidikan Nasional lewat Renstra Pendidikan Nasional yang bertemakan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Implementasi dari semua ini dapat dilihat dalam acara pengenalan akademik ini dimana unsur-unsurnya dapat dilihat dari Olah Kalbu (Ketuhanan), Olah Pikir(kecerdasan intelektual), Olah Rasa(pergaulan & etika) dan Olah Raga (kesegaran Jasmani). Yang paling penting dalam kegiatan ini juga memberikan ceramah tentang kewirausahaan, dimana pada saat sekarang ini industri kreatif sangat berkembang, diharapkan lulusan ISI Denpasar tidak hanya mencari kerja, tapi dapat membuka lapangan kerja baru sesuai dengan bidang ilmunya. Juga terdapat pengarahan pengembangan Soft Skill atau keahlian tambahan diluar bidang ilmunya yang didapat di kampus. Semua ini bermuara kepada komitmen ISI Denpasar untuk meluluskan lulusan yang mumpuni di bidang seni dan desain tapi juga bermoral, profesional, mempunyai wawasan entrepreneur, networking, sehat jasmani-rohani dan berjiwa sosial. Setelah pembukaan Prof. Rai juga memberikan ceramah dengan judul “Paradigma Pendidikan Tinggi Seni Indonesia” yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru dengan semangat.

Acara tersebut berlangsung dengan khidmat, tampak wajah-wajah mahasiswa baru dengan “dandanan” khasnya. Semoga ini merupakan modal bagi ISI Denpasar untuk mewujudkan visi dan misinya.

Puluhan Dosen ISI Denpasar Mengikuti Penataran Terapan AA

Puluhan Dosen ISI Denpasar Mengikuti Penataran Terapan AA

Foto-Bersama-Rektor-ISI-dng-Ketua-BPM-UnudDenpasar– Sebanyak 25 dosen yang terdiri dari 12 dosen dari Fakultas Seni Pertunjukan dan 13 dosen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain), mengikuti penataran program pendekatan terapan (Applied Approach) atau biasa dikenal dengan AA. Menurut ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) ISI Denpasar, Drs. I Wayan Gulendra,  M.Sn., pelatihan Program Pelatihan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) dan AA adalah salah satu usaha lembaga untuk meningkatkan mutu dosen yang profesional dalam melakukan proses pembelajaran, selain melalui peningkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi dosen dalam memahami berbagai teori pembelajaran yang seharusnya dipahami dan dilaksanakan secara baik dan benar dalam pembelajaran. Paradigma pendidikan telah mengalami perubahan yang sangat pesat, dengan adanya rekonstruksi kurikulum yang berbasis kompetensi. Cara pembelajaran yang terencana baik metode maupun pemilihan media pembelajaran dengan penggunaan teknologi informasi. Pemahaman metode dan media pembelajaran sangat penting bagi para dosen, karena pembelajaran merupakan satu proses interaksi yang sistematis untuk mencapai proses perubahan peningkatan intelektual dan pola tindak bagi peserta didik.

Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A saat membuka acara Pelatihan AA menyampaikan, pengertian kompetensi sebagaimana dijabarkan dalam Kepmendiknas adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi itu sendiri meliputi: (1) kompetensi dalam artian memiliki kepribadian yang terpuji; (2) kompetensi dalam penguasaan ilmu dan ketrampilan; (3) kompetensi dalam arti kemampuan berkarya atau bekerja jika kelak setelah mereka menamatkan perkuliahan; (4) kemampuan untuk bersikap dan berprilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; dan, (5) kemampuan untuk memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Kompetensi juga berarti kecakapan hidup (life skill) yaitu kompetensi riil yang diharapkan oleh mahasiswa kelak kalau mereka menjadi sarjana, baik dalam pola kompetensi dasar maupun instrumental.

Program Pendekatan Terapan (Applied Approach) berlangsung dari tanggal 25 – 27 Agustus 2009 yang bekerjasama dengan Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Udayana, diantaranya Prof. Dr. Windia, Prof. Aron Mbete, Prof. Nyoman Norken, Dr. Nyoman Rai, Dr. Gd. Wijana, Prof. Ketut Sudibya, Dr. M. Alit Karyawan, Prof. Sayang Yupardi, Dr. W. Simpen serta Dr. I Nengah Sujaya.

Asti Pertiwi Memukau Pengunjung Pameran Pendidikan Nasional 2009 Di Jakarta

Asti Pertiwi Memukau Pengunjung Pameran Pendidikan Nasional 2009 Di Jakarta

Laporan Tisna Andayani

Asti Pertiwi

Asti Pertiwi

Semangat dari ibu-ibu yang merupakan gabungan dari para Dosen, pegawai termasuk mahasiswi ISI Denpasar ini memang patut diancungi jempol! Dari sekian banyak kegiatan yang ada di ISI Denpasar kehadiran ASTI  Pertiwi mampu memberikan nuansa baru bagi para penontonnya. Termasuk penampilan mereka di Ajang Pameran Pendidikan Nasional 2009 tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2009, yang bertempat di halaman Gedung DEPDIKNAS Jakarta. Persiapan sudah dilakukan sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan rombongan ASTI Pertiwi, bahkan ibu-ibu merelakan jam makan siangnya dipercepat guna memenuhi target latihan. Tapi sekali lagi semangat mereka sungguh luar biasa! Diluar kesibukan mereka untuk menjalankan kewajibannya sebagai ibu rumah tannga mereka juga harus menunaikan tugasnya sebagai seorang PNS dan juga ikut maseka (istilah bali yang digunakan untuk sebuah perkumpulan) di ASTI Pertiwi ini.

Menjelang keberangkatan 56 orang terdiri dari anggota, pembina sekaligus crew ASTI Pertiwi mengadakan persembahyangan bersama di Pura ISI Denpasar memohon petunjuk serta perlindungan Beliau semoga perjalanan ASTI Pertiwi ke Jakarta berjalan lancar dan dapat melakukan pementasan secara maksimal. Pada saat-saat latihan terakhir kami benar-benar mempersiapkan diri baik dalam menyatukan gamelan yang kita mainkan dengan beberapa tarian diantaranya Tari Pendet yang dibawakan oleh anak-anak siswi SLB dibantu juga oleh mahasiswi ISI Denpasar. Yang agak sulit adalah membawakan iringan untuk Tari Satya Brasta karena sebelumnya ibu-ibu ASTI  Pertiwi belum pernah membawakannya, tetapi dengan latihan yang extra kami semua akhirnya menguasai iringan tersebut. Dan yang paling menarik ibu-ibu ASTI Pertiwi juga mejangeran (menyanyi sambil menari) para pembina yang terdiri dari bapak-bapak dosen karawitan juga tidak mau kalah karena mereka juga turut serta mejangeran.

Di Akhir pementasan ASTI Pertiwi di Jakarta kali ini, juga dimeriahkan oleh para dosen dan juga mahasiswi yang menyanyikan lagu Kebyar-kebyar ciptaan alm.Gombloh, lagu kenangan Kisah-kasih di Sekolah dan juga lagu wajib Insan Mandiri yang sedang disosialisasikan oleh DEPDIKNAS yang diharapkan mampu dinyanyikan oleh seluruh generasi muda Indonesia. Mendiknas, Bapak Prof Dr. Bambang Sudibyo MBA juga menyanyikan sebuah lagu dengan judul “ My Way “ diiringi oleh bapak-bapak Profesor dan juga para Doktor dilingkungan DEPDIKNAS yang tergabung dalam De’Monev band. Beliau mengatakan bahwa dari lagu ini beliau mendapatkan sebuah filosofi bagi perjalanan hidupnya yakni “Long Life Learning” yang beliau terjemahkan sebagai berikut “Tidak ada kata terlambat bagi kita semua untuk terus belajar dan belajar disepanjang hidup kita. Hendaknyalah generasi muda kita tetap semangat untuk belajar demi masa depan yang gemilang”. Prof. Dr. Bambang Sudibyo MBA mengakhiri nyanyian beliau dengan menyanyikan sebuah lagu tradisional Jawa (matembang) yang berisi tentang wejangan kepada seluruh generasi muda penerus bangsa Indonesia.

Rasa lelah kami semuanya sirna disaat kami mendapat applause yang meriah dari para pengunjung pameran, rasa lapar bisa kami ibaratkan terbayar dengan tepuk tangan penonton siang itu. Tidak sia-sia perjuangan para ibu-ibu ini menempuh perjalanan sepanjang Bali – Jakarta yang menempuh 2 hari 1 malam bahkan salah satu bis kami tepatnya bis 2 mengalami kerusakan di Semarang sehingga harus menempuh 41 jam hingga bisa sampai di Jakarta keluh Liz salah seorang mahasiswi dharmasiswa dari London yang kebetulan berada di bus 2. Tapi kembali kepuasan kami bisa menampilkan ASTI Pertiwi di Jakarta adalah sebuah prestasi yang gemilang. Mudah-mudahan semangat ini akan selalu terjaga dan tentunya kami semua berharap Bapak Rektor ISI Denpasar tetap memberikan kepercayaannya kepada kami dan siap untuk berlaga di ajang Internasional sesuai dengan motto “Go International” yang sedang digalakkan oleh bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S, MA. Bagaimana ibu-ibu ASTI Pertiwi, tentunya sudah tidak sabar lagi untuk bisa Go International?

ISI Denpasar Go Internasional melalui Asia Tenggara dan Asia

ISI Denpasar Go Internasional melalui Asia Tenggara dan Asia

Denpasar (Arba Wirawan)

Rektor ISI di Kamboja, dan Prof. Koichi Minagawa (951 x 272)Pelaksanaan Tumpek Landep Sabtu (15/8) di kampus ISI Denpasar terasa lain dari hari biasanya, di ruang perpustakaan FSRD dihaturkan sesaji kepada Hyang Widhi Wasa agar mendapat anugerahnya. Ditengah pelaksanaan tumpek Landep Rektor ISI Denpasar, Prof I Wayan Rai.,S.MA, menerima kunjungan Profesor Koichi Minagawa Kanda University Jepang, yang melakukan pembicaraan lebih detail akan dilaksanakannya kunjungan ISI Denpasar ke Kanda University Jepang pada bulan Nopember tahun ini.

Selain sebagai ajang promosi kunjungan delegasi ISI Denpasar ke luar negeri seperti Songkla Rajabath University Thailand dan Suratani University Thailand adalah merupakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, peningkatan akademis penelitian dan pengajaran berupa kesempatan seminar internasional dosen dan bahkan mahasiswa.

Sebagai gambaran pada tanggal (1-5/8) Rektor ISI Denpasar diundang oleh menteri Kebudayaan Kamboja melalui Rektor RUFA Kamboja untuk berkunjung, dan seminar dengan topik “The Relationship Between Indonesia and cambodia (Past, Present, and future), setelah sebelumnya menteri Kebudayaan Kamboja berkunjung ke ISI Denpasar, dan telah dilakukan penandatanganan MoU Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik dan menteri Kebudayaan Kamboja. Ketika menteri Kamboja melakukan kunjungan ke ISI Denpasar beliau terkesan dengan aktivitas kampus ISI. Undangan seminar ini juga merupakan hasil MoU dari ISI Denpasar dan RUFA Kamboja pada tahun 2007, yang dihadiri pejabat menteri, pejabat tinggi dan pejabat dari RUFA.

”Pihak kementerian Kebudayaan Kamboja dalam programnya kedepan akan mengambil bentuk proses belajar dan mengajar di ISI Denpasar, pada intinya berkiblat ke ISI” kata Rai. ”Pada pertemuan tersebut juga disepakati realisasi inplementasi ISI-RUFA berupa, pertukaran mahasiswa dan dosen, penerbitan artikel MUDRA edisi spesial dalam bahasa inggris, penelitian bersama, pertukaran dan pertunjukan seni budaya bersama,tambah Rai.

ISI Denpasar selain membuka jaringan kerjasama di berbagai perguruan tinggi luar negeri juga mlaksanakan MoU dengan KBRI seperti Phnon Phen, bidang seni budaya, KBRI Paris mengirimkan Kariasa dan Gde Oka Surya Putra, KBRI Moskow I Wayan Beratha dan KBRI Slovakia I Wayan Wija S.Sn. Semua ini merupakan implementasi visi ISI Denpasar Go Internasional.

Keberhasilan Rekor Isi Denpasar membuka jaringan pada era global ini merupakan poin penting dalam membangun ISI semakin cepat sukses membawa visi, yang harus diimbangi kerjakeras oleh civitas akademika ISI untuk meningkatkan akuntabilitas dosen, sehingga dapat membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.

Kiri Foto bersama Rektor ISI Dps, Pejabat Kedutaan RI-Kamboja dan Pejabat RUFA Kamboja (1-5/8), Kanan Foto bersama Profesor Koichi Minagawa, Kanda University dengan Rektor ISI , Dekan FSRD Dra Ni Made Rinu, dan pejabat struktural Sabtu (15/8), setelah menyaksikan acara Tumpek Landep di kampus FSRD ISI Denpasar

Penerapan Metode Group Investigation Untuk Meningkatkan Standar Kompetensi Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Metode Penelitian I

Oleh: Hendra Santosa

Mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan tersebut tidak lagi merupakan keputusan jangka pendek yang bersifat insidental. Dewasa ini dosen lebih dituntut sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan empat macam tugas, yaitu: Merencanakan, Mengatur, Mengarahkan dan Mengevaluasi (Davies, 1971). Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran seorang dosen perlu mengadakan keputusan-keputusan, misalnya metode apa yang harus dipakai untuk mengajar, alat-alat apakah yang diperlukan untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengajar yang baik dalam proses pembelajaran tidak akan menggunakan hanya satu metode, tetapi penggunaan lebih dari satu metode secara bervariasi. Variasi metode dalam pembelajaran tidak hanya terbatas pada dua metode tetapi juga bisa lebih. Di samping itu, berlangsungnya proses pembelajaran paling tidak ditentukan oleh dua hal, yaitu kesiapan dosen sebagai pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Hal ini menyiratkan, baik dosen maupun mahasiswa mempunyai tangung jawab terhadap pencapaian tujuan belajar. Dosen memiliki tanggung jawab untuk membuat setiap pembelajaran positif dan produktif untuk mahasiswa. Dalam konteks ini, proses pembelajaran tidak hanya semata-mata diarahkan kepada apa yang harus dipelajari/dikuasai oleh mahasiswa, akan tetapi bagaimana mahasiswa belajar juga sangat penting (Padmadewi, 2007 :7).

Penerapan metode konvensional (demontrasi dan ceramah) dalam proses pembelajaran di lingkungan Program Studi Seni Karawitan, secara umum masih menggambarkan praktek-praktek pendidikan yang bersifat otoriter, pendidikan berpusat pada guru, menjejalkan isi kurikulum yang kurang memenuhi kebutuhan anak didik, tidak adanya komunikasi  interaktif antara guru dan siswa, murid dituntut menghafal secara akademis, guru cenderung bercerita menceritakan pelajaran, murid mendengarkan. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan tidak ubahnya seperti kegiatan menabung, murid adalah celengannya, guru adalah penabung, yang terjadi bukannya proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan-pernyataan dan mengisi “tabungan” yang diterima, dihafal, diulangi dengan patuh oleh musrid. Inilah konsep pendidikan “gaya bank, murid hanya berada pada posisi menerima dan menyimpan, sebagai pengumpul barang-barang simpanan. Pada akhirnya manusia sendiri yang disimpan karena miskinnya daya cipta, daya ubah dan pengetahuan (Santiyasa, 2007:3).

Group Investigation, merupakan salah satu diantara beberapa metode pengajaran  inovatif yang  akan diujicobakan dalam proses belajar mengajar di lingkungan Program Studi Seni Karawitan ISI Denpasar, khsusnya dalam mata kuliah Metode Penelitian. Group investigation (GI) merupakan salah satu metode dari pembelajaran kooperatif. Metode ini sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dibandingkan dengan metode lain dalam pembelajaran kooperatif (Padmadewi, 2007:21). Secara substansial,  hal yang ditawarkan dalam metode ini adalah, suatu bentuk proses belajar mengajar dengan melibatkan mahasiswa sejak perencanaan, baik dalam penentuan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Pada awal perkuliahan, para mahasiswa akan dibekali dengan aspek teoritis (keilmuan) tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Metodologi Penelitian, dengan sasaran akhir mahasiswa mempunyai kompetensi dalam melakukan penelitian lapangan (field research) maupun dalam menyusun laporan akhir hasil penelitian. Aktualisasi dari pemahaman aspek teoritis tersebut akan diimplementasikan lewat sudi lapangan (field resarch). Untuk keperluan tersebut, akan ditentukan beberapa topik (dengan melibatkan mahasiswa) tentang berbagai fenomena seni budaya yang akan diinvestigasi. Dalam penerapan metode investigasi ini, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, beranggotakan 3-5 orang mahasiswa. Masing-masing anggota kelompok dengan karakteristik yang berbeda (heterogen) yang didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para mahasiswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Selengkapnya silahkan unduh disini

ESTETIKA POSTMODERN DALAM MUSIK KONTEMPORER DI BALI

Oleh: I Gede Arya Sugiartha

Seni dewasa ini tidak hanya dipahami sebagai produk rasa, melainkan juga mencerminkan kemampuan intelektual manusia. Pada mulanya seniman jarang menjadikan seni sebagai wacana, ia lebih banyak mencipta dan melakukannya. Namun merujuk pada pemahaman yang terus berkembang dan munculnya filsafat ilmu pengetahuan modern, banyak filsuf professional maupun seniman mulai membicarakan makna “seni”, “pengalaman estetik”, “kebenaran artistik”, yang dipergunakan dalam wacana-wacana seni. Namun satu hal yang paling mengejutkan adalah betapa sulitnya para filsuf dan seniman membuat batasan-batasan istilah dalam seni, karena ketika menganalisis apa yang mereka maksudkan hasilnya sering tidak konsisten pertautannya, sehingga perlu dipahami secara mendalam.

Salah satu misalnya wacana tentang seni dan keindahan. Pendapat yang paling bersahaja dan sering kita dengar bahwa semua yang indah adalah seni, atau sebaliknya bahwa semua seni itu indah dan yang tidak indah bukanlah seni; kejelekan berarti ketiadaan seni. Identifikasi seni dan keindahan seperti ini adalah dasar dari kesukaran kita dalam memberikan apresiasi terhadap seni. Bahkan pada orang-orang yang nyata-nyata sensitif terhadap segi-segi estetikpun anggapan ini merupakan sensor yang tidak disadari pada saat berhadapan dengan hasil seni yang kebetulan tidak indah. Baik pandangan historis yang meneliti bagaimana hasil-hasil seni di masa silam maupun pandangan sosiologis dengan memahami bagaimana manifestasi seni sekarang ini di berbagai tempat di dunia ternyata bahwa hasil seni sering merupakan sesuatu yang tidak indah.

Pada musik kontemporer misalnya, kita sering dihadapkan pada kenyataan bahwa musik komtemporer tidak selalu bisa kita nikmati sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan. Bahkan sebaliknya banyak karya-karya musik kontemporer membuat penontonnya jengkel, bosan, bahkan marah yang berakhir dengan kecaman. Namun apakah yang demikian itu tidak bisa kita golongkan kedalam sebuah karya seni, inilah pertanyaan yang akan ditelusuri lewat pemikiran baru, lewat paradigma baru sebagai dampak arus perkembangan intelektual manusia masa kini.

Dalam tulisan ini saya akan melakukan kajian estetika pada dua karya musik yang lahir di Bali yaitu “Mule Keto” (1987) dan “Gerausch” (2005). Kedua karya ini, sesuai dengan yang diperkenalkan oleh penciptanya adalah karya musik yang digarap dengan konsep komtemporer. Namun demikian kedua karya ini memiliki perbedaan orientasi dalam memaknai dan menerapkan konsep kontemporer, yang satu berubah secara bertahap dalam bingkai yang lentur sedangkan yang satu melakukan perubahan radikal, bahkan melampau batas-batas konseptual sebuah karya musik. Karya yang satu dapat memberikan rasa senang, sedangkan yang satu menjengkelkan, kenapa? Inilah permasalahan yang dicoba dibahas dengan menggunakan prinsip dan alur pemikiran postmodern. Bersandar pada pendapat bahwa seni adalah bagian dan unsur terpenting dari kebudayaan, maka dengan mencoba memahami kerangka berfikir setiap era/jaman (pra modern, modern, postmodern), maka kehadiran seni yang kebetulan tidak menyenangkan dapat dijelaskan.

Selengkapnya dapat diunduh disini

Loading...