by admin | Aug 18, 2009 | Berita
Laporan Tisna Andayani
Asti Pertiwi
Semangat dari ibu-ibu yang merupakan gabungan dari para Dosen, pegawai termasuk mahasiswi ISI Denpasar ini memang patut diancungi jempol! Dari sekian banyak kegiatan yang ada di ISI Denpasar kehadiran ASTI Pertiwi mampu memberikan nuansa baru bagi para penontonnya. Termasuk penampilan mereka di Ajang Pameran Pendidikan Nasional 2009 tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2009, yang bertempat di halaman Gedung DEPDIKNAS Jakarta. Persiapan sudah dilakukan sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan rombongan ASTI Pertiwi, bahkan ibu-ibu merelakan jam makan siangnya dipercepat guna memenuhi target latihan. Tapi sekali lagi semangat mereka sungguh luar biasa! Diluar kesibukan mereka untuk menjalankan kewajibannya sebagai ibu rumah tannga mereka juga harus menunaikan tugasnya sebagai seorang PNS dan juga ikut maseka (istilah bali yang digunakan untuk sebuah perkumpulan) di ASTI Pertiwi ini.
Menjelang keberangkatan 56 orang terdiri dari anggota, pembina sekaligus crew ASTI Pertiwi mengadakan persembahyangan bersama di Pura ISI Denpasar memohon petunjuk serta perlindungan Beliau semoga perjalanan ASTI Pertiwi ke Jakarta berjalan lancar dan dapat melakukan pementasan secara maksimal. Pada saat-saat latihan terakhir kami benar-benar mempersiapkan diri baik dalam menyatukan gamelan yang kita mainkan dengan beberapa tarian diantaranya Tari Pendet yang dibawakan oleh anak-anak siswi SLB dibantu juga oleh mahasiswi ISI Denpasar. Yang agak sulit adalah membawakan iringan untuk Tari Satya Brasta karena sebelumnya ibu-ibu ASTI Pertiwi belum pernah membawakannya, tetapi dengan latihan yang extra kami semua akhirnya menguasai iringan tersebut. Dan yang paling menarik ibu-ibu ASTI Pertiwi juga mejangeran (menyanyi sambil menari) para pembina yang terdiri dari bapak-bapak dosen karawitan juga tidak mau kalah karena mereka juga turut serta mejangeran.
Di Akhir pementasan ASTI Pertiwi di Jakarta kali ini, juga dimeriahkan oleh para dosen dan juga mahasiswi yang menyanyikan lagu Kebyar-kebyar ciptaan alm.Gombloh, lagu kenangan Kisah-kasih di Sekolah dan juga lagu wajib Insan Mandiri yang sedang disosialisasikan oleh DEPDIKNAS yang diharapkan mampu dinyanyikan oleh seluruh generasi muda Indonesia. Mendiknas, Bapak Prof Dr. Bambang Sudibyo MBA juga menyanyikan sebuah lagu dengan judul “ My Way “ diiringi oleh bapak-bapak Profesor dan juga para Doktor dilingkungan DEPDIKNAS yang tergabung dalam De’Monev band. Beliau mengatakan bahwa dari lagu ini beliau mendapatkan sebuah filosofi bagi perjalanan hidupnya yakni “Long Life Learning” yang beliau terjemahkan sebagai berikut “Tidak ada kata terlambat bagi kita semua untuk terus belajar dan belajar disepanjang hidup kita. Hendaknyalah generasi muda kita tetap semangat untuk belajar demi masa depan yang gemilang”. Prof. Dr. Bambang Sudibyo MBA mengakhiri nyanyian beliau dengan menyanyikan sebuah lagu tradisional Jawa (matembang) yang berisi tentang wejangan kepada seluruh generasi muda penerus bangsa Indonesia.
Rasa lelah kami semuanya sirna disaat kami mendapat applause yang meriah dari para pengunjung pameran, rasa lapar bisa kami ibaratkan terbayar dengan tepuk tangan penonton siang itu. Tidak sia-sia perjuangan para ibu-ibu ini menempuh perjalanan sepanjang Bali – Jakarta yang menempuh 2 hari 1 malam bahkan salah satu bis kami tepatnya bis 2 mengalami kerusakan di Semarang sehingga harus menempuh 41 jam hingga bisa sampai di Jakarta keluh Liz salah seorang mahasiswi dharmasiswa dari London yang kebetulan berada di bus 2. Tapi kembali kepuasan kami bisa menampilkan ASTI Pertiwi di Jakarta adalah sebuah prestasi yang gemilang. Mudah-mudahan semangat ini akan selalu terjaga dan tentunya kami semua berharap Bapak Rektor ISI Denpasar tetap memberikan kepercayaannya kepada kami dan siap untuk berlaga di ajang Internasional sesuai dengan motto “Go International” yang sedang digalakkan oleh bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S, MA. Bagaimana ibu-ibu ASTI Pertiwi, tentunya sudah tidak sabar lagi untuk bisa Go International?
by admin | Aug 17, 2009 | Berita
Denpasar (Arba Wirawan)
Pelaksanaan Tumpek Landep Sabtu (15/8) di kampus ISI Denpasar terasa lain dari hari biasanya, di ruang perpustakaan FSRD dihaturkan sesaji kepada Hyang Widhi Wasa agar mendapat anugerahnya. Ditengah pelaksanaan tumpek Landep Rektor ISI Denpasar, Prof I Wayan Rai.,S.MA, menerima kunjungan Profesor Koichi Minagawa Kanda University Jepang, yang melakukan pembicaraan lebih detail akan dilaksanakannya kunjungan ISI Denpasar ke Kanda University Jepang pada bulan Nopember tahun ini.
Selain sebagai ajang promosi kunjungan delegasi ISI Denpasar ke luar negeri seperti Songkla Rajabath University Thailand dan Suratani University Thailand adalah merupakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, peningkatan akademis penelitian dan pengajaran berupa kesempatan seminar internasional dosen dan bahkan mahasiswa.
Sebagai gambaran pada tanggal (1-5/8) Rektor ISI Denpasar diundang oleh menteri Kebudayaan Kamboja melalui Rektor RUFA Kamboja untuk berkunjung, dan seminar dengan topik “The Relationship Between Indonesia and cambodia (Past, Present, and future), setelah sebelumnya menteri Kebudayaan Kamboja berkunjung ke ISI Denpasar, dan telah dilakukan penandatanganan MoU Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Jero Wacik dan menteri Kebudayaan Kamboja. Ketika menteri Kamboja melakukan kunjungan ke ISI Denpasar beliau terkesan dengan aktivitas kampus ISI. Undangan seminar ini juga merupakan hasil MoU dari ISI Denpasar dan RUFA Kamboja pada tahun 2007, yang dihadiri pejabat menteri, pejabat tinggi dan pejabat dari RUFA.
”Pihak kementerian Kebudayaan Kamboja dalam programnya kedepan akan mengambil bentuk proses belajar dan mengajar di ISI Denpasar, pada intinya berkiblat ke ISI” kata Rai. ”Pada pertemuan tersebut juga disepakati realisasi inplementasi ISI-RUFA berupa, pertukaran mahasiswa dan dosen, penerbitan artikel MUDRA edisi spesial dalam bahasa inggris, penelitian bersama, pertukaran dan pertunjukan seni budaya bersama,tambah Rai.
ISI Denpasar selain membuka jaringan kerjasama di berbagai perguruan tinggi luar negeri juga mlaksanakan MoU dengan KBRI seperti Phnon Phen, bidang seni budaya, KBRI Paris mengirimkan Kariasa dan Gde Oka Surya Putra, KBRI Moskow I Wayan Beratha dan KBRI Slovakia I Wayan Wija S.Sn. Semua ini merupakan implementasi visi ISI Denpasar Go Internasional.
Keberhasilan Rekor Isi Denpasar membuka jaringan pada era global ini merupakan poin penting dalam membangun ISI semakin cepat sukses membawa visi, yang harus diimbangi kerjakeras oleh civitas akademika ISI untuk meningkatkan akuntabilitas dosen, sehingga dapat membawa kemajuan bagi bangsa dan negara.
Kiri Foto bersama Rektor ISI Dps, Pejabat Kedutaan RI-Kamboja dan Pejabat RUFA Kamboja (1-5/8), Kanan Foto bersama Profesor Koichi Minagawa, Kanda University dengan Rektor ISI , Dekan FSRD Dra Ni Made Rinu, dan pejabat struktural Sabtu (15/8), setelah menyaksikan acara Tumpek Landep di kampus FSRD ISI Denpasar
by admin | Aug 14, 2009 | Artikel, Berita, pengumuman
Oleh: Hendra Santosa
Mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan tersebut tidak lagi merupakan keputusan jangka pendek yang bersifat insidental. Dewasa ini dosen lebih dituntut sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan empat macam tugas, yaitu: Merencanakan, Mengatur, Mengarahkan dan Mengevaluasi (Davies, 1971). Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran seorang dosen perlu mengadakan keputusan-keputusan, misalnya metode apa yang harus dipakai untuk mengajar, alat-alat apakah yang diperlukan untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengajar yang baik dalam proses pembelajaran tidak akan menggunakan hanya satu metode, tetapi penggunaan lebih dari satu metode secara bervariasi. Variasi metode dalam pembelajaran tidak hanya terbatas pada dua metode tetapi juga bisa lebih. Di samping itu, berlangsungnya proses pembelajaran paling tidak ditentukan oleh dua hal, yaitu kesiapan dosen sebagai pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Hal ini menyiratkan, baik dosen maupun mahasiswa mempunyai tangung jawab terhadap pencapaian tujuan belajar. Dosen memiliki tanggung jawab untuk membuat setiap pembelajaran positif dan produktif untuk mahasiswa. Dalam konteks ini, proses pembelajaran tidak hanya semata-mata diarahkan kepada apa yang harus dipelajari/dikuasai oleh mahasiswa, akan tetapi bagaimana mahasiswa belajar juga sangat penting (Padmadewi, 2007 :7).
Penerapan metode konvensional (demontrasi dan ceramah) dalam proses pembelajaran di lingkungan Program Studi Seni Karawitan, secara umum masih menggambarkan praktek-praktek pendidikan yang bersifat otoriter, pendidikan berpusat pada guru, menjejalkan isi kurikulum yang kurang memenuhi kebutuhan anak didik, tidak adanya komunikasi interaktif antara guru dan siswa, murid dituntut menghafal secara akademis, guru cenderung bercerita menceritakan pelajaran, murid mendengarkan. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan tidak ubahnya seperti kegiatan menabung, murid adalah celengannya, guru adalah penabung, yang terjadi bukannya proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan-pernyataan dan mengisi “tabungan” yang diterima, dihafal, diulangi dengan patuh oleh musrid. Inilah konsep pendidikan “gaya bank, murid hanya berada pada posisi menerima dan menyimpan, sebagai pengumpul barang-barang simpanan. Pada akhirnya manusia sendiri yang disimpan karena miskinnya daya cipta, daya ubah dan pengetahuan (Santiyasa, 2007:3).
Group Investigation, merupakan salah satu diantara beberapa metode pengajaran inovatif yang akan diujicobakan dalam proses belajar mengajar di lingkungan Program Studi Seni Karawitan ISI Denpasar, khsusnya dalam mata kuliah Metode Penelitian. Group investigation (GI) merupakan salah satu metode dari pembelajaran kooperatif. Metode ini sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dibandingkan dengan metode lain dalam pembelajaran kooperatif (Padmadewi, 2007:21). Secara substansial, hal yang ditawarkan dalam metode ini adalah, suatu bentuk proses belajar mengajar dengan melibatkan mahasiswa sejak perencanaan, baik dalam penentuan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Pada awal perkuliahan, para mahasiswa akan dibekali dengan aspek teoritis (keilmuan) tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Metodologi Penelitian, dengan sasaran akhir mahasiswa mempunyai kompetensi dalam melakukan penelitian lapangan (field research) maupun dalam menyusun laporan akhir hasil penelitian. Aktualisasi dari pemahaman aspek teoritis tersebut akan diimplementasikan lewat sudi lapangan (field resarch). Untuk keperluan tersebut, akan ditentukan beberapa topik (dengan melibatkan mahasiswa) tentang berbagai fenomena seni budaya yang akan diinvestigasi. Dalam penerapan metode investigasi ini, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, beranggotakan 3-5 orang mahasiswa. Masing-masing anggota kelompok dengan karakteristik yang berbeda (heterogen) yang didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para mahasiswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Selengkapnya silahkan unduh disini
by admin | Aug 14, 2009 | Artikel, Berita, pengumuman
Oleh: I Gede Arya Sugiartha
Seni dewasa ini tidak hanya dipahami sebagai produk rasa, melainkan juga mencerminkan kemampuan intelektual manusia. Pada mulanya seniman jarang menjadikan seni sebagai wacana, ia lebih banyak mencipta dan melakukannya. Namun merujuk pada pemahaman yang terus berkembang dan munculnya filsafat ilmu pengetahuan modern, banyak filsuf professional maupun seniman mulai membicarakan makna “seni”, “pengalaman estetik”, “kebenaran artistik”, yang dipergunakan dalam wacana-wacana seni. Namun satu hal yang paling mengejutkan adalah betapa sulitnya para filsuf dan seniman membuat batasan-batasan istilah dalam seni, karena ketika menganalisis apa yang mereka maksudkan hasilnya sering tidak konsisten pertautannya, sehingga perlu dipahami secara mendalam.
Salah satu misalnya wacana tentang seni dan keindahan. Pendapat yang paling bersahaja dan sering kita dengar bahwa semua yang indah adalah seni, atau sebaliknya bahwa semua seni itu indah dan yang tidak indah bukanlah seni; kejelekan berarti ketiadaan seni. Identifikasi seni dan keindahan seperti ini adalah dasar dari kesukaran kita dalam memberikan apresiasi terhadap seni. Bahkan pada orang-orang yang nyata-nyata sensitif terhadap segi-segi estetikpun anggapan ini merupakan sensor yang tidak disadari pada saat berhadapan dengan hasil seni yang kebetulan tidak indah. Baik pandangan historis yang meneliti bagaimana hasil-hasil seni di masa silam maupun pandangan sosiologis dengan memahami bagaimana manifestasi seni sekarang ini di berbagai tempat di dunia ternyata bahwa hasil seni sering merupakan sesuatu yang tidak indah.
Pada musik kontemporer misalnya, kita sering dihadapkan pada kenyataan bahwa musik komtemporer tidak selalu bisa kita nikmati sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan. Bahkan sebaliknya banyak karya-karya musik kontemporer membuat penontonnya jengkel, bosan, bahkan marah yang berakhir dengan kecaman. Namun apakah yang demikian itu tidak bisa kita golongkan kedalam sebuah karya seni, inilah pertanyaan yang akan ditelusuri lewat pemikiran baru, lewat paradigma baru sebagai dampak arus perkembangan intelektual manusia masa kini.
Dalam tulisan ini saya akan melakukan kajian estetika pada dua karya musik yang lahir di Bali yaitu “Mule Keto” (1987) dan “Gerausch” (2005). Kedua karya ini, sesuai dengan yang diperkenalkan oleh penciptanya adalah karya musik yang digarap dengan konsep komtemporer. Namun demikian kedua karya ini memiliki perbedaan orientasi dalam memaknai dan menerapkan konsep kontemporer, yang satu berubah secara bertahap dalam bingkai yang lentur sedangkan yang satu melakukan perubahan radikal, bahkan melampau batas-batas konseptual sebuah karya musik. Karya yang satu dapat memberikan rasa senang, sedangkan yang satu menjengkelkan, kenapa? Inilah permasalahan yang dicoba dibahas dengan menggunakan prinsip dan alur pemikiran postmodern. Bersandar pada pendapat bahwa seni adalah bagian dan unsur terpenting dari kebudayaan, maka dengan mencoba memahami kerangka berfikir setiap era/jaman (pra modern, modern, postmodern), maka kehadiran seni yang kebetulan tidak menyenangkan dapat dijelaskan.
Selengkapnya dapat diunduh disini
by admin | Aug 12, 2009 | Berita
Denpasar-(By Arba Wirawan)
Suasana Latihan, Foto By Arba
Garapan kecak kontemporer karya I Wayan Sueca.SSkar.,M.Mus, selaku pimpinan rombongan delegasi kesenian seminar dan workshop Institut Seni Indonesia Denpasar ke Songkla Rajabath University Thailand (16-23) Agustus 2009 melibatkan mahasiswa, dosen dan pejabat. Pementasan kecak, legong dan topeng direncanakan Senin 17 Agustus di Konjen RI, pementasan kedua di Songkla Rajabath University ketiga pada acara resepsi HUT RI oleh Konjen RI. Selain pementasan Fakultas Seni Pertunjukan, worshop lukis wayang seni klasik kamasan, oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Pertunjukan kecak mengambil lakon Ramayana, alkisah raja Rahwana yang sedang berjalan dihutan bersama patihnya Marica, melihat wanita cantik Dewi Sintha, tertariklah Rahwana untuk memilikinya. Dengan tipu daya menyuruh Marica berubah menjadi kijang kencana untuk menarik Sintha dan mengelabuinya. Oleh adanya kijang kencana Dewi Sintha membujuk suaminya Rama untuk menangkap kijang kencana yang berlari untk dapat dimiliki Sintha. Rama pun mengejar kijang kencana yang berlari ke tengah hutan menjauhi Dewi Sintha. Di hutan kijang kencana berhasil dipanah mati oleh Rama, namun berubah menjadi bentuk aslinya Marica, serta bersuara mirip Rama dengan mengatakan telah mati dibunuh oleh kijang kencana. Suara Rama terdengar di tempat Dewi Sintha dan Laksmana, dan kemudian Dewi Sintha menyuruh Laksmana untuk menyusul kakaknya Rama. Laksmana tidak mau karena kesaktian Rama tidak mungkin kalah oleh Kijang Kencana, Laksmana pun sempat marah dituduh senang melihat kakanya dalam kesulitan, karena akan mendapat dirinya sebagai istrinya nanti. Laksmana pun sempat marah dituduh demikian, namun ia tetap hormat kepada istri kakaknya, dengan berpesan untuk jangan melewati tanda lingkar yang dibuatnya untuk menjaga Dewi Sintha dari bahaya. Cerita Ramayana yang banyak diketahui oleh masyarakat luas dan mancanegara ini lah menjadi alasan Delegasi Institut Seni Indonesia Denpasar mengangkat cerita ini untuk dipentaskan, beserta dengan tarian legong keraton tari selat segara dan topeng keras dan tua. Disamping sebagai kecak, para penari juga sebagai penabuh.
Kisah pentas tari kecak yang akan dibawakan oleh delegasi kesenian dari ISI Denpasar,ke Thailand pada bulan Agustus ini juga mengikuti festival seni atas kerjasama Konsul Jenderal RI dengan Universitas Songkla Rajabath Thailand. Pimpinan delegasi dari ISI Denpasar, I Wayan Sueca,SSkar.,M.Mus., yang juga PR IV ISI Denpasar, ditemui disela-sela latihan kecak di Gedung Candra Metu ISI Denpasar, mengatakan bahwa dengan mengambil kisah Ramayana dalam pentas kecak, khususnya di luar negeri lebih dipahami oleh penonton disana. ”Kisah-Ramayana sudah begitu populer dimanapun, ini menjadi pilihan kami dalam pentas kecak di Thailand nanti” jelas Suweca sehabis menari topeng. Yang menarik pula, dalam pentas tari kecak nanti akan tampil juga para pejabat ISI Denpasar seperti PR I Drs. I Ketut Murdana.,M.Sn, PR III Drs. I Made Subrata,M.Si, juga PR IV I Wayan Sueca.,SSKar.,M.Mus,(menari topeng), Pj. Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Sariada,SST, dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dra. Ni Made Rinu M.Si.
Sedang Rektor akan tampil dalam seminarnya,”tambah Sueca. Pentas kecak kali ini pun banyak sisi tambahannya dalam pementasannya nanti, yang bisa dikatakan sebagai kecak kontemporer”. Yakni seperti penataan di stage, yang dibuat sedemikian rupa seperti ada hutan, batu angin api dan sebagainya”tambahnya. Disamping menggelar kecak, juga akan ditampilkan tarian lainnya seperti legong kraton, topeng dan tari selat segara, sela Sueca.
Selanjutnya setelah tampil di University Sonkla Rajabath Thailand, rombongan dari ISI Denpasar melakukan kerjasama dengan Suratani University, Thailand, dan mengikuti HUT RI ke 64 pada tanggal 21 Agustus 2009, ujarnya.
by admin | Aug 7, 2009 | Berita
Tampak Seorang Dosen ISI Denpasar I Gst. Ayu Srinatih, SST, MSi berfoto Dengan Rektor ISI Dps, Pejabat Kedutaan RI-Kamboja dan Pejabat RUFA Kamboja
(Denpasar-Humasisi)Mengimplementasikan cita-cita ISI Denpasar untuk ‘go internasional’ diwujudkan dengan pengiriman para dosen ISI Denpasar untuk melakukan presentasi internasional. Salah satu dosen Jurusan Tari ISI Denpasar, I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., telah sukses melakukan presentasi lewat seminar di Royal University of Fine Arts (RUFA) Phnom Penh, Kamboja, pada tanggal 3 Agustus 2009. I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., diundang oleh Rektor RUFA, Bong Sovath, Ph.D., sebagai pembicara dalam seminar internasional yang diadakan oleh universitas tersebut. Seminar ini adalah bagian dari salah satu kegiatan B- Art yang dimenangkan oleh Jurusan Tari, dimana payungnya adalah Promoting the Roles of Balinese Performing Arts in Strengthening National Integration and Increasing the Nation’s Competitiveness in the Globalization Era. Mengacu pada tema diatas, maka I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., menyampaikan makalah dengan judul The Tri Hita Karana Conception and Its Implementation into Balinese Arts. Pada seminar tersebut disampaikan apa itu Tri Hita Karana dan bagaimana seniman Bali mengaplikasikannya ke dalam seni pertunjukan dan seni rupa. Srinatih menambahkan bahwa pihaknya mencoba mengangkat kearifan local Bali yaitu Tri Hita Karana, dimana konsep ini dapat memberikan inspirasi secara global dan dirinya berharap kearifan local ini dapat dikenal secara luas di dunia internasional. Yang lebih menarik perhatian audience pada presentasi tersebut diberikan contoh-contoh melalui video maupun praktek secara langsung. Sehingga diskusi berjalan sangat hangat bahkan sampai menarik benang merah hubungan antara Kamboja dengan Indonesia, khususnya Bali. Seminar yang berlangsung dua setengah jam tersebut mendapat respon positif dari para audience yang berjumlah sekitar 60 orang, yang terdiri dari semua pembantu rector, para dekan, dosen dan mahasiswa dari Royal University of Fine Arts. Selain itu secara khusus seminar dihadiri oleh R. Eko Indiarto R (Counselor) dan Rahendro Witomo (Second Secretary pada KBRI Phnom Penh).
Tampak I Gst. Ayu Srinatih, SST, MSi Sedang Mempresentasikan Makalahnya di Depan Pejabat RUFA University-Kamboja
Sementara Rektor RUFA menyambut sangat baik kerjasama ini dan berharap hubungan ini dapat terus berlangsung dan ditingkatkan, sebagai realisasinya pada tahun 2010 paper dari para dosen RUFA akan dapat diterbitkan di Jurnal Internaional ‘Mudra’ milik ISI Denpasar. Kolaborasi paper baik dari ISI Denpasar maupun dari RUFA akan mampu memberikan kontribusi akademik baik untuk ISI Denpasar maupun RUFA. Srinatih yang sudah sering melakukan kegiatan presentasi di tingkat nasional dan mengajar di luar negeri ini berharap agar kegiatan semacam ini dapat ditingkatkan apalagi dalam era persaingan global untuk memperkenalkan seni budaya bali, serta mampu membuka wawasan para dosen ISI Denpasar untuk siap bersaing di era global ini.