BULAN MENARI SAJIKAN “PANGRAKSA JIWA”

BULAN MENARI SAJIKAN “PANGRAKSA JIWA”

Sumber : bali-travelnews.com

Wangi dupa diatas canang, menebar aura memberi spirit gerak tari seorang anak. Alunan tembang klasik menggema di seluruh wantilan, hingga mengetuk ruang hati yang hadir tuk sejenak berpikir. Penari cilik itu menari, bukannya tanpa makna. Tariannya penuh ekspresi, mengolah tempo yang datar, seakan sadar pada isi alam. Ia memainkan kain putih, melilit, membentuk garis lurus,

Wangi dupa diatas canang, menebar aura memberi spirit gerak tari seorang anak. Alunan tembang klasik menggema di seluruh wantilan, hingga mengetuk ruang hati yang hadir tuk sejenak berpikir. Penari cilik itu menari, bukannya tanpa makna. Tariannya penuh ekspresi, mengolah tempo yang datar, seakan sadar pada isi alam. Ia memainkan kain putih, melilit, membentuk garis lurus, dan terkadang saling merespon dengan seorang wanita setengah baya. Anak itu kemudian melepas kain, lalu tidur dipangkuan wanita itu.

Itulah garapan tari berjudul “Pangraksa Jiwa” yang disajikan pada acara ‘Bulan Menari’ di Wantilan Insititut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, belum lama ini. Tari ini menampilkan penari cilik bernama I Made Manipuspaka, yang menari sendiri (tunggal) mengekplorasi alunan dari kidung suci itu. Garapan ini menjadi unik, ketika dua pendukung lainnya, yakni Ida Ayu Wayan Prihandari dan Sri Supriyatini melantunkan tembang yang memiliki makna sama, namun dengan bahasa yang berbeda (bahasa bali dan bahasa Jawa).

Garapan tari karya Ida Ayu Wayan Arya Satyani, S.Sn., M.Sn itu idenya dari sebuah kidung pada upacara “kepus pungsed” (pupus pusar) sebuah tradisi yang ada di daerah Karangasem. “Ini adalah tradisi di desa kami yang diyakini karya Danghyang Dwijendra saat ada di Karangasem. Di Jawa, kidung ini juga biasa dinyanyikan untuk doa Sunan Kalijaga, sehingga saya semakin tertarik untuk mengangkatnya ke dalam sebuah seni pertunjukan tari,” jelasnya.

Meski tampak sederhana, namun garapan ini memiliki makna mendalam. Perbedaan hanya sebagai warna dan keindahan saja, namun jika semua perbedaan itu bersatu padu akan menjadi sebuah kekuatan. “Adakah jiwa ini berbeda, jika ia bermula dan berpulang pada yang Esa. Kidung Pangraksa Jiwa atau Kidung Rumekso Ing Wengi atau Kidung Hikayat Nabi  adalah doa keselamatan. Ruh toleransi yang ditanamkan pada sang jiwa. Maka kuatlah Ia,” papar Dayu Ani puitis.

Bulan Menari, sebuah ajang seni bulanan yang digagas Program Studi Seni Tari ISI Denpasar, juga menampilkan karya I Ketut Sutapa, SST., M.Sn. dengan judul  Kait Kiat, karya Anak Agung Bagus Suendra Diputra dengan judul Akwayan, karya I Nyoman Swandana Putra, SSn berjudul Gongseng Mas dan karya I Nyoman Kharisma Aditya Hartana (ucup) berjudl Conversation. (BTN/bud)

Rektor buat mahasiswa baru bangga jadi bagian ISI Denpasar

Rektor buat mahasiswa baru bangga jadi bagian ISI Denpasar

Sumber : bali.anataranews.com

Denpasar (ANTARA) – Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum mengajak seluruh mahasiswa baru di kampus setempat untuk berbangga menjadi bagian dari kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Indonesia bagian tengah itu.

“ISI Denpasar merupakan kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Indonesia bagian tengah dan memiliki sejumlah keunggulan yakni akreditasi institusi nilai A, 90 persen prodi juga akreditasinya A dan lulusannya terbukti tidak ada yang menganggur,” kata Prof Arya Sugiartha saat acara pengesahan sebanyak 491 mahasiswa baru tahun akademik 2019/2020 di Denpasar, Selasa.

Guru besar seni karawitan ini juga menegaskan bahwa ISI Denpasar bukanlah lembaga pendidikan yang prematur. Diapun kemudian memaparkan sejarah berdirinya ISI dari awal, proses akademik hingaa pembiayaan yang 80 persen didukung pemerintah melalui APBN serta untuk SPP, pihaknya telah memberlakukan subsidi silang menyesuaikan dengan kemampuan orangtua masing-masing mahasiswa.

ISI Denpasar, lanjut Prof Arya, kalau dilihat dari sejarahnya berawal dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar, didirikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali tahun 1967. Kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) atas prakarsa Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya), beberapa tahun berselang barulah STSI menjadi Institut.

Pendirian ASTI Denpasar dilandasi Pola Dasar Kebijaksanaan Pembinaan Kebudayaan Daerah Bali yang memperhatikan sifat-sifat pertahanan, penggalian, pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah Bali.

“Makin intensifnya interaksi antara kebudayaan dan teknologi, serta bertambah banyaknya seniman yang meninggal dunia, menyebabkan beberapa bentuk kesenian tradisional Bali dikhawatirkan akan punah, sehingga perlu diadakan pendidikan kesenian bagi generasi muda sebagai pewaris dan penyelamat kebudayaan bangsa,” ucap akademisi dari Kabupaten Tabanan.

Di sisi lain, Prof Arya menegaskan ISI Denpasar adalah pendukung Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjunjung keragaman dalam bingkai NKRI.

“Mumpung ini di awal, jika ada di ruangan ini yang masih meragukan Pancasila, silakan angkat kaki dari ISI Denpasar,” katanya di depan mahasiswa baru dan ratusan orang tua mahasiswa tersebut.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni ISI Denpasar Prof Dr I Nyoman Artayasa MKes mengatakan proses seleksi tahun ini dilakukan lewat tiga jalur, berpedoman pada Peraturan Menristekdikti No 60/2018, yakni yang diterima melalui SNMPTN (51 orang), SBMPTN (160 orang) dan Jalur Mandiri (280 orang).

“ISI Denpasar mendapat kuota Bidikmisi sebanyak 106, dan semua telah terisi dari ketiga jalur tersebut,” ujar Artayasa.

Sejak dua tahun terakhir, serapan mahasiswa baru yang masuk ke ISI Denpasar makin meluas, bahkan hampir di seluruh provinsi di Indonesia, juga dari kantong-kantong transmigran.

“ISI Denpasar tahun ini juga siap membuka program studi Magister Desain dan Magister Pendidikan Seni. Proses proposalnya sudah hampir rampung. Prodi tersebut didirikan untuk menjawab kebutuhan masyarakat berdasarkan hasil kajian,” kata Artayasa.

Sebanyak 491 mahasiswa baru tahun akademik 2019/2020 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar disahkan pada Sidang Terbuka Senat di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar dengan dipimpin Ketua Senat I Wayan Gulendra.

Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha berfoto bersama didampingi Wakil Rektor Prof Dr I Nyoman Artayasa MKes serta perwakilan fakultas dan mahasiswa baru (Antaranews Bali/Ni Luh Rhisma/2019)

Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA

ISI Denpasar “pecut” mahasiswa jadi kreatif dan mandiri

ISI Denpasar “pecut” mahasiswa jadi kreatif dan mandiri

Sumber : bali.antaranews.com

Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar terus berkomitmen untuk menjadikan mahasiswa dan lulusannya sebagai pribadi yang kreatif dan mandiri.

“Sebelum mereka yudisium, banyak perusahaan meminta tenaga kerja kepada saya, lalu saya tawarkan ke mahasiswa, tidak ada yang mau. Alasannya, mereka sudah punya kerjaan atau usaha mandiri,” kata Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar Dr AA Gde Bagus Udayana, SSn, MSi, usai meyudisium 206 lulusan pada Yudisium Semester Genap 2019, di Denpasar, Jumat.

Ia menjelaskan, selain melanjutkan ke jenjang magister (S2), hampir seluruh lulusan FSRD di kampus seni negeri di Bali itu telah mendapatkan dan menciptakan lapangan kerja mandiri (job creator).

“Peserta didik di FSRD memang telah digembleng secara keras agar menghasilkan output kreatif dan mandiri. Salah satu contoh dengan menggelar event-event besar di kampus,” ucapnya.

Pihaknya tidak memanjakan mahasiswa dengan sokongan dana melimpah, tetapi setiap kegiatan pasti sukses karena kreativitas mahasiswa menggali dana dengan cara mereka sendiri.

“Saya salut, karena mereka selalu punya akal menggali dana dengan ilmunya, misalnya jual kaos, merchandise atau pameran. Pola pendidikan seperti itu, membuat mahasiswa bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah walaupun belum lulus dari bangku kuliah,” ujarnya.

Udayana berharap pemerintah memerhatikan permodalan para wirausaha kreatif lulusan FSRD, sebab umumnya mereka terkendala dana pembelian perangkat kerja.

“Apalagi software yang digunakan harus original. Jika tidak, karya mereka akan ditolak oleh pasar karena terdeteksi menggunakan perangkat bajakan,” kata dosen yang mantan jurnalis itu.

Pihaknya bertekad memberi sentuhan digitalisasi terhadap semua prodi yang dikelola, termasuk mengembangkan sejumlah prodi baru, seperti desain kartun.

“Tujuan kami mendekatkan diri pada generasi milenial,” kata Udayana, sembari mengungkapkan peminat mahasiswa baru ke FSRD naik 15 persen dari tahun lalu, sebanyak 300 orang.

Pada yudisium tersebut, lima lulusan dengan predikat IPK tertinggi pada Program Sarjana Terapan, Prodi Desain Mode diraih oleh Ni Made Michel Krisdayanti (3,84), Ni Pande Nyoman Ayu Triana Damayanti (3, 84), Renata Dianitasari (3,84), Ni Putu Irma Maha Sasmita (3,89), serta Ni Kadek Paramitha Puspita Handayani (3,79).

Sedangkan pada Program Sarjana, lulusan terbaik I Prodi Interior diraih oleh IA Ketut Andriyogi Pradnyaswari (3,94). Prodi Fotografi diraih I Gede Ngurah Hartawan (3,93). Terakhir dua lulusan terbaik dari Prodi Kriya diraih oleh Ni Kadek Yuliastini (3,90) dan Gusti Ngurah Agung Dalem Diatmika (3,90). 

Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA

ISI Denpasar ingatkan “4C” hadapi Revolusi Industri 4.0

ISI Denpasar ingatkan “4C” hadapi Revolusi Industri 4.0

Sumber : bali.anataranews.com

Pola pikir baru untuk merespons perubahan dalam era Revolusi Industri dengan konsep 4C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity thinking (berpikir kreatif), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi)Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar mengingatkan konsep “4C” kepada 104 mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan kampus setempat yang diyudisium agar bisa tetap bersaing di tengah era Revolusi Industri 4.0 .

“Di tengah era globalisasi dan Revolusi Industri 4.0, bahkan di Jepang sudah 5.0, maka tantangan yang kita hadapi semakin ketat. Era disrupsi ini telah menyebabkan terjadinya banyak pergeseran pekerjaan sehingga kita harus memiliki kompetensi agar tetap bisa bersaing,” kata Dekan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum dalam sambutan pada Yudisium Mahasiswa FSP ISI Denpasar Periode Semester Genap Tahun 2019, di kampus setempat, di Denpasar, Kamis.

Sudirga mengemukakan pola pikir baru untuk merespons perubahan dalam era Revolusi Industri dengan konsep 4C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity thinking (berpikir kreatif), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi)”.

“Kami mengharapkan anak-anak tidak hanya lugas dalam berkarya seni, tetapi juga mampu menelurkan karya-karya tulis yang merupakan pertanggungjawaban dari karya mereka. Dalam membuat karya juga kritis menyikapi fenomena sosial dan fenomena kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya,” ucapnya.

Dengan demikian, mahasiswa yang sebentar lagi akan menyelesaikan studinya di ISI Denpasar itu dapat merespons fenomena sosial yang dapat dijadikan acuan oleh masyarakat.

“Kemudian di era revolusi industri ini, kemampuan mesin tidak akan mampu menyamai kemampuan otak manusia dan gagasan pada manusia. Oleh karena itu, dengan berpikir kreatif kita bisa menumbuhkan daya saing di era sekarang ini,” ucapnya.

Terkait komunikasi dan kolaborasi, lanjut Sudirga, artinya lulusan ISI Denpasar harus mampu membangun kerja sama satu dengan yang lain, tidak boleh egois dalam satu bidang. “Kita harus mampu menumbuhkan sikap multidisiplin, bahkan berguru lintas ilmu dan lintas generasi,” ujar Sudirga.

Untuk memantapkan kompetensi dan bisa menjadi orang yang berpengetahuan, Sudirga pun berpesan agar lulusannya tidak berhenti untuk menambah pengetahuan dengan terus belajar.

“Dengan bekal pengetahuan yang telah diberikan para dosen selama kuliah, kami harapkan nantinya bisa disumbangkan pada masyarakat sehingga sekaligus bisa mengibarkan panji-panji ISI Denpasar dimanapun berada. Semoga ISI Denpasar tetap jaya dan terus menghasilkan SDM unggul serta generasi emas,” ucap Sudirga.

Di sisi lain, Sudirga berpesan agar lulusan ISI Denpasar jangan sampai mengalami tujuh “kemabukan” atau dalam konsep Hindu dikenal dengan nama Sapta Timira, yakni mabuk karena ketampanan/kecantikan, mabuk karena harta, mabuk karena kepintaran, mabuk karena keturunan, mabuk karena masa muda, mabuk karena minuman keras, dan mabuk karena merasa mempunyai keberanian.

Sementara itu, Ketua Panitia Wardizal mengatakan 104 mahasiswa yang diyudisium berasal dari lima program studi/jurusan di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, yakni dari Prodi Tari (26 orang), Seni Karawitan (44 orang), Seni Pedalangan (10 orang), Pendidikan Seni Pertunjukan (14 orang) dan terakhir Prodi Musik (10 orang).

“Yudisium bukanlah acara seremonial atau dianggap formalitas belaka. Yudisium adalah proses akademik yang wajib dilaksanakan. Yudisium adalah proses akademik yang telah menyangkut penerapan nilai dan kelulusan mahasiswa dari seluruh proses akademik yang telah dijalaninya,” ucapnya.

Yudisium, tambah Wardizal, merupakan pengumuman nilai pada mahasiswa dan penetapan nilai dalam transkrip akademik serta memutuskan lulus atau tidaknya mahasiswa dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat berwenang.

Dalam acara yudisium tersebut juga diumumkan mahasiswa dengan predikat peraih lima IPK tertinggi, yakni I Nyoman Agus Hari Sudarma Giri (IPK 3,97), Made Darma Yoga dan Ni Komang Ayu Pramesti (3,93), Gede Arip Pratama (3,92), Dwi Ayu Mandili (3,90) serta Sri Ayu Pradnya Larasari dan I Putu Sutresna Putra (IPK 3,88).

Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Edy M Yakub
COPYRIGHT © ANTARA

ISI Denpasar wadahi akademisi Nusantara diskusikan kreativitas seni era 4.0

ISI Denpasar wadahi akademisi Nusantara diskusikan kreativitas seni era 4.0

Sumber : bali.antaranews.com

Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar mewadahi puluhan akademisi dari berbagai kampus di delapan kota di Nusantara mendiskusikan pengembangan kreativitas seni, kriya, dan desain dalam era Revolusi Industri 4.0 melalui Seminar Nasional Sandyakala 2019.

“Kami berharap dari Seminar Nasional Sandyakala 2019 ini dapat menghasilkan pemikiran yang disatukan dan didiskusikan, yang kemudian bermanfaat tidak saja untuk dunia akademik, tetapi juga untuk masyarakat,” kata I Nyoman Larry Julianto, Ketua Panitia Seminar Nasional Sandyakala 2019 dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, di Denpasar, Kamis.

Larry yang juga dosen FSRD ISI Denpasar itu mengemukakan sebelumnya ada 64 pemakalah dari 10 kota besar di Indonesia yang ingin mempresentasikan makalahnya dalam seminar nasional di kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Bali-Nusa Tenggara itu.

Namun, setelah melalui proses “review” yang dilakukan oleh tiga reviewer eksternal (dari Institut Teknologi Bandung, ISI Yogyakarta, dan Universitas Udayana) dan delapan reviewer internal dari ISI Denpasar, maka diputuskan 43 pemakalah yang berasal dari delapan kota yang berbeda untuk mempresentasikan makalah dari hasil penelitiannya.

Adapun 43 pemakalah itu berasal dari Kota Denpasar, Singaraja, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Gorontalo. Para akademisi tersebut mewakili 17 instansi pendidikan yakni Universitas Paramadina, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Telkom.

Kemudian dari Universitas Kristen Maranatha, ISI Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, ISI Denpasar, Sekolah Tinggi Desain Bali, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, Universitas Pendidikan Ganesha, dan Universitas Gorontalo.

“Proses review makalah dilaksanakan dengan ‘blind review’ atau dengan kata lain, reviewer tidak mengetahui identitas dari pemakalah, dan pemakalah pun tidak mengetahui makalahnya diperiksa oleh siapa,” ujar akademisi dari Sembung, Mengwi, Kabupaten Badung itu.

Seminar nasional tersebut dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah penyampaian materi dan diskusi oleh tiga narasumber yakni Dr Imam Santosa MSn (Institut Teknologi Bandung), Dr Prayanto Widyo Harsanto MSn (ISI Yogyakarta), dan Drs I Ketut Murdana MSn (ISI Denpasar).

Sesi kedua berupa presentasi paralel dari para pemakalah yang dibagi dalam lima kelas. Kemudian sesi terakhir diisi dengan pengumuman artikel (makalah) terbaik dan penyaji presentasi terbaik.

Adapun makalah terbaik merupakan karya Nyoman Lia Susanthi dan Ni Ketut Suryatini (ISI Denpasar) dan Ayoeningsih Dyah W (Universitas Paramadina). Sedangkan sebagai presenter atau pemakalah terbaik adalah Citra Smara Dewi (Universitas Indonesia), Nuning Yanti Damayanti (ITB) dan Iqbal Prabawa Wiguna (Universitas Telkom).

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum saat membuka seminar mengatakan pengaruh Revolusi Industri 4.0 telah terjadi secara masif dalam setiap jengkal kehidupan, yang terimplementasi melalui interaksi sosial dan komunikasi, transaksi ekonomi, model produksi, wacana budaya dan paradigma seni yang baru.

Revolusi Industri 4.0 diharapkan dapat menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh, yang didukung oleh implementasi teknologi utama yaitu internet of thing, artificial intelectual, robotic dan teknologi sensor.

“Pada saat ini, perkembangan digitalisasi seni merupakan arus besar yang mengglobal dan membuka dunia seni berbasis teknologi informasi digital, termasuk di dalamnya cyber art, information art, dan multimedia art,” ucapnya pada acara yang diikuti sekitar 200 peserta itu.

Oleh karena itu, menurut dia, perguruan tinggi terutama ISI Denpasar harus menciptakan SDM yang aktif terhadap teknologi informasi, internet, big data, dan komputerisasi. 

Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Edy M Yakub
COPYRIGHT © ANTARA

Malam Apresiasi Hakteknas 24, Menristekdikti Beri Penghargaan bagi Aktor Iptek dan Inovasi Tahun 2019

Malam Apresiasi Hakteknas 24, Menristekdikti Beri Penghargaan bagi Aktor Iptek dan Inovasi Tahun 2019

Sumber : ristekdikti.go.id

Siaran Pers Kemenristekdikti
No: 167/SP/HM/BKKP/VIII/2019

DENPASAR – Malam Apresiasi Hakteknas ke-24 berlangsung meriah di Gedung Citta Kelangen, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, Selasa (28/8). Acara tersebut menjadi ajang pemberian anugerah Iptek dan penghargaan bagi para aktor inovasi tahun 2019, untuk Pemerintah (Provinsi dan Kabupaten/Kota, Litbang/Perguruan Tinggi, Industri dan Masyarakat). Hal ini dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kemampuan Iptek, yang diikuti dengan penguatan inovasi nasional dalam mendukung kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia.

Menristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan terimakasih kepada ISI Denpasar, karena telah menjadi tuan rumah acara malam apresiasi Hakteknas ke-24. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menetapkan tiga besar Anugerah Iptek dan Inovasi 2019 dari delapan kategori yaitu, Kategori BUDHI PURA, Kategori BUDHIPRAJA KABUPATEN, BUDHIPRAJA KOTA, Kategori WIDYAPADHI UNIVERSITAS/INSTITUT, Kategori WIDYAPADHI POLITEKNIK, Kategori PRAYOGA SALA, Kategori ABYUDAYA, dan 9 Finalis Badan Usaha Milik Swasta Kategori LABDHA KRETYA.

Dalam kesempatan itu, Menteri Nasir terus mendorong hadirnya hilirisasi dan komersialisasi hasil riset kepada dunia usaha. “Riset tidak cukup, Publikasi tidak cukup. Maka bagaimana riset, publikasi yang bisa menghasilkan prototipe, dan Inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.

Menteri Nasir juga memberikan apresiasi kepada enam Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Kemenristekdikti, yang selalu mendorong kontribusi dalam inovasi bangsa. Sehingga pada tahun 2019 terdapat perubahan yang sangat signifikan dalam riset dan inovasi. 

“Dulu startup atau inovasi yang dihasilkan para peneliti Indonesia selalu berada dibawah di Asia Tenggara. Bahkan patennya rendah. Saya waktu itu membandingkan dengan Iran, mereka mengembangkan startup dari tahun 2004-2014, berapa inovasi yang dihasilkan dalam 10 tahun, mereka menghasilkan 1000 start up,” terang Menteri Nasir.

Hal itulah yang menjadi tekad Menteri Nasir. Sebab pada saat awal dirinya memimpin kemenristekdikti, hanya ada dibawah 15 startup dalam setahun. Namun pada tahun 2019 ini, startup yang sudah dibangun baik oleh LPNK, Perguruan Tinggi Masyarakat dan Industri sudah tercipta sebanyak 1350 startup selama lima tahun. “Untuk itu malam hari ini kita berikan penghargaan dan apresiasi. Para penerima apresiasi, harapan saya bisa menjadi lebih baik, dan menjadi inspirasi bagi yang lain. Saya ucapkan selamat kepada semua penerima,” ungkap Menristekdikti.

Menteri Nasir juga mengajak agar 
Kegiatan Hakteknas terus disosialisasikan ke daerah. Sehingga dirinya menginisiasi sejak tahun 2016, Hakteknas digelar di daerah-daerah. Ternyata atensi publik terhadap riset dan inovasi semakin meningkat. “Sejak tahun 2016, kami lakukan di luar kota, yakni Surakarta. Ada kenaikan inovasi daerah mulai muncul. Kemudian tahun 2017 di Makasar. Tahun 2018 di Pekanbaru Riau. Kali ini di Bali. Harapan saya bisa terus sosialisasikan ke daerah lain, untuk mendorong inovasi daerah,” ucapnya.

Ketua Pelaksana Anugerah IPTEK dan Inovasi, Jumain Appe menyebutkan penghargaan ini menjadi langkah Kemenristekdikti dalam memberikan motivasi bagi masyarakat untuk berinovasi bagi kemajuan bangsa. “Kita tahu karena hanya dengan menguasai IPTEK dan Inovasi, kita menjadi bangsa yang maju dan mandiri,” ucap pria yang juga Dirjen Penguatan Inovasi itu.

Selain juga demi membangun iklim kondusif penguatan dan pengembangan inovasi sebagai outreach dari riset Iptek dalam penciptaan nilai tambah komersil, ekonomi dan atau sosial-budaya secara berkelanjutan. Serta memberikan dorongan kepada para pelaku inovasi baik individu, organisasi, maupun lembaga agar dapat terpacu dalam mewujudkan ide kreatif dalam penciptaan nilai tambah, baik sebagai individu maupun melalui kemitraan dan kerjasama antar unsur inovasi. 

Tahun ini pelaksanaan anugerah IPTEK dan Inovasi dilakukan melalui seleksi yang terpisah untuk kategori Budhipraja Kabupaten dan Kota. Seleksi Budhipura diikuti oleh 25 provinsi, Budhipraja Kabupaten 120 kabupaten, Budhipraja Kota sebanyak 29 kota. Sedangkan Widyapdhi 570 perguruan tinggi, Adhiyudha untuk kategori BUMN 4, dan swasta 11 industri.

“Sejak tahun 2018, seleksi penilaian menggunakan instrumen baru yakni indeks daya saing daerah, yang memiliki empat penilaian dari segi penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, pasar dan ekosistem inovasi,” terangnya.

Rektor ISI Denpasar, I Gede Arya Sugiartha mengatakan malam apresiasi IPTEK dan Inovasi ini, menjadi bagian upaya kampus ISI memperkenalkan produk-produk inovasi dalam bidang seni, baik Design Busana, Musik, Karawitan dan juga Tari. “Paling penting lagi, topi yang akan dibagikan kepada pemenang didesign oleh mahasiswa design kami, dan dikerjakan oleh mahasiswa kriya kami,” tuturnya.

Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memberikan dukungan dalam upaya kemajuan teknologi dan industri kreatif 4.0. Menurutnya, kemajuan teknologi jika tidak disikapi dengan bijak bakal menjadi tantangan tersendiri. Apalagi bagi Provinsi Bali yang memiliki kekuatan perekonkmian dari destinasi wisata dan budaya. “Kita tidak menutup diri, bagaimana mensinergikan antara budaya dan teknologi,” ucapnya.

Maka dari itu, Provinsi Bali telah melakukan langkah, dimana sebanyak 1453 desa adat saat ini telah terpasang WiFi secara gratis pada tahun 2019. Untuk itu, dia berharap Bali menjadi smart provinsi pertama di Indonesia. Dengan demikian dapat membuka akses informasi dan pasar. “Karena permasalahannya, banyak hasil desa terbentur aspek pasar,” ucapnya.

Provinsi Bali juga, lanjut Wagub, sedang mengkaji sumber energi matahari sebagai pengganti energi fosil yang selama ini digunakan. “Kami juga sedang susun Pergub penggunaan kendaraan listrik. Ini upaya kami dalam menerima perkembangan teknologi yang ada saat ini,” ucapnya.

Karena bagaimanapun, pariwisata dan budaya sangat kompleks dan sensitif, apabila dihubungkan dengan kemajuan teknologi. Maka dari itu, Wagub berharap kepada rektor agar kiranya bisa menemukan riset dan inovasi bagaimana mengadopsi kemajuan teknologi namun tetap dapat mempertahankan budaya. 

Tidak hanya dihadiri oleh para penerima anugerah iptek. Acara malam apresiasi ini dihadiri pula Sekjen Kemenristekdikti Ainun Na’im, Dirjen Belmawa Ismunandar, Kepala LPNK, hadir juga Menristek Tahun 1998 Rahadi Ramelan, para rektor, pelaku industri dan jajaran pejabat Eselon II di lingkup Kementerian Ristekdikti, jajaran Pemerintah Provinsi Bali dan juga tamu undangan.

Dilaksanakan pula Penyerahan Penghargaan Perguruan Tinggi yang menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam rangka memotivasi dan mendorong tumbuhnya budaya mutu di perguruan tinggi. Penghargaan ini diberikan secara selektif kepada perguruan tinggi non PTN-BH dan terakreditasi peringkat A atau B yang telah mengisi instrumen pemetaan SPMI online tahun 2019. Penerima apresiasi telah divisitasi dan diverifikasi kelengkapan dokumen SPMI, serta direview kesesuaian penerapannya oleh tim Pengembang SPMI. 

Diberikan pula penghargaan kepada Lomba Penulisan, Foto dan Vlog Untuk Iptek Inovasi kategori Wartawan dan Non Wartawan/Umum. Serta penandatangan beberapa MoU dan Penjanjian kerja sama yang ditandatangani dalam acara ini yaitu : 

  • Nota Kesepahaman antara Ombudsman Republik Indonesia dan Kemenristekdikti, tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Lingkungan Kemenristekdikti. Kepala Ombudsman Niniek Rahayu.
  • Perjanjian Kerjasama antara Ombudsman Republik Indonesia dan Kemenristekdikti, tentang Kerja Sama Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Lingkungan Kemenristekdikti
  • Perjanjian Kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, tentang Penelitian, Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam mendukung Tugas Kepolisian.
  • Nota Kesepahaman antara Politeknik Negeri Batam dengan Yayasan Lion Pendidikan, tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia. 

Berikut ini, penghargaan PT yang menerapkan SPMI
Kategori Universitas

  • Universitas Atmajaya 
  • Universitas Kristen Petra. 
    Kategori Politeknik
  • Politeknik Negeri Bandung
  • Politeknik Negeri Jakarta
    Kategori Sekolah Tinggi
  • Sekolah Tinggi Manajemen PPM.
    Kategori Institut
  • Institut Transportasi Logistik Trisakti. 

Daftar penerima Anugerah Iptek dan Inovasi 2019:

Budhipura:
Peringkat I : Sulawesi Selatan
Peringkat II         : Jawa Barat
Peringkat III        : Jawa Tengah

Budhiparaja Kota
Peringkat I           : Cimahi
Peringkat II         : Tegal
Peringkat III        : Tarakan

Budhipraja Kabupaten:
Peringkat I           : Luwu Utara
Peringkat II         : Wonogiri
Peringkat III        : Kulonprogo

Widyapdhi Universitas/Institut – Subkategori Manajemen Inovasi:
Peringkat I           : Universitas Hasanuddin
Peringkat II         : Universitas Telkom
Peringkat III        : Universitas Padjadjaran

Widyapadhi Universitas/Institut – Subkategori Produk Inovasi:
Peringkat I           : Institut Teknologi Bandung
Peringkat II         : Institut Pertanian Bogor
Peringkat III        : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Widyapadhi Politeknik – Subkategori Manajemen Inovasi:
Peringkat I           : Politeknik Negeri Semarang
Peringkat II         : Politeknik TEDC
Peringkat III        : Politeknik Caltex

Widyapadhi Politeknik – Subkategori Produk Inovasi:
Peringkat I           : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Peringkat II         : Politeknik Negeri Malang
Peringkat III        : Politeknik Indonusa Surakarta

Prayoga Sala:
Peringkat I           : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan
Peringkat II         : Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaha Ilmu Pengetahuan Indonnesia
Peringkat III        : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Abudaya BUMN:
Peringkat I           : PT Pertamina
Peringkat II         : PT Pupuk Kaltim
Peringkat III        : PT Pindad

Abudaya BUMS:
Peringkat I           : PT Zenith Allmart Precisindo
Peringkat II         : PT Xirca Silicon Technology
Peringkat III        : PT SamuderaLuas Paramacitra

Labdha Kretya – Subkategori Kerekayasaan:
Peringkat I           : Eko Handoko & Tim “Rekayasa Mesin Serut Bambu Multifungsi 3 in 1”
Peringkat II         : Ihsan Hakim & Tim “Bending 3 Axis Man-Tech”
Peringkat III        : Komunitas Lingkar Literasi Studi Tjokro “Mas Jawa T-Netra”

Labdha Kretya – Subkategori Pengembangan Sumber Daya Alam:
Peringkat I           : I Made Sumasa “Pembenihan Kepiting Bakau Produk Makanan Berbasis Bakau, Kuliner dan Ekowisata Hutan Bakau”
Peringkat II         : Yadi “Roti Goplek Inagiri”
Peringkat III        : Muhammad Sobri “Bioreaktor Kapal Selam”

Widya Kridha:

Sub kategori menghasilkan Produk Inovasi yang Sangat Bermanfaat bagi Masyarakat:
ITB Innovation Park

Sub kategori menghasilkan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (Start up Berbasis Teknologi):
IPB Science Techno Park

Sub Kategori memberikan Layanan Teknologi kepada Industri:
UGM Science Techno Park

Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik

Loading...