Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari
Kata Apad seperti yang telah diterangkan dalam pengertian di atas yaitu dalam hubungannya dengan kata Lulu yaitu mempunyai pengertian batas antara. Jadi kata Ulu Apad dapat diartikan sebagai kepala – kepala yang berada atau duduk pada batas antara. Yang dimaksud duduk dalam batas antara adalah para pengurus Lulu Apad yang merupakan Dewan Pemuka Krama Desa duduk di Bale Agung (Waktu Sangkep) sesuai dengan “Tegak” dan kastanya yaitu antara kasta laki–laki dan kasta perempuan.
Penekanan mendasar tentang kebudayaan Bali Aga nampak dalam kaitannya dengan pemujaan terhadap roh–roh leluhur. Segi kebudayaan ini banyak meninggalkan bekas–bekas dari jaman dahulu yaitu jaman Pra Sejarah. Hasil–hasil kebudayaan yang memperlihatkan ciri ini dapat digu-nakan mulai dari “Masalah Penguburan” yaitu adanya berbagai “Kubur Batu” dalam bentuk “Sarkufagus”. Yang memberikan satu analisa bahwa sistem penguburan yang sangat teratur telah dikenal oleh masyarakat Bali Aga pada jaman dahulu. Sarkofah atau peti–peti lainnya banyak ditemu-kan pada beberapa Desa di Bali seperti “Di Gilimanuk, Marga Tengah, Taman Bali dan sebagainya”.
Ciri lain dalam hubungannya sebagai ciri kebudayaan Bali Aga dalam sistem penguburan yaitu adanya kuburan terbuka seperti di Desa Trunyan. Para roh leluhur yang telah diupacarai selanjutnya rohnya itu diperdewakan sebagai bentuk pemujaan roh nenek moyang. Roh nenek moyang yang dipandang sebagai cikal–bakal keberadaannya itu diberi gelar tertentu seperti Desa Trunyan dikenal ada nama “Datonta” yang merupakan Dewa tertinggi pujaan masyarakat Trunyan. Keterangan mengenai Datonta tersebut dapat ditemukan dalam prasasti Trunyan yang menyebutkan :