Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni
Estetika (aesthetics) menurut Dickie berasal dari kata aisthesis dalam bahasa Yunani yang dapat diartikan sebagai rasa nikmat indah yang timbul melalui pencerapan panca indra (Djelantik, 1999: 5).
Selanjutnya Djelantik, dalam buku Teori Estetikan menyatakan unsur-unsur dasar estetika dapat dimanfaatkan untuk mengkaji tentang keberadaan dari seni. Struktur dalam karya seni mengangkat aspek keseluruhan dari karya. Struktur mengandung arti pengorganisasian, pengaturan, ada hubungan saling terkait antara bagian-bagian secara keseluruhan. Dalam struktur karya seni sedikitnya ada tiga unsur yang mendasar yaitu keutuhan (unity), penonjolan (dominance), dan keseimbangan (balance). Rasa keseimbangan inilah yang paling mudah dicapai dalam berkarya seni dengan jalan menyusun komposisi yang simetris (Djelantik, 1990: 32).
Sesuai teori estetika seperti disebukan di atas, seni lukis prasi sebagai buah karya manusia yang tiada lain bertujuan untuk memberikan kepuasan bagi diri seniman dan orang lain, niscaya memiliki nilai estetis. Nilai aestetis seni lukis prasi berawal dari pemenuhan unsur dasar kesenirupan, seperti garis, bidang, bentuk, tekstur, dan warna, yang disusun (dikomposisikan) secara proporsional sehingga tercapai keseimbangan (balance).
Seni lukis prasi pada dasarnya merupakan hasil kretivitas seniman, sebagai hasil olah rasa, cipta, dan karsa, untuk memenuhi kebutuhan batin, rasa senang dan bahagia. Suatu kesenian yang bersumber dari filsafat dan sastra agama. Sebagai karya yang berfungsi memberi tuntunan, dan pembelajaran terhadap masyarakat. Demikian kesenian tradsi, termasuk seni lukis prasi, terdapat muatan estetik yang dijiwai oleh nilai-nilai budaya yang luhur.
Estetika seni lukis prasi, selain untuk menyenangkan hati masyarakat penonton, juga bersifat mendidik dengan dipilihnya cerita-cerita kepahlawanan, kesetiaan, dan kejujuran yang dikemas dalam cerita pewayangan. Dengan demikian, kesenian ini diharapkan tidak saja dapat membangkitkan rasa senang (estetis) bagi pelaku dan penikmatnya, tetapi yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kesadaran masyarakat.
Manusia di dalam kehidupannya sehari-hari sesungguhnya tidak terlepas dari kesenian, karena dimanapun dia berada sesungguhnya dia sedang dikelilingi oleh benda-benda yang bernilai seni. Tentu saja hal ini harus diartikan apabila mereka mengkonsepkan dan memandang benda-benda yang ada disekitarnya adalah merupakan karya seni yang dapat memberikan rasa estetis ketika dia sedang menikmatinya. Seni lukis prasi misalnya, menawarkan bentuk-bentuk visual tertapi sarat deangan filosofis kehidupan, yang menjadikannya seni yang sangat berguna.