Kampus seni ISI Denpasar tidak pernah surut akan kreatifitas. Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar telah menciptakan musikal baru dalam menabuh ganbelan bleganjur dengan penambahan beberapa instrument “tawa-tawa” pengganti “kajar” untuk “ngayah” pada upacara “pengutangan” serangkaian upacara ngaben Ayahnda dari Pembantu Rektor III ISI Denpasar, di Banjar Padang Tegal Ubud Gianyar, pada hari Minggu 3 Oktober yang lalu. Penambahan instrument “tawa-tawa” ini dimaksudkan untuk memberikan dinamika musik yang lebih keras dan semangat dalam gambelan bleganjur, yaitu untuk memberi semangat kepada penggotong “bade” dan “lembu” menuju kuburan.
Seperti hari sebelumnya Penabuh Asti Pertiwi yang menabuh pada acara “ngaskara” atau pembersihan disambut hangat dan apresiasif oleh masyarakat Padang Tegal, para penabuh dari Jurusan Karawitan yang terdiri dari mahasiswa dan dosen tersebut juga disambut hangat oleh masyarakat. Prosesi arak-arakan “bade” dan “lembu” dari rumah duka menuju “setra” yang jaraknya kurang lebih 1 km diiringi gambelan bleganjur tersebut menjadi marak dan semangat para penggotong tersebut semakin tersulut walau saat itu matahari penuh menyinari Ubud dan sekitarnya. Air yang disemprotkan kearah arak-arakan juga menjadi warna yang menarik seakan melengkapi warna semarak gambelan bleganjur yang begitu semarak dan penuh nuansa pembangkit semangat.
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn., didampingi Ketua Jurusan Karawitan, I Wayan Suharta,S.Skar.,M.Si., mengekspresikan rasa bangganya kepada seluruh mahasiswa Jurusan Karawitan semester I yang telah membangun kreativitas yang demikian membanggakan dengan menambahkan instrument “tawa-tawa” dalam gambelan bleganjur yang ditampilkan dalam acara “ngayah” tersebut. Mahasiswa harus diberi ruang dan waktu untuk mengekspresikan imajinasi kreativitasnya, sehingga mampu bergaul dan berbaur dengan masyarakat, salah satunya dengan ikut serta dalam kegiatan “ngayah”. Garwa juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada keluarga serta masyarakat Padang Tegal, Ubud yang telah memberi kesempatan “ngayah” kepada Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar serta memberikan sambutan yang baik dan penuh apresiasi. “Bentuk apresiasi ini merupakan bukti bahwa kampus ISI Denpasar adalah milik masyarakat, sehingga dapat menjadi wadah untuk berkreativitas bersama guna melestarikan kesenian Bali yang merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang dikagumi dunia,”ujarnya bangga.
Humas ISI Denpasar melaporkan.