Pengantar Garapan Jagat Santhi

Oct 18, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Made Gawi Antara, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Hidup ini adalah suatu dinamika. Dinamika tanpa kendali ibarat perahu tanpa kemudi ia akan berlayar menurut arah angin dan ombak yang berhembus. Demikian juga kebudayaan Bali yang didukung oleh manusia dan masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu. Dinamika kehidupan ini wajib dikendalikan agar jangan kehilangan jati dirinya atau nafasnya yaitu Agama Hindu. Dalam dinamika akan selalu ada inovasi, inovasi jangan sampai kehilangan inti tradisi yang mengandung nilai universal .

            Bagi para seniman kreatif, dalam hal berkesenian kreativitas menjadi hal yang penting guna memberikan spirit dan vitalitas terhadap seni tradisi agar lebih bergairah dan mampu mengaktualisasikan diri dengan situasi dan perkembangan estetika pada jamannya. Sejalan dengan pemikiran ini, I Komang Sudirga juga mengatakan bahwa dengan modal kreativitas, setiap generasi seniman akan berupaya untuk memberikan sentuhan baru pada kesenian tradisi yang mereka miliki sehingga nantinya akan mampu memberikan angin segar guna mendorong bangkitnya kesenian masa lampau.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu perkembangan dan perubahan  di dalam jagad seni akan sangat ditentukan oleh kerja kreatif senimannya. Begitu pula sebaliknya, kesenian akan mandeg jikalau tidak ada kreativitas dari seniman kreatif. Periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini. Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan ke seluruh Bali, bahkan keluar daerah serta ke luar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.

Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki gamelan. Banyak desa memiliki 2 – 3 barungan gamelan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama kalangan generasi muda.

Sebagaimana halnya dengan lahirnya ide karya komposisi karawitan yang akan penata beri judul Jagat Santhi, ini merupakan sebuah bentuk karya komposisi karawitan inovatif yang lahir dan terinspirasi dari fenomena lika- liku kehidupan manusia di dunia ini. Jadi secara substansi dapat dikatakan bahwa latar belakang lahirnya garapan ini dari ide musikal.

Jagat Santhi  merupakan dua buah kata yang bersumber dari bahasa Jawa Kuna yaitu dari kata Jagat artinya bumi (dunia), sedangkan Santhi artinya damai (perdamaian). Jadi Jagat Santhi di sini diartikan sebagai sebuah ungkapan rasa untuk menyatakan sesuatu kedamaian di dunia, kedamaian dalam hal ini dimaksudkan sebagai sebuah kondisi kehidupan masyarakatnya tenteram, sejahtera, damai dan bebas dari penderitaan. Kondisi inilah yang menjadikan penata untuk mentransformasikan menjadi sebuah garapan  komposisi karawitan inovatif.

Jagat Santhi  dalam konteks garapan ini, akan tercermin dari suasana yang dimunculkan dari tabuh ini lebih banyak akan mengolah unsur melodi sehingga mampu menghasilkan sebuah wujud garapan yang melodis. Setiap orang di dalam berkreativitas secara umum selalu ingin mengungkapkan ekspresi estetis yang mereka miliki, selanjutnya dituangkan ke dalam media ungkap dan menjadi sebuah wujud karya.

Berdasarkan judul diatas penggarap menemukan beberapa kesan, yang pertama adalah hasrat untuk menampilkan suasana hati yang damai kedalam garapan Jagat  Santhi  dari sinilah penggarap terinspirasi untuk mewujudkan suatu komposisi karawitan inovatif yang terdiri dari unsur-unsur keindahan (Estetika) yang memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mewujudkan suatu garapan yang bisa dinikmati oleh masyarakat dengan instrumentasi dan unsur musikalnya.

Dari hal tersebut, memunculkan suatu ide yang ditransformasikan menjadi sebuah komposisi karawitan inovatif yang diungkapkan melalui media ungkap yaitu beberapa instrument dari barungan gamelan gong kebyar sebagai wujud garapan, merupakan media pokok dalam mencurahkan unsur- unsur rasa musikal. Dimana gamelan ini merupakan gamelan golongan baru dan perkembangannya begitu pesat hampir setiap banjar memiliki barungan gamelan ini karena fungsinya memang mendominer alat-alat barungan lainya. Sebagai karawitan yang berdiri sendiri maupun sebagai iringan tari juga alat ini berfungsi untuk menghidangkan gending-gending lelambatan dan memiliki ciri motif yaitu  sistem pukulan memakai sistem ubit-ubitan, sifatnya gembira, gelisah,dan tekhnik permainan ditonjolkan, pukulan cecandeatan atau jalinan sangat menonjol, alat sangat memegang peranan, pukulan gong, kempli, jegogan, jublag disesuaikan dengan tema lagu.

Maka gamelan gong kebyar ini penata gunakan sebagi media ungkap, karena gambelan ini memiliki rasa musikal tinggi untuk menggambarkan suasana kehidupan untuk mencapai kedamaian.

Ide Garapan

Ide garapan merupakan gagasan pikiran yang ingin disampaikan oleh seorang penggarap dalam karya seni. Ide dalam sebuah garapan karya seni dianggap sangat penting, sebab tanpa adanya ide garapan mustahil akan terwujud. Dalam mendapatkan sebuah ide adalah suatu hal yang gampang-gampang susah, karena ide terkadang muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba, namun terkadang juga harus mencarinya dengan beberapa aktivitas seperti membaca, menonton, mendengar, ataupun merenungi kembali pengalaman  yang pernah dialami, dan lain sebagainya.

Sebagaimana lahirnya ide garapan ini, sangat besar dirangsang dikaitkan dengan perubahan seni gamelan di Bali, khususnya dengan keberadaan gamelan gong kebyar, maka akan terlihat bahwa perubahan fungsi suatu bentuk musik di masyarakat sesuatu yang patut dikhawatirkan. Seperti halnya dalam kaitanya dengan gong kebyar yang tergolong baru, yang belakangan ini sudah mengalami penurunan fungsi utamanya. Keberadaan gamelan ini patut diwaspadai agar perubahan nilai-nilai sosial dan budaya yang terjadi di kalangan masyarakat setempat tidak sampai merusak keberadaan suatu bentuk musik yang sudah ada.  Ide garapan ini adalah ingin membuat sebuah bentuk komposisi karawitan inovatif mencari kemungkinan-kemungkinan baru dalam hal struktur, melodi, serta ritme sesuai dengan tafsir penata. Dari sinilah penggarap terinspirasi untuk mewujudkan sebuah komposisi musik karawitan yang inovatif, yang terdiri dari estetika yang memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mewujudkan suatu garapan yang bisa dinikmati oleh panca indra dan instrumentasinya dari unsur musikalisasinya. Dalam garapan ini lebih menekankan kepada pencarian harmonisasi dan suasana sehingga akan dapat mencerminkan judul garapan ini.

Komposisi karawitan Jagat Santhi ini masih mengacu kepada konsep garap musik tradisi inovasi, yakni tradisi tetap menjadi pijakan namun elemen-elemen tersebut dikembangkan melalui pengembangan unsur-unsur musikalnya. Media ungkap yang digunakan untuk mewujudkan karya ini beberapa dari  barungan gamelan Gong Kebyar, instrument yang akan dipakai penata untuk menggarap komposisi karawitan ini meliputi : kendang cedugan (lanang-wadon), suling, satu tungguh reong, jublag, jegog, gangsa pemade (ngumbang-isep), kantil (ngumbang –isep), gong (lanang-wadon), kempur, kajar, kempli, ceng-ceng ricik.

Pengantar Garapan Jagat  Santhi selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...