Mahasiswa ISI Denpasar Mengikuti program AIMS (Asean International Mobility for Students Programs)
Kiriman: Nyoman Dewi Pebryani, S.ST., M.A. (Dosen PS. Desain Fashion).
Denpasar- Bertempat di Gedung Rektorat, kemarin (2/8), Rektor ISI Denpasar melepas 4 mahasiswa yang akan mengikuti program AIMS (Asean International Mobility for Students Programs) menuju negara Thailand dan Malaysia. Adapun 4 mahasiswa tersebut adalah I Putu Krishna Argamayasa mahasiswa jurusan Seni Rupa Murni, Ni Putu Wahyuning Sri Purnami mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual yang akan belajar di Thammasat University; kemudian Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti jurusan Seni Tari, dan I Made Panji Wilimantara jurusan Seni Pedalangan akan belajar di Malaya University.
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar telah mengikuti program AIMS yang ketiga, pertama kali tahun 2010, 2011, dan 2013. Sebelumnya program ini bernama MIT (Malaysia, Indonesia, Thailand) transfer credit, namun sejak tahun 2012 program pertukaran mahasiswa ini mencakup daerah lebih luas yaitu negara-negara di wilayah Asean. Mahasiswa yang mengikuti program ini merupakan mahasiswa pilihan yang telah melewati beberapa seleksi, diantaranya skill atau keahlian pada bidangnya, prestasi akademik, dan juga kemamapuan berkomunikasi dalam bahasa inggris.
Menurut Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar.,M.Hum, program ini bertujuan untuk menambah pengalaman, interaksi pendidikan, dan sosial budaya. “Mahasiswa harus mampu menjaga nama baik ISI Denpasar serta mampu membaca situasi untuk dapat meningkatkan relasi sehingga peluang melanjutkan studi di luar negeri akan lebih terbuka”, ujar Dr. Arya. Beliau juga menambahkan bahwa mahasiswa yang akan dikirim akan mengikuti kelas regular sehingga mahasiswa akan merasa lebih tertantang, selain itu kegiatan ini penting untuk diwujudkan dalam mencapai pusat seni dan budaya (Center of Excellent) di tahun 2020.
Hal senada diungkapkan Pembantu Rektor I, Drs. I Ketut Murdana, M.Si, beliau menyampaikan melalui pengalaman pertukaran mahasiswa otomatis juga melahirkan pertukaran budaya untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang inovatif, dan juga mendapat pengalaman internasional guna meningkatkan hard skill dan soft skill, serta pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan-perbedaan sosial budaya.
Sementara Kasubbag Kerjasama luar negeri, Komang Artini, SS, mengungkapkan bahwa pertukaran mahasiswa yang dilakukan di dua negara tersebut akan diakui kredit semesternya, dengan biaya tuitition fee ditanggung oleh masing-masing perguruan tinggi penerima, sedangkan biaya perjalanan p.p dan biaya hidup ditanggung oleh pemerintah masing-masing negara pengirim.