Dua Mahasiswa ISI Denpasar Bertolak Ke Cina

Dua Mahasiswa ISI Denpasar Bertolak Ke Cina

EMAIL1 (1)Kiriman: Nyoman Lia Susanthi,S.S., M.A. (Dosen Tv dan Film ISI Denpasar)

Foto: I Made Rai Kariasa, S.Sos

Denpasar- Dalam rangka mempererat hubungan kenegaraan antara Indonesia dengan Cina, ISI Denpasar mengirimkan dua mahasiswa (penari) ke Cina untuk mengikuti Nanyang Culture Festival. Nanyang Culture Festival diadakan tanggal 29 Maret hingga 4 April 2014 merupakan kegiatan tahunan yang terkenal di Provinsi Fujian. Kegiatan ini terdiri dari pameran dagang, pentas budaya dan promosi kuliner yang akan diikuti oleh perwakilan sepuluh negara ASEAN.

Selain itu juga terdapat pertunjukan kesenian (pentas budaya) yang akan diselengarakan pada tangggal 28-30 Maret 2014. Masing-masing daerah akan diberi waktu 5 menit uantuk pentas saat pembukaan.

Guna memperkuat partisipasi Konsulat Jenderal RI pada acara Nanyang Culture Festival, maka Konsulat meminta penari dari ISI Denpasar sebanyak dua orang untuk dapat membantu memeriahkan acara tersebut. Dua penari yang terpilih adalah Made Ayu Desiari dan Ni Luh Putu Putri Utami, mahasiswa semester VI Jurusan Tari ISI Denpasar.

EMAIL3Selama seminggu meraka akan membawakan 8 buah tarian yaitu Tari Tenun, Trunajaya, Pendet, Wiranata, Kebyar Duduk, Panyembrahma, Oleg dan Tari Tenun. Kegiatan selama di Cina adalah tanggal 28 Maret mengikuti kegiatan Pembukaan Nanyang Culture Festival, dilanjutkan tanggal 29 Maret mengikuti acara Pembukaan Food Festival dan Trade Fair hingga tanggal 30 Maret 2014 juga melanjutkan kegiatan Trade Fair.

Sebelum keberangkatannya ke Cina, mahasiswa ISI Denpasar menghadap Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum didampingi oleh Pembantu Rektor IV, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, serta Penasehat Rektor I Wayan Sweca, S.SKar., M.Mus serta Kasubbag Kerjasama Luar Negeri Ni Komang Artini, S.S.

Rektor Arya mendukung sepenuhnya kerjasama ini dan berpesan kepada kedua mahasiswa untuk dapat menjaga nama baik ISI Denpasar dan negara Indonesia, serta menampilkan tarian yang terbaik disana sekaligus untuk mempromosikan lembaga, Bali dan Negara Indonesia di Cina. “ Kegiatan ini penting selain dapat mempromosikan kampus juga salah satu cara untuk membangun networking dengan pihak Cina sesuai dengan visi ISI Denpasar sebagai Center of Excellent” ungkap Rektor Arya.

Program ISACFA Ditutup Dengan Pameran Internasional

Program ISACFA Ditutup Dengan Pameran Internasional

Pembukaan pameran ditandai pemotongan untaian bunga

Pembukaan pameran ditandai pemotongan untaian bunga

Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS Tv dan Film ISI Denpasar).

Foto: Ketut Hery Budiyana, A.Md.

Denpasar- Penyelenggaraan program pertukaran seni budaya yang dikenal dengan International Studio for Arts and Culture FSRD-ALVA (ISACFA) selama 3 minggu berlangsung sukses. Acara yang berlangsung dari tanggal 6 Januari 2014 diakhiri dengan pameran internasional pada 24 Januari 2014 yang merupakan hasil karya mahasiswa dari University of Western Australia (UWA) selama belajar seni dan budaya di ISI Denpasar. Sebanyak 119 karya mahasiswa dipamerkan yang terdiri dari karya lukisan, fotografi, kramik dan video. Pameran berlangsung dari tanggal 24 Januari 2014 hingga 31 Januari 2014 bertempat di Gedung Pameran Kriya Hasta Mandala ISI Denpasar yang pembukaannya ditandai dengan penggutingan untaian bunga oleh Pembantu Rektor IV ISI Denpasar, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn bersama Winthrop Professor Simon Anderson, Dekan Fakultas Arsitektur, Landscape, dan Visual Arts (Faculty of Architecture, Landscape, and Visual Arts) UWA.

Suasana Pameran ISACFA

Suasana Pameran ISACFA

Setelah membuka pameran acara dilanjutkan di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar guna mennyimak beberapa sambutan sekaligus menutup acara program ISACFA 2014. Dalam sambutannya Winthrop Professor Simon Anderson tidak dapat menyembunyikan rasa bangga atas kinerja para panitia dari ISI Denpasar. Perbedaan budaya tidak menjadi batasan bagi ISI Denpasar dan UWA, justru ini menjadi cambuk bagi kedua belah pihak untuk mengenal dan mempelajari budaya bangsa lain. Kedatangannya juga untuk melihat perkembangan dari program ISACFA yang sudah berjalan keempat kalinya serta menindaklanjuti kerjasama mengingat MoA (Memorandum of Agreement) akan berakhir bulan Juli ini dan MoU (Memorandum of Understanding) pada tahun depan. Prof. Simon menilai kegiatan ini sangat positif sehingga program kedepan perlu dirancang lebih baik lagi serta mempersiapkan program kegiatan lainnya untuk kemajuan kedua belah pihak.

Hal senada juga disampaikan Dekan FSRD ISI Denpasar, Dra. Ni Made Rinu, M.Si. Dalam sambutan singkatnya Ni Made Rinu menghaturkan terimaksih yang tak terhingga kepada semua pihak yang mendukung pelaksanaan program ini, khususnya panitia, sehingga program ini dapat berlangsung setiap tahun dan dicanangkan setahun dua kali, mengingat meningkatnya minat mahasiswa untuk mengikuti program ini.

Sementara PR IV ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn mewakili Rektor ISI Denpasar sangat menyambut positif kegiatan ini dan berharap kegiatan ini mampu memperluas jaringan persahabatan dengan pertukaran kebudayaan dari masing-masing negara. Kegiatan ini adalah implementasi dari MoU antara ISI Denpasar dan UWA. Kedepan akan ada banyak kegiatan lagi yang bisa diimplementasikan sebagai  tantangan untuk meningkatkan diri serta bersaing di kancah internasional.

Kesan dan pesan positif juga disampaikan oleh salah satu peserta program ISACFA Susan Mc Dougall. Sementara raut bangga pun tak dapat disembunyikan olehnya koordinator ISACFA dari UWA, Prof. Paul Trinidad saat melihat hasil karya mahasiswa dalam pameran dan penampilan mahasiswa UWA saat menyanyikan lagu berbahasa Indonesia sebagai implementasi dari kelas bahasa Indonesia. Prof. Paul sangat optimis jika program ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa UWA dan lembaga ISI Denpasar.

Acara diakhiri dengan makan malam bersama yang diwarnai dengan pemutaran film hasil karya peserta UWA sebagai hasil dari kelas Film dan Tv.

PR IV ISI Denpasar Menerima Kunjungan Dari Indian Cultural Centre

PR IV ISI Denpasar Menerima Kunjungan Dari Indian Cultural Centre

konsul India editKiriman: Humas ISI Denpasar

Foto: I Made Rai Kariasa, S.Sos.

Denpasar- Bertempat di Gedung Rektorat lantai dua, tepatnya di ruang kerja Pembantu Rektor IV Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Ketut Garwa, S,Sn.,M.Sn, menerima kunjungan Indian Cultural Center (Consulate General of India) Director Dr. Manju Singh, pada 9 Januari 2014. Didampingi Kasubag. bidang kerjasama luar negeri Komang Artini, S.S, PR IV ISI Denpasar mengungkapkan bahwa fokus kunjungan ini adalah untuk menindaklanjuti kerjasama kedua belah pihak yang sebelumnya telah berlangsung, baik di Fakultas Seni Pertunjukan maupun di Fakultas Seni Rupa dan Disain. Beberapa usulan yang disampaikan untuk, kegiatan di tahun 2014 antara lain: pentas bersama, workshop seni pertunjukan maupun seni rupa dan disain, kolaborasi seni, pameran, studi lanjut di India baik bergelar maupun non gelar serta pertukaran mahasiswa.

“Saya menyambut positif dan sangat berterima kasih atas kunjungannya ke ISI Denpasar dengan menyampaikan program-program yang sangat baik, sehingga program tersebut akan diinformasikan kepada seluruh civitas akademika ISI Denpasar secara melembaga dan dapat ditindaklanjuti” ungkap I Ketut Garwa. Hubungan ISI Denpasar dengan India khususnya bidang seni telah berjalan sangat baik, bahkan kerjasama kesepahaman (MoU) telah ada baik dengan ICCR maupun dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New Delhi.

Dalam berbagai event telah sering dilakukan kegiatan di ISI Denpasar seperti rombongan India melaksanakan pementasan sendratari Ramayana, tari lepas, worshop maupun pameran. Bahkan setiap ada group seni dari India datang ke Bali, pasti tidak pernah absen untuk pentas di ISI Denpasar. Lebih lanjut yang sangat menarik ditawarkan adalah prasyarat studi lanjut S2 dan S3 di India, Tofel tidak menjadi prasyarat mutlak memenuhi great yang ditentukan. Dengan peluang ini kami mendorong para mahasiswa dan dosen untuk merebut peluang yang ada sesuai disiplin ilmu masing-masing, bahkan perguruan-perguruan tinggi di India juga banyak menyediakan beasiswa yang harus diperebutkan oleh calon mahasiswa baru.

Sisi lainnya yang menarik bahwa sebagai lembaga seni dengan kedatangan kunjunagn Indian Cultural Centre sangat memberikan nilai positif konteknya dengan atmosfir kampus. Kedua institusi banyak sekali kesamaan-kesamaan yang dimiliki antara lain: agama, budaya, seni, social masyarakat, dan berbagai hal lainnya. Indicator lain yang juga disampaikan oleh Dr. Manju Singh bahwa dengan kedatangannya ke ISI DEnpasar dapat memberikan motovasi kepada civitas akademika untuk ikut ambil bagian dalam berbagai event yang ada. Kita berkeyakinan penuh bahwa pementasan, pameran maupun workshop yang dilakukan akan besar peranannya bagi mahasiswa untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dan dosennya untuk berkarya. Melalui karya-karya ini bisa menjadi inspirasi untuk penciptaan karya dan juga sebagai bahan/area untuk diteliti atau dianalisis lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan pedalaman akan kandungan nilai dalam karya seni yang ditampilkan. Selanjutnya PR IV juga mengusulkan jikalau ada pementasan maupun festival bertaraf internasional semoga ISI juga diundang.

Perjalanan  ISI Denpasar ke Amerika Serikat

Perjalanan ISI Denpasar ke Amerika Serikat

CSC_0219Kiriman: I Nyoman Windha (Dosen PS. Karawitan ISI Denpasar).

Amerika-Popularitas Gamelan Bali dan Jawa di Amerika Serikat meningkat drastis sejak 30 tahun yang lampau. Hal ini disebabkan juga oleh karena gamelan telah menjadi mata pelajaran utama di Universitas, Institut dan lembaga kesenian lainnya di 27 negara di Dunia. Di USA sendiri kini diperkirakan ada sebamyak 200 gamelan yang aktif mengadakan pelajaran dan pementasan . Selain gamelan Bali dan jawa, musik daerah lainnya dari Indonesia juga dipelajari secara intensif.

Terkait dengan pertumbuhan gamelan yang begitu pesat di luar Indonesia, salah satu masalah yang muncul adalah kurangnya forum-forum ilmiah yang bisa mendiskusikan mengenai gamelan dan kesenian Indonesia lainnya. Forum semacam ini sangat dibutuhkan untuk membangun dialog dengan dunia luar dan mempertebal kecintaan orang asing terhadap gamelan dan kesenian Indonesia lainnya. Hal ini akan memiliki konsekuensi  pada peningkatan preservasi dan kreativitas dalam gamelan baik di dalam  maupun di luar negeri.

 DSC_0353

Sebagai langkah antisipasi terhadap masalah ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C. menyelenggarakan sebuah  “International Seminar and Festival of Indonesian Music” yang berlangsung di Musium Smithsonian mulai tanggal 27 Oktober – 3 Nopember 2013. Seminar dan Festival itu langsung dipimpin oleh Bapak Haryo Winarso, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI Washington D.C., dibantu oleh Prof. Andrew Clay McGraw dan Prof. Sumarsam, dua orang ahli Ethnomusikologi yang berasal dari Richmond University dan Wesleyan University, bertindak sebagai kurator seminar dan festival tersebut.

Untuk mensukseskan seminar dan festival tersebut, pihak panitia mendatangkan 3 grup kesenian dari Indonesia yaitu grup ISI Denpasar, Grup Dinas Kebudayaan Yogyakarta, dan grup ISI Padang Panjang. Misi Kesenian ISI Denpasar yang langsung dipimpin oleh Rektor Dr. I Gde Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum , hanya beranggotakan 10 orang seniman yang terdiri dari 5 orang penabuh, 4 orang penari dan seorang dalang. Untuk dapat mencapai penampilan yang prima dalam peristiwa Internasional itu, misi kesenian ISI Denpasar mendapat bantuan penabuh dari seniman-seniman Bali yang tinggal di Amerika Serikat seperti I Ketut GdeAsnawa, Nyoman Wenten, Nyoman Suadin, I Made Lasmawan, I Nyoman Saptanyana, I Putu Tangkas Hiranmayena, I Putu Krisna Saptanyana, dan Dewa Supanida   seorang alumnus ISI Denpasar sekarang  dosen ISI Padang Panjang  yang ikut rombongan ISI Padang Panjang

 DSC_0483

“International Seminar and Festival of Indonesian Music” menampilkan 12 grup gamelan dari Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu gamelan Anklung dari  Bacnell University, Gamelan Semarandana dari Richmond University, gamelan Jawa dari Weslayen University, gamelan Bali Lightbulb,  gamelantron Bali Project, dan gamelan Semar Pagulingan dari Cal Arts. Semua pementasan mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat Washington D.C.

Misi Kesenian ISI Denpasar yang tampil di Smithsonian Institute’s Freer, Sackler and International Galleries Washington D.C.  tanggal 2 Nopember 2013 menampilkan tabuh Jaya Semara, Tari Kebyar Duduk, Tari Legong Kuntul, Tari Taruna  jaya, dan garapan kreasi baru pewayangan berjudul “Sutasoma.”   Pertunjukan Wayang Kulit yang dipadukan dengan dramatari Bali itu disutradarai oleh I Gusti  Putu Sudarta dengan penata iringan I Nyoman Windha. Pementasan yang dihadiri kurang lebih 300 orang penonton berjalan sangat sukses dan mendapat standing ovation dari penonton.

 DSC_0509

Selain melakukan pementasan, ISI denpasar juga ikut dalam acara-acara workshop gamelan dan tari, termasuk ikut mendukung suksesnya loka karya tari janger Bali yang dipimpin oleh Dr. Swasthi Wijaya, mantan dosen ISI denpasar yang kini mengajar di gamelan dan tari di USA. Janger yang ditampilkan dalam loka karya tersebut merupakan janger gaya Singapadu yang juga pernah diajarkan di ISI Denpasar era 1980-an

Dalam “International Seminar and Festival of Indonesian Music”  itu juga tampil 27 pemakalah yang membahas perkembangan dan kemajuan gamelan di Amerika Serikat. Dari Bali tampil 4 orang pembawa makalah yaitu Dr. I Gde arya Sugiartha, SSKar, M.Hum, dengan makalah berjudul “Creativity of New Balinese Music Composition”,  Prof. Dr. I Made Bandem dengan makalah yang berjudul “Cross Cultural Teaching of Balinese Music and Dance.” Prof. Dr. I Nyoman Wenten dengan makalah “ Pak Cokro, Planting Seeds, Teaching gamelan in the United States.” Dan I Putu Tangkas Hiranmayena dengan makalah “Math Core and Gamelan Gong Kebyar.”  Seminar dan festival Gamelan Internasional itu  mampu memetakan pertumbuhan gamelan dan kesenian Indonesia di USA dan melihat kecenderungan  bahwa dimasa mendatang  selain para musikus dunia tertarik untuk mempelajari gamelan tradisi dari perspektif filosofi, etika, dan estitika, juga mulai berkembangnya gamelan eksperimental berupa karya hybrid dan fusion yang berlandaskan estitika global.

Usai mengikuti seminar dan festival di Washington D.C., Misi Kesenian ISI Denpasar melanjutkan perjalanan ke Worcester Massachusetts untuk merintis kerjasama antara ISI Denpasar dengan College of the Holy Cross. Pertemuan antara Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gde Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum dengan College Dean of the Holy Cross, Prof Freije yang didampingi oleh senior Professor Lynn Kremer dari Theater Departement membahas MOU kedua kampus itu dan telah merencanakan kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. College of the Holy Cross adalah salah satu kampus liberal Arts Education di Negara Bagian Massachusetts yang didirikan tahun 1848 memiliki program gamelan dan tari Bali sejak tahun 1994. Kini 2 orang mantan dosen ISI Denpasar, Dr. Swasthi Wijaya  dan Prof. Dr. I Made Bandem menjadi dosen di kampus tersebut.

Selain membahas MOU kerjasama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, misi  kesenian ISI Denpasar juga melakukan workshop dan pementasan di College of the Holy Cross. Workshop dilaksanakan bersama mahasiswa gamelan sebanyak 25 orang dan mahasiswa tari 20 orang. Dalam workshop yang dipimpin bersama oleh Swasthi Wijaya, I Gde Arya Sugiartha, I Ketut Garwa, dan I Nyoman Windha mempelajari tari kecak, Janger, dan  gending-gending Gong Kebyar.  Workshop dilanjutkan dengan pementasan singkat dari tim kesenian ISI Denpasar dengan menampilkan  tabuh Blaganjur, tari kebyar  Trompong, Legong Kuntul dan Taruna Jaya. Atas permintaan penonton, 5 orang seniman ISI Denpasar, I Gde Arya Sugiartha, I Ketut Garwa, I Nyoman Windha, Swasthi Wijaya, dan I Made Bandem mendemonstrasikan sinkopasi, staccato dan kerumitan vokal Kecak Bali. Penampilan mereka diapresiasi puluhan mahasiswa dan guru besar musik, tari dan teater dari College of the Holy Cross.

Usai penampilan di  College of the Holy Cross, misi kesenian ISI Denpasar juga mengadakan perlawatan    dan pergelaran ke Fichburg Worcester yaitu di Applewild School, dan pementasan itu dihadiri oleh kurang lebih 200 orang siswa SD dan SMP. untuk menanamkan pengertian yang lebih mendalam terhadap kesenian Bali, Lynn Kremer, Swasthi Wijaya dan I Made bandem telah seminggu sebelumnya mendahului memberikan workshop tentang kesenian Bali, termasuk mengajarkan teater pewayangan Bali terhadap anak-anak Applewild School itu. Teater wayang kulit  Bali yang digarap untuk para siswa itu bertemakan “Gecko’s Complain atau Toke mengeluh , sebuah cerita yang cukup populer dikalangan masyarakat Bali.”

Sementara 9 orang dari grup ISI mengadakan kunjungan ke  Werchester untuk memenuhi undangan dari  College of the  Holy Cross, salah satu  dari anggota rombongan  I Gustu Putu Sudartha  diutus oleh Bapak Rektor ISI  Denpasar untuk memberikan  workshop di Universty Of Richmond atas undangan dari  Andrew McGraw associate Professor di  Music Departement University of Richmond. Inj eurupakan langkah awal untuk merintis hubungan  kerja sama  antara ISI Denpasar dengan University of Richmond.

Kunjungan Istimewa: Walikota Katsuragi City ke kampus ISI Denpasar

Kunjungan Istimewa: Walikota Katsuragi City ke kampus ISI Denpasar

jepang 2Kiriman: Nyoman Dewi Pebryani,ST., MA (Dosen Desain Fashion).

Denpasar- Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mendapat kunjungan istimewa dari Walikota Katsuragi City perfektur Nara Jepang Mr. Kazuya Yamashita serta pengusaha dari Jepang Mr. Nopuhiro Shimada, pada hari Kamis (22/8). Bertempat di Gedung Latta Mahosadi, Rektor ISI Denpasar menerima kunjungan resmi Walikota Katsuragi City yang didampingi oleh Jajaran Pemerintah Kota Denpasar.

Dalam Sambutannya Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, SS.Kar.,M.Hum, mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesempatannya untuk berkunjung ke kampus ISI Denpasar. Dalam kesempatan yang sama, Rektor ISI Denpasar juga menampilkan serta menjelaskan tentang profile ISI Denpasar kepada delegasi.

jepang 6Kunjungan singkat ini diisi dengan acara workshop tari dan karawitan oleh mahasiswa Dharmasiswa RI ISI Denpasar yaitu Ms.Kikuchi Mai dan Ms.Tashiro Cia dari Jepang yang didampingi oleh mahasiswa ISI Denpasar beserta instruktur Ibu Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST.,M.Si yang diiringi oleh penabuh dari Dharmasiswa RI Mr. Rupert Snook dan mahasiswa ISI Denpasar. Dharmasiswa merupakan program pemerintah Republik Indonesia untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia untuk program pendidikan selama enam bulan hingga satu tahun, seperti diketahui bersama jumlah mahasiswa Dharmasiswa yang berasal dari Jepang cukup banyak menimba ilmu di kampus ISI Denpasar.

Walikota Katsuragi Jepang mengungkapkan kegembiraanya bisa berkunjung serta diterima dengan baik di Kampus ISI Denpasar, “kedepannya saya harapkan delegasi dari ISI Denpasar dapat hadir dan pentas di Katsuragi Jepang”, ungkap Mr. Kazuya.

Hubungan dan jalinan kerjasama antara ISI Denpasar dengan Jepang telah berlangsung cukup lama, kampus ISI Denpasar telah menjalin kerjasama dalam bentuk MoU dengan Tokyo University of the Arts, Okinawa University, Kanda University, dan yang terakhir dengan Ochanimatsu University. “Kerjasama ini tidak sebatas pada sesama University, tetapi juga dengan berbagai pihak yang mendukung salah satunya pemerintahan”, ungkap Pembantu Rektor IV, I Wayan Suweca, SSKar.,M.Mus, yang turut mendampingi Rektor ISI Denpasar. Beliau juga berharap dengan semakin meluasnya jaringan ISI Denpasar, maka akan menunjang visi misi kampus ISI Denpasar menjadi pusat unggulan budaya dan seni di tahun 2020, yakni Center of Excelent.

Loading...