Oleh: I Gede Suwidnya mahasiswa PS Seni Karawitan
Gaya palegongan Kuta mengingatkan kita pada seorang guru dan komposer jenius yang bernama I Wayan Lotring(1898-1983).Sejak kecil beliau mulai menciptakan tabuh palegongan dengan nuansa yang berbeda yang mengambil yang menginspirasi dari alam sekitar maupun terinspirasi oleh perangkat gamelan lain.Komposisi beliau sudah tersebar di selruh pelosok Bali,dimana pada masing-masing desa menginterprestasikannya dengan gaya mereka sendiri.Pada tahun 1915 I Wayan Lotring meminpin sekaa gamelan palegongan yang pertama yang pernah mementaskan kesenian Bali di luar Bali dengan mementaskan tari Legong Kraton di Keraton Surakarta.Pada tahun 1970-an gamelan palegongan di kuta konon di lebur demi pementasan Ramayana untuk para turis.Sehingga di Kuta tidak lagi bisa memperdengarkan gaya asli gending Palegongan Kuta yang dimainkan diatas perangkat gamelan aslinya.
Instrumen dan Pola Pukulan Gamelan Palegongan :
Tidak banyak orang tahu bahwa instrumen gamelan palegongan atau semara petangian seperti yang tersurat dalam lontar Aji Gurnita dan Prakempa,sebenarnya cukup jauh berbeda dengan gong kebyar.Yang pertama,daun gamelan(kecuali gender rambatnya) palegongan tidak pernah melebihi enam yang pada umumnya berjumlah lima bilah saja.Keunikan yang lain juga dapat ditemukanpada perangkat kuno dimana daun yang paling kecil yang merupakan nada ndang tinggi diletakkan di sebelah kiri.Keunikan ini tidak dimiliki oleh perangkat gamelan gong kebyar,semarandhana maupun semara pagulingan.Yang mungkin menurut para ahli susunan tersebut merupakan ciri khas pengaruh komposisi pada zaman dahulu.Pola kotekan asli palegongan terdengar lebih manis dan lebih jelas ketimbang dengan gong kebyar.Gamelan palegongan juga memiliki beberapa instrumen yang tidak dimiliki gamelan gong kebyar,seperti : Gender rambat,Gender barangan,gentorag,gangsa jongkok dan gumanal.