Kiriman : Ni Kadek Yuni Diantari (Program Studi Desain Mode Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar)
Abstrak
Kesenian merupakan sebuah keindahan yang dapat ditelaah dengan ilmu estetika. Salah satu kesenian tersebut berupa kain tradisional yakni kain batik. Kain batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia dan ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi. Kain batik memiliki beraneka ragam pola dan motif yang salah satunya dapat ditemui pada motif batik truntum yang berasal dari Solo. Pada kain batik truntum terkandung nilai estetis yang dapat dibedah melalui aspek estetis menurut Djelantik. Tiga aspek dasar estetika tersebut meliputi wujud atau rupa (appearance), bobot atau isi (content, subtance), dan penampilan atau penyajian (presentation). Pada aspek wujud atau rupa terdiri dari bentuk, ritme, keseimbangan dan keselarasan/harmoni. Pada aspek bobot atau isi terdiri dari suasana, gagasan, dan pesan. Sedangkan pada aspek penampilan menunjukkan penyajian suatu karya seni kepada pengamat atau khalayak ramai. Batik truntum sebagai wujud fisik kebudayaan (artefak) merupakan hasil dari aktivitas dan kreativitas dari Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) dalam merepresentasikan cinta Sunan Paku Buwana III yang tumbuh kembali kepada Ratu. Batik truntum memiliki ketiga aspek estetika tersebut. Sehingga dalam perkembangannya batik truntum tidak hanya digunakan sebagai sarung dalam acara pernikahan tetapi kini telah digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jarang pula ditemukan batik truntum yang telah dimodifikasi dengan kain modern dan dipadu-padankan dengan busana kasual untuk menghasilkan tampilan yang lebih kekinian, tetapi tetap terkesan etnik tanpa mengurangi aspek estetis dan nilai dari batik truntum tersebut. Dengan luwesnya pemakaian batik truntum ini merupakan apresiasi masyarakat terhadap keindahan batik truntum sekaligus sebagai upaya masyarakat dalam melestarikan warisan budaya batik truntum.
Kata Kunci : batik truntum, estetika, warisan budaya
Selengkapnya dapat unduh disini