Pembukaan The 3rd SSEASR Conference  Dihadiri 567 Akdemisi dari 63 Negara

Pembukaan The 3rd SSEASR Conference Dihadiri 567 Akdemisi dari 63 Negara

Pembukaan SSEASR 2009

Pembukaan SSEASR 2009

 

 

Denpasar Konfrensi internasional SSEASR (South and Southeast Asia Association For Study of Culture and Religion) sebagai hasil kerjasama antara ISI Denpasar dan UNHI Denpasar dibuka tadi pagi (3 Juni 2009) bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar oleh Dirjen Sejarah dan Purbakala, Hari Untoro Drajat yang mewakili Mentri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Sebanyak 567 akademisi multidisiplin dari 63 negara berkumpul guna mengikuti pembukaan konfrensi internasional yang diawali dengan tari garapan baru bertema air yaitu Tari Udakanjali diiringi tabuh wanita Asti Pertiwi ISI Denpasar. Ketua Panitia (OC) Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung sehingga acara konfrensi ini dapat terlaksana dengan baik. Prof. Rai yang juga Rektor ISI Denpasar mengungkapkan bahwa sebanyak 567 paper dengan tema : Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion akan didiskusikan selama 4 hari yang dibagi menjadi 124 diskusi panel. Dari 567 paper tersebut terdapat 100 paper dari peserta Indonesia, sehingga pihaknya berharap melalui ajang bergengsi inilah para akademi lokal dapat menunjukkan jati dirinya dan eksistensinya di kancah internasional, karena peserta yang hadir adalah akademisi dari universitas-universitas besar dan ternama di dunia. Pihaknya juga berharap bahwa lewat konfrensi internasional ini air akan mengalirkan kedamaian di seluruh belahan dunia.

 

Sebagian Peserta SSEASR

Sebagian Peserta SSEASR

Sementara Presiden IAHR (CIPSH, UNESCO) Prof. Ms Rosalind Hackett tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya terhadap keberhasilan dan kerja keras para panitia, terutama atas kerjasama SSEASR dengan ISI Denpasar dan UNHI Denpasar. Rosalind menambahkan konfrensi di Bali adalah kegiatan yang paling mengesankan dari sekian konfrensi yang pernah dia ikuti. Dan satu hal yang dia puji adalah goodie bag yang diberikan kepada seluruh peserta yang benar-benar menggambarkan ciri khas Bali. Hal senada juga diungkapkan Duta Besar India Biren Nanda dan Presiden SSEASR Prof. Amarjiva Lochan. Prof. Amarjiva menyampaikan bahwa selain para pakar dari berbagai Negara ini dapat bertukar pandangan, kegiatan konfrensi ini juga membawa pesan meningkatkan citra positif Bali dan membantu meningkatkan pariwisata Bali.

Pernyataan syukur dan bangga juga disampaikan Dirjen Sejarah dan Purbakala, Hari Untoro Drajat yang mewakili Mentri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Dalam sambutannya Hari Untoro mengungkapkan bahawa masyarakat Bali mengenal folosofi tentang keseimbangan hidup yang disebut dengan Tri Hita Karana yang artinya tiga keseimbangan yang berdampak pada kebahagiaan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Keharmonisan tiga hubungan ini melandasi konsep budaya Bali. Selain itu tema air yang diangkat dalam konfrensi ini adalah gayung bersambut dimana sistem tradisional irigasi Bali yang disebut “subak” sudah ada sejak 9 abad lalu melalui penemuan yang ditinggalkan di kabupaten Gianyar-Bali. Karena keunikan sistem subak inilah saat ini tradisi subak tengah diproses oleh pemerintahan Republik Indonesia untuk diajukan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia yang patut dilestarikan. Dan inilah sebagai bentuk hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Sementara dalam hubungannya dengan Tuhan sistem subak ini memiliki Pura Subak berlokasi dekat dengan sumber mata air. Sementara dalam hubungan dengan sesamanya, masyarakat Bali mengenal istilah “ngayah”. Tradisi inilah mampu membentuk kedamaian dan sebagai pemersatu. Sehingga memasuki era globalisasi masyarakat Bali tidak punya masalah dalam mengantisipasi moderniasi selama masyarakat Bali memiliki atau mengemban konsep keseimbangan tersebut. Akhirnya dari generasi ke generasi, agama dan budaya sebagai filosofi masyarakat Bali telah mengimplementasikan konsep keharmonisan.

Sementara Rektor Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar yang juga selaku steering committee, Prof. IBG Yudha Triguna yang ditemui disela-sela acara mengungkapkan bahwa kegiatan ini juga sepenuhnya mendapat dukungan dari Direktorat Jedral Bidang Masyarakat (Bimas) Hindu apalagi kapasitasnya yang juga sebagai Dirjen menjadikannya merasa terpanggil untuk turut menyukseskan kegiatan baik skala maupun niskala, termasuk dukungan dana. Pihaknya sangat berharap semoga konferensi international yang bertujuan mulia ini berjalan dengan sukses dan dapat merumuskan sesuai dengan yang diharapkan.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Pameran Air Sebagai Eksplorasi Karya Seni Rupa FSRD ISI Denpasar (Konfrensi Ke-3 SSEASR)

Pameran Air Sebagai Eksplorasi Karya Seni Rupa FSRD ISI Denpasar (Konfrensi Ke-3 SSEASR)

Air Kehidupan Karya I Wayan Gunawan

Air Kehidupan Karya I Wayan Gunawan (Seni Rupa Murni)

Denpasar– Air bagi kehidupan manusia, memberikan  manfaat dan makna yang tidak terbatas bagaikan wujud kasihNya. Bagi kehidupan berkesenian air telah banyak memberikan inspirasi, karena  wujud keindahan yang menyenangkan bagi setiap orang yang menyaksikannya. Akibat vibrasi sentuhan itu para seniman menimbulkan pengalaman estetis dan interfenetrasi mendalam, sehingga melahirkan inspirasi dan proses kreatif. Inspirasi dan proses kreatif sepanjang perjalana sejarah kesenian diekspresikan menjadi wujud-wujud gaya yang sangat beragam, itu artinya bahwa air bagaikan “ibu” sebagai “sumber pemberkat” keindahan bagi seniman. Oleh karena demikian menjaga, kelestarian dan kesucian air menjadi kewajiban yang sangat melekat bagi kita semua ” kata Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., selaku Rektor ISI Denpasar dan Ketua panitia (OC) ke-3 SSEASR.

Berkaitan dengan itu para dosen dan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar berupaya memamerkan karya-karyanya bertemakan air sebagai wujud kerjasama antara Institut Seni Indonesia Denpasar dengan Universitas Hindu Indonesia dengan SSEASR (South and Southeast Asian Association For the Study Culture and Religion) sebagai ajang kritik dan apresiasi dalam upaya mengenal air sebagai sumber kehidupan dan meningkatkan kualitas proses kreatif. Kegiatan pameran seperti yang sudah sepantasnya didukung oleh berbagai pihak terutama pemerhati seni.

Karena kegiatan berkesenian seperti ini, disamping mengapresiasim kualitas kesyahduan nilai estetik sebagai prestasi kreatif senimannya, tetapi juga rekaman berbagai peristiwa yang mencerminkan berbagai makna yang diekspresikan lewat air. Aktualisasi nilai-nilai universalitas yang selalu dikemas dengan kualitas inovasi kreatif ikon-ikon budaya dunia’ kata Dra. I Made Rinu, M.Si., selaku dekan FSRD dan penanggungjawab pameran dengan tema air di Gedung pameran FSRD ISI Denpasar.

Perfect day karya Bina Isyawan (Fotografi)

Perfect day karya Bina Isyawan (Fotografi)

Pameran yang diikuti oleh mahasiswa dan dosen dari seluruh jurusan di FSRD ini menampilkan karya fotografi seni, lukis, patung dan kriya. Sebanyak 26 dosen dan mahasiswa berpartisipasi dalam pameran bertaraf internasional ini. Persiapan pameran terutama di Program Studi Fotografi sebelumnya melakukan eksplorasi danau Batur Kintamani, Danau Buyan, danau Beratan dan dari berbagai sumber mata air di Bali yang seharusnya kita selamatkan dan wariskan kepada anak cucu kita, yang diolah dengan berbagai teknik fotografi sehingga menghasilkan karya imaging digital seni fotografi yang estetis, kata I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si., dosen, fotografer yang hobi hunting dengan mahasiswanya.

Pameran yang berlangsung dari tanggal 3-6 Juni di Gedung Pameran FSRD ISI Denpasar merupakan turut mengsukseskan konfrensi ke-3 SSEASR di ISI Denpasar dan UNHI Denpasar, sebagai tuan rumah. Mahasiswa umum diundang untuk memberikan aspirasi terhadap karya dosen dan mahasiswa, terhadap kepedulian dan eksplorasi air menjadi karya seni rupa.

Tim Pameran FSRD ISI Denpasar

Tari Udhakanjali Diiringi Asti Pertiwi Akan Tampil Dalam Pembukaan The 3rd SSEASR Conference

Tari Udhakanjali Diiringi Asti Pertiwi Akan Tampil Dalam Pembukaan The 3rd SSEASR Conference

Audiensi Acara dengan Bali TV

Audiensi Acara dengan Bali TV

DenpasarSouth and Southeast Asia Association For Study of Culture and Religion (Satu organisasi ditingkat Asia dan Asia Tenggara untuk studi agama dan budaya) akan melangsungkan konfrensi internasional SSEASR ke-3 pada tanggal 3-6 Juni 2009 di ISI Denpasar dan UNHI. Dalam pembukaan konfrensi internasional tersebut yang berlangsung di ISI Denpasar akan ditampilkan karya tari garapan baru dengan judul “Udhakanjali”. Menurut pencipta tarian Ida Ayu Wimba Ruspawati, S.ST., M.Sn., Udhakanjali berarti air suci sebagai persembahan. Dipilihnya judul tersebut karena sesuai dengan tema konfrensi yaitu Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion, dimana perspektif air dari Selatan dan Tenggara Asia sebagai interaksi budaya dan agama akan dibahas dalam konfrensi yang berlangsung 4 hari. Ida Ayu Wimba yang juga dosen ISI Denpasar menambahkan air adalah segala-galanya di dunia ini, dan semua makhluk didunia ini akan berakhir sebagai air. Air adalah nikmat dan karunia Tuhan yang luar biasa bagi umat manusia, air menjadi sumber kehidupan yang paling penting. Hakikatnya lembut, namun kekuatan yang dikandungnya sangat luar biasa. Air bisa menjadikan faktor kunci untuk setiap kehidupan di alam ini bahkan air juga sangat berperan penting bagi benda mati, seperti umpama air menyatukan berbagai bahan bangunan dari unsur keras sehingga membentuk dinding yang kokoh. Namun di sisi lain air bisa mendatangkan bencana yang super dahsyat seperti tsunami yang pernah terjadi di Aceh. Air sungguh dahsyat dan luar biasa. Ternyata dibalik semua hikmah dan kejadian yang ditimbulkan oleh air adalah sebagai akibat perlakuan kita terhadap air. Begitu juga dengan air yang ada di alam, sudah sepatutnya kita harus memperlakukannya dengan baik, seperti tidak membuang sampah dan limbah kimia ke air sehingga diharapkan air dapat memberikan kehidupan yang bagus, bukan sebaliknya mendatangkan bencana, seperti banjir dan bencana lainnya. Inilah sesungguhnya tentang air, belakangan ini bahkan sampai dengan saat ini air masih belum mendapatkan perhatian sebagai benda yang penting, air masih banyak diberikan perlakuan yang kurang bagus, mungkin sampai dengan sekarang ini kita masih banyak mendapatkan bencana alam yang disebabkan oleh karena kurangnya perhatian kita terhadap air. Untuk itu lewat garapan tari yang berdurasi sekitar 8 menit ini diharapkan mampu membuka cakrawala kita untuk turut menjaga keberadaan air di bumi ini. Layaknya fitur air, garapan tari ini memiliki gerakan yang statis, dinamis dan murka. Tarian ini dibawakan oleh Sembilan (9) penari dari mahasiswa semester VI jurusan Tari ISI Denpasar. Menurut pencipta dipilihnya Sembilan penari karena angka Sembilan adalah nilai tertinggi dan sebagai simbul Dewata Nawasanga (pengider buana).

Logo Visit2009

Logo Visit2009

Sementara iringan tari akan dibawakan oleh penabuh wanita ISI Denpasar “Asti Pertiwi”. Sesuai dengan kiprahnya “Asti Pertiwi” kian terdengar dikancah seni Bali. Tak heran karena keaktivan para penabuh yang terdiri dari para dosen, staf, mahasiswa, serta seniman untuk turut mengikuti berbagai kegiatan yang berlandaskan “ngayah”. Diawali dengan kegiatan “ngayah” dikampus ISI Denpasar, kumpulan ibu-ibu ini mampu menembus kancah local, nasional hingga internasional. Aktivitas Asti Pertiwi mengemban misi Tridharma Perguruan tinggi yang salah satunya pengabdian kepada masyarakat dimulai dari ngayah berkaitan dengan uparana odalan di Pura Padma Nareswara ISI Denpasat. Awal dari itulah akhirnya Penabuh wanita ISI Denpasar “Asti Pertiwi” ini, hingga kini sudah melakukan  kegiatan ngayah di beberapa yang ada di Bali diantaranya Pura Besakih saat Odalah Bhatara Turun kabeh, Pura Batur, dan 36 pura lainnya sudah pernah dijajah untuk kegiatan “ngayah”. Selain pura-pura di Bali, Asti Pertiwi juga pernah merambah ke luar Bali yaitu Lombok, dengan “ngayah” di Pura Dalem Karangjangkong, Cakranegara, Lombok-Nusa Tenggara Barat pada tilem kedasa, tanggal 24 April 2009. Dengan ciri khas membawakan tabuh Semar Pegulingan, rombongan ini mampu menjadi pusat perhatian para pemedek yang tangkil ke Pura Dalem Karangjangkong. Selain itu Asti Pertiwi juga pernah menorehkan sejarah dengan tampil pada pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 29, tampil dihadapan Menteri Pendidikan Malaysia saat kegiatan SEAMEO Conference tahun 2007, serta tambil dalam berbagai ajang penting lainnya.

Menurut Koordinator Asti Pertiwi, Ni Ketut Suryatini, S.Kar., M.Sn., Asti Pertiwi yang didukung penuh oleh Rektor ISI Denpasar merasa bangga diberi kesempatan untuk tampil mengiringi tarian Udhakanjali dalam pembukaan Konfrensi Internasional ke-3 SSEASR. Asti pertiwi akan menampilkan sebuah komposisi bertema air dengan penyampaian dari bentuk syair kolaborasi antara tabuh dan gending ciptaan Ni Ketut Suryatini, S.Kar., M.Sn., beserta I Gede Mawan S.Sn. Dalam garapan tabuh ini Ni Ketut Suryatini mengungkapkan bahwa selama ini kita terlalu terlena dengan keduniawian sehingga mengabaikan pentingnya manfaat air. Jika air dalam tubuh kita diberikan perlakuan yang positif, maka air akan sangat berguna sebagai penyembuh yang sangat ampuh dan dahsyat. Demikian halnya air yang ada di alam semesta ini, kalau diberikan perlakuan yang positif maka air yang ada di alam semesta ini akan sangat memberikan manfaat yang sangat luar biasa, memberikan sumber penghidupan bagi setiap benda yang ada di alam ini. Air ciptaan Tuhan yang sangat dahsyat dan luar biasa ini merupakan jembatan dan keterkaitan antara kehidupan alam dan kehidupan manusia. Sehingga garapan tari dan tabuh ini mampu menyadarkan manusia untuk menjaga air untuk kepentingan bersama.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Para Pakar dari 61 Negara di Dunia Akan Tukar Pandangan Dalam The 3rd SSEASR Conference di ISI Denpasar

Para Pakar dari 61 Negara di Dunia Akan Tukar Pandangan Dalam The 3rd SSEASR Conference di ISI Denpasar

SSEASR

SSEASR

DenpasarSouth and Southeast Asia Association For Study of Culture and Religion (Satu organisasi ditingkat Asia dan Asia Tenggara untuk studi agama dan budaya) bekerjasama dengan ISI Denpasar dan UNHI Denpasar akan melangsungkan konfrensi internasional SSEASR ke-3 pada tanggal 3-6 Juni 2009 di ISI Denpasar dan UNHI Denpasar dengan tema : Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion, dimana perspektif air dari Selatan dan Tenggara Asia sebagai interaksi budaya dan agama akan dibahas dalam konfrensi yang berlangsung selama 4 hari. Konfrensi tersebut akan dihadiri oleh pakar dari berbagai multidisiplin dari 61 negara didunia dengan melibatkan sekitar 506 peserta. Menurut ketua panitia Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., awalnya keterlibatan peserta mencapai 600 dari 63 negara di dunia, namun akibat isu flu babi yang mengkhawatirkan dunia berdampak pula pada kehadiran peserta asing yang membatalkan kehadirannya untuk mengikuti konfrensi. Mereka akan mengadakan tukar pandangan dalam rangka mengembangkan upaya-upaya untuk memelihara, mengembangkan serta mencari solusi terhadap berbagai permasalahan berkaitan dengan kehidupan agama dan budaya. Prof. Rai menambahkan sesungguhnya keputusan untuk menjadikan Bali sebagai tempat konfrensi sudah diputuskan di Bangkok pada Konfrensi internasional SSEASR ke-2 tahun 2007. Ini membuktikan para peserta sangat antusias untuk datang ke Bali dan kesempatan ini sangat baik untuk meningkatkan citra positif Bali dan membantu meningkatkan pariwisata Bali. Kegiatan ini juga sangat berdampak pada dunia pendidikan Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya, karena nantinya akan hadir ratusan akademisi dari berbagai multidisiplin untuk berdiskusi tentang seni budaya khususnya Bali. Sehingga keindahan alam, seni dan budaya Bali nantinya tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan, tapi juga para ilmuwan. Konfrensi besar ini juga akan berdampak positif bagi para ilmuwan lokal untuk dapat menunjukkan jati dirinya di kancah internasional, karena peserta yang hadir adalah akademisi multidisiplin dari universitas-universitas besar dan ternama di dunia.

Pelaksanaan konfrensi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak diantaranya dukungan dari Walikota Denpasar, Rai Dharmawijaya Mantra, yang dalam audiensi panitia ke walikota mengungkapkan bahwa kegiatan ini nantinya benar-benar bisa memberi peluang kepada masyarakat bali untuk mengungkapkan sesuatu dengan tersurat bukan tersirat yang artinya mampu mengungkapkan adat, budaya dan agama lewat tulisan bukan sekedar wacana saja. Rai Dharmawijaya Mantra juga menyampaikan bahwa peningkatan jati diri masyarakat Bali tidak hanya terfokuskan pada “monument fisik” tapi juga harus membangun “monument maya”. Untuk pelestarian Bali “monument pisik” seperti bangunan harus diimbangi dengan pembangunan “monument maya” dalam hal ini adalah pembangunan spiritual. Sehingga banyaknya “monument pisik” yang ada di Bali akan dapat dilestarikan karena masyarakat bali memiliki kekuatan “monument maya” untuk menjaga dan melestarikannya. Hal tersebut terungkap saat audiensi ke walikota.

Sementara dukungan keamanan juga diberikan oleh para jajaran Polda Bali, lewat ungkapan Kapolda Bali IRJEN POL Drs. T. Ashikin Husein dengan diadakan dan suksesnya konferensi ini merupakan pembuktian atas keamanan daerah Bali sebagai daerah tujuan pariwisata internasional. Kapolda dan jajarannya juga menyatakan siap untuk mendukung dan menyukseskan kegiatan ini dari segi pengamanannya. Gubernur Bali lewat Wakil Gubernur Balipun, A.A. Puspayoga sangat bangga atas terpilihnya Bali sebagai tempat konfrensi internasional. Apalagi dalam konfrensi melahirkan 3 jenis buku yaitu buku berbahasa Indonesia, Inggris serta Bahasa Bali, yang mampu memberikan sumbangsih sangat berarti bagi dunia pendidikan Bali khususnya dan internasional secara umum. Sementara dukungan lainnya diungkapkan oleh Ketua DPRD Bali, I.B. P. Wesnawa. Pihaknya menyampaikan dipilihnya tema konfrensi ini adalah “air” sangat tepat. Karena di jaman sekarang ini perlu ada inspirasi yang mampu membuka pikiran seluruh umat untuk berlaku positif terhadap “air”. Menurutnya air adalah simbul kehidupan yang dilambangkan dengan Dewa Wisnu untuk kesejukan. Jika ditelusuri dari ceritanya, Dewa Wisnu pernah menikah dengan Dewi Pertiwi yang melahirkan Boma. Dari cerita itu filosofi yang kita temukan adalah Dewa Wisnu (air) yang bergabung dengan Dewi Pertiwi (tanah) melahirkan boma yang berarti pohon atau kehidupan. Begitulah perlakukan kita terhadap air. Jika kita memperlakukan air dengan baik maka hal baik pula yang kita terima, namun jika perlakuan sebaliknya kita berikan, maka murkalah yang kita dapatkan. Wesnawa mengharapkan, kegiatan ini menjadi tonggak sejarah yang nantinya terdapat 3 proses yaitu diawali dari pemehaman, dilanjutkan dengan penghayatan dan diakhiri dengan pengamalan. Sehingga setelah konfrensi ini mampu mengaplikasikan hasil dari konfrensi untuk menjaga keberadaan “air” tersebut tidak hanya di Bali namun juga di mancanegara.

Profesor. Amarjiva Lochan presiden SSEASR yang juga penggagas Konferensi ini mengungkapkan, agama adalah satu kondisi yang meliputi hampir tiap-tiap bagian dari hidup kita, apakah ini adalah budaya kita, bahasa dan literatur, riwayat atau peradaban, perilaku sosial atau pemahaman dari kemanusiaan, agama yang membentuk kita. Ciri umum yang tidak bisa dipisahkan dari berbagi peradaban kita di masa lalu tiga millennia membuat agama di selatan dan tenggara asia satu model peran dari keberadaan dimana unsur eksternal dapat diterima, disesuaikan, dicerna dan dihormati. Begitu juga dengan air yang merupakan suatu unsur yang penting di alam untuk kelangsungan hidup manusia. Inti dari konferensi ini adalah membahas bagaimana kebudayaan manusia yang didasari oleh agama dan penghormatan terhadap air, yang kedepannya diharapkan tumbuh suatu kesadaran akan pentingnya air.

Sementara Rektor Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Prof. IBG Yudha Triguna mengungkapkan bahwa kegiatan ini juga sepenuhnya mendapat dukungan dari Direktorat Jedral Bidang Masyarakat (Bimas) Hindu apalagi kapasitasnya yang juga sebagai Dirjen menjadikannya merasa terpanggil untuk turut menyukseskan kegiatan baik skala maupun niskala, termasuk dukungan dana. Pihaknya sangat berharap semoga konferensi international yang bertujuan mulia ini berjalan dengan sukses dan dapat merumuskan sesuai dengan yang diharapkan.

Humas ISI Denpasar melaporkan

3rd SSEASR Conference, Bali, Indonesia INAUGURAL EVENT

Wednesday June 03, 2009

Inaugural Session 8:30-09:30

Dignitaries take their position at the Stage 08:20- 08:30

Inaugural Prayer/Music 08:30 -08:35

Organising Chair, Prof  Dr.  I Wayan Rai welcome speech        08:35 -08:40

Chair, Steering Committee Prof IBG Yudha Triguna invitation speech 08:40 -08:45

IAHR( CIPSH, UNESCO) President  Prof Ms Rosalind Hackett  addresses 08:45 -08:50

SSEASR President Prof   Amarjiva Lochan speaks       08:50 -09:00

Hon’ble  Governor, Bali H.E. Mr I Mangu Pastika’s address 09:00 -09:05

Hon’ble Indian Ambassador H. E. Mr Biren Nanda’s address 09:05 -09:15

Hon’ble Culture Minister, RI, Ir. Jero Wacik inaugural speech 09:15 -09:25

Vote of Thanks and the VIP Group Photo on Stage 09:25 -09:30

Keynote Session 09:30 -10:30

Introduction of the Keynote Speaker

Prof. Wang Gungwu, Chairman, the East Asian Institute, National University of Singapore

Cultural Diffusion and Inter-Ocean Exchange: Past and Present (Chaired by Amarjiva Lochan, President, SSEASR)

Full Schedule Download in here

Gelar Karya TA Karawitan Hari ke empat

Pergelaran Karya Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan kali ini, menampilkan 5 karya karawitan baik yang bersifat kreasi ataupun kontemporer, Pergelaran Ujian karya karawitan, merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS bagi mereka yang mengambil minat penciptaan karya seni karawitan. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari Keempat, Kamis, 21 Mei 2009 akan diikuti oleh lima karya seperti berikut.

1. STONE MUSIC

Stone Music, foto by GC

Karya: A.A. Gede Lanang Ambara

Sinopsis :

Stone Music merupakan sebuah garapan komposisi musik kontemporeryang dilatarbelakangi oleh kehidupan manusia purba pada jaman batu. Pengolahan tempo, ritme dan dinamika akan ditata melalui bunyi – bunyian yang dihasilkan oleh batu.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Yudistira, Kapal

2. ANAMAN

Anaman, foto by GC

Karya: I Made Mujana

Sinopsis :

Secara etimologi anaman berarti tipat. Tipat merupakan maha karya yang dibuat berdasarkan rasa estetik dan mengandung falsafah yang sangat tinggi. Kulit tipat ini terbuat dari janur yang dijalin sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang diinginkan. Jika diperhatikan, dalam kulit tipat, terdapat jalinan-jalinan janur yang sangat unik dan pada akhir jalinan atau ujung dari janur tersebut akan bersatu kembali. Jalinan dari kulit tipat, memberikan inspirasi bagi penata untuk ditransformasikan kedalam sebuah bentuk komposisi karawitan kreasi dengan judul Anaman.

Komposisi karawitan ini, memakai Gamelan Gong Kebyar sebagai media dalam menyampaikan apa yang diamati yang diwujudkan kedalam sebuah bentuk karawitan kreasi dengan memanfaatkan dan memperhatikan unsure-unsur musik yang ada. Namun, dalam komposisi karawitan inin masih memakai pola tradisi yang juga ditonjolkan dan dikembangkan melalui pengolahan melodi, pengembangan pola hitungan dan pola ritme sehingga nantinya menjadi sebuah kesatuan atau jalinan yang menyerupai kulit tipat.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa, Denpasar

3. PRAHARA

Prahara, foto by GC

Karya: I Made Dedik Widnyana

Sinopsis :

Prahara adalah sebuah realita sosial, yang kenyataanya selalu membuat masyarakat dihantui perasaan resah dan gelisah. Walaupun selalu diartikan negatif, tetapi penata mencoba menjadikannya sebagai sebuah daya rangsang, dalam penataan komposisi karawitan, dimana didalamnya akan menjelaskan bawa dia tidak selalu bermakna negatif, tetapi suatu saat dia bisa menegakkan kembali nilai sebuah kebenaran yang lain, komposisi ini diwujudkan dalam bentuk komposisi karawitan baru, dimana kesan. Melalui media ungkap Gamelan Selonding dan beberapa instrument musiknya inovatif dan unsur-unsur musiknya ditata sedemikian rupa agar komposisi ini terkesan bernuansa baru.

Pendukung Karawitan   : Sekaa Gong Sancaya Kanti Desa Kesiman, Denpasar

4. BANGSING

Bangsing, foto by GC

Karya: I Komang Budiana

Sinopsis :

Bangsing adalah akar gantung yang tumbuh dari dahan beringin, dan keagungan pohon yang teramat besar, dahan dan ratingnya serta merta selalu berusaha untuk memperbesar diri karena akar dari pohon ini menjalar begitu rupa serta menimbulkan kerimbunan dan kesejukan.

Terlihat dari fenomena yang ada, pohon ini mempunyai karakteristik atau kekhasannya berupa akar yang tumbuh bergantung, berlawanan dan berbalapan hingga menimbulkan keunikan dan kekilitan suatu kebersamaan satu sama lainnya.

Pendukung Karawitan   : Sekaa Gong ST.Cakra Werdhi Kutuh Sayan Ubud

5. PAUM

Paum, foto by GC

Karya: I Made Agus Rijayana

Sinopsis :

Paum merupakan proses untuk mencari mufakat dalam sebuah organisasi. Indahnya perbedaan pendapat dan perselisihan rapat/sangkep menginspirasi penata untuk mentransformasikan perbedaan dan perselisihan ke dalam sebuah komposisi tabuh kreasi baru dengan repertuar seperangkat barungan gong kebyar dengan megedepankan unsur-unsur musikalitas seperti tempo, dinamika, ritme dengan konsep perubahan.

Pendukung Karawitan:

1.  Sanggar Siwer Nadi Swara Br.Pagan Kelod

2. Mahasiswa Jurusan Karawitan FSP ISI Denpasar

Loading...