by admin | Jul 22, 2009 | Berita
(Denpasar-Humasisi)Menjelang pelaksanaan Dies Natalis VI dan Wisuda Sarjana Seni VII, ISI Denpasar terus berbenah dan membuat trobosan guna merealisasikan rencana strategis ISI untuk bisa ‘go international’. Diantaranya untuk lebih meningkatkan net working, dan bentuk pengabdian ISI Denpasar terus berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai Negara. Setelah bulan Maret 2009 lalu, ISI Denpasar telah mengirimkan salah satu dosen Jurusan Karawitan ke Paris-Perancis yaitu I Nyoman Kariasa, SSn, pada bulan Juli ini ISI Denpasar kembali mengirimkan salah satu dosen Jurusan Tari ke Paris-Prancis yaitu I Gede Oka Surya Negara., S.ST., M.Sn. Menurut Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., pengiriman dua dosen ini guna meningkatkan pengenalan masyarakat Perancis terhadap budaya Indonesia, khususnya dalam hal gamelan dan tari Bali, serta membukakan cakrawala wawasan para dosen ISI Denpasar dengan merujuk pada dunia luar. Dari pengiriman salah satu dosen karawitan ke Prancis, telah membuahkan hasil, dimana berdasarkan laporan pada tanggal 21 Juni 2009, dalam rangka hari music sedunia, diadakan Fete de la Musique merupakan festival music tahunan. Materi yang ditampilkan adalah tabuh gilak baris, tabuh tari pendet, dan tabuh gilak sasak. Selain menampilkan gamelan Bali, juga menampilkan angklung (kocok) yang membawakan lagu kopi dangdut, my heart dan Besame mucho. Pergelaran ini didukung oleh PPI (Perhimpunan pelajar Indonesia) setempat. Selain pertunjukan, para dosen ISI Denpasar juga mengadakan sesi interaktif. Pada sesi ini warga Prancis bahkan antri ingin mencoba memainkan gamelan dan angkung bersama sama dengan penabuh dari Indonesia. Selain itu kesuksesan juga dirasakan saat mengikuti Cranaval Tropical de Paris tanggal 4 Juli 2009. Dengan bimbingan oleh para dosen ISI Denpasar yang dikirim ke Pari-Prancis, kontingen Indonesia yang melibatkan lebih dari 70 orang telah sukses terselenggara.
Sementara Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, I Ketut Sariada, S.ST., mengungkapkan trobosan lainnya adalah untuk pertama kalinya ISI Denpasar lewat HMJ Karawitan FSP akan menggelar lomba Kendang, Bapang Barong dan Jauk Manis. Kegiatan ini adalah inisiatif dari mahasiswa sendiri. Para peserta adalah mahasiswa aktif ISI Denpasar baik dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Maupun Fakultas Seni Pertunjukan. Pelaksanaan lomba akan digelar selama tiga hari, dari tanggal 23 – 25 Juli 2009, bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.
Selain itu dalam bidang pendidikan, para mahasiswa semester II jurusan pedalangan telah mampu menampilkan drama berbahasa Inggris untuk pertama kalinya (21 Juli 2009). Pertunjukan drama berbahasa Inggris ini sebagai hasil dari pelajaran Bahasa Inggris I. Cerita yang diambil adalah Jayaprana. Mahasiswa pedalangan yang berjumlah 7 orang membagi tugasnya masing-masing yaitu: I Dewa Gede Putrayadnya (Penulis naskah), I Gede Wirawan (Sebagai Jayaprana), Nyoman Suastana (dalang), I Made Ono Susanto (Patih), Cokorda Putra (dalang 2), Ni Made Marini (Layonsari) serta I Made Gede Kariyasa (Sebagai Saung Galing). Ketua Jurusan Pedalangan, I Dewa Ketut Wicaksana, S.SP., M.Hum., yang hadir saat pementasan mengungkapkan system pembelajaran ini sangat tepat diterapkan di jurusan pedalangan, karena diharapkan kedepannya mereka mampu menjadi dalang berbahasa Inggris. Pihaknya menambahkan bahwa jurusan Pedalangan sangat mendukung kegiatan ini, dan diharapkan model pembelajaran ini dapat terus diterapkan sebagai inovasi pembelajaran sehingga mahasiswa semangat untuk belajar Bahasa Inggris.
by admin | Jun 26, 2009 | Berita
(Denpasar-humasisi) Ditengah gencar-gencarnya Lembaga Pendidikan Tinggi di Indonesia untuk membenahi kualitas pendidikannya agar bisa bersaing dengan Universitas luar negeri, kampus ISI Denpasar kedatangan Paul Trinidad seorang dosen Visual Arts dari The Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts, University of Western Australia. Kedatangan Mr. Paul disini adalah untuk menjajaki kerjasama (UtoU) dengan ISI Denpasar di bidang pendidikan Seni Rupa seperti pameran, workshop, sandwich program, seminar, kolaborasi seni dan pertukaran Mahasiswa dan Dosen. Itu terungkap dalam pertemuan rektor dengan Paul Trinidad di gedung Rektorat ISI Denpasar. Pada kesempatan tersebut Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA didampingi oleh Dekan FSRD Dra. Ni Made Rinu, MSi, PD I FSRD Drs. I Gede Mugi Raharja, MSn, PD II FSRD Drs. I Made Bendi Yudha, MSn, Ketua PS. Fotografi Arba Wirawan.
Ternyata ini merupakan kunjungan lanjutan Mr. Paul dimana pada tahun 2007 pernah dilaksanakan. Kedatangannya saat ini adalah untuk lebih intens untuk menjajaki kerjasama secara konkret dan membicarakan butir-butir kesepakatan kerjasama (MoU) yang rencananya pada Bulan September depan bisa ditandatangani antara kedua belah pihak. Sementara itu dalam waktu dekat dari pihak University of Western Australia akan membuat website yang memuat karya-karya mahasiswa dan dosen dari kedua universitas. Dimana dosen dan mahasiswa FSRD ISI Denpasar diharapkan mengisi content-nya dengan memajang karyanya disana. Rencananya web tersebut dinamakan “truly bagus” sebuah Bridge of culture (Jembatan kebudayaan) yang bermakna estetika yang tinggi dalam dua bahasa Inggris dan Indonesia. Tujuan pembuatan website ini adalah promosi lewat internet sehingga masyarakat dunia secara umum dan masyarakat Indonesia dan Australia pada khususnya dapat melihat karya mahasiswa dan dosen kedua Universitas, sehingga bisa memberikan input terhadap peningkatan kualitas karya, baik secara akademis maupun komersial. Rencannya website akan ditindaklanjuti pada bulan Juli ini dan akan diadakannya student project pada bulan Agustus. Untuk rencana ke depannya dosen dan mahasiswa ISI Denpasar juga diundang untuk mengisi International Exhibition di Australia pada September depan.
Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA menanggapi dengan baik rencana kerjasama ini dan mengharapkan sebelum tahun 2010 dapat terlaksana realisasi kerjasama antara University of Western Australia dengan ISI Denpasar dan antara FSRD ISI denpasar dengan Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts University of Western Australia. Sehingga ISI denpasar pada umumnya dan FSRD bisa mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas pendidikannya sesuai dengan standar internasional. Dekan FSRD Dra. Ni Made Rinu, MSi menyambut gembira dengan diadakannya dan menanggapi secara serius dengan mempersiapkan diri secara maksimal. Apalagi kelemahan mendasar dari mahasiswa dan dosen adalah kemampuan berbahasa asing, apalagi Mr. Paul berjanji untuk membantu di dalam hal peningkatan kemampuan bahasa. Nah dengan kesempatan ini kita bisa meningkatkan kemampuan bahasa dengan kerjasama ini, sehingga transfer ilmu dan wawasan tentang perkembangan dunia seni rupa di dunia internasional dapat ditingkatkan. Dengan kerjasama ini juga dapat menambah networking kita di dunia dan diharapkan dapat memotivasi diri untuk mengasah kualitas dan kemampuan diri agar dapat bersaing di tingkat internasional.
Mr. Paul Trinidad sangat senang bisa berkunjung ke ISI Denpasar khususnya dan ke Bali pada umumnya. Apalagi dosen eksentrik ini sangat menyukai Wayang Kulit Kamasan dan mengharapkan kesenirupaan Bali banyak diangkat ke pentas internasional karena mempunyai ciri khas, filosofi dan nilai estetika yang tinggi.
by admin | Jun 7, 2009 | Agenda, Berita
SSEASR
Denpasar- Setelah 567 paper didiskusikan dalam Konfrensi Internasional yang diselenggarakan oleh South and Southeast Asia Association For Study of Culture and Religion (Satu organisasi ditingkat Asia dan Asia Tenggara untuk studi agama dan budaya) bekerjasama dengan ISI Denpasar dan UNHI Denpasar, tema : Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion, maka pada penutupan konfrensi dideklarasikan untuk konservasi dan pengelolaan air. Selama konfrensi beberapa issu dan masalah terkuak yaitu (1) air memiliki peranan penting untuk bumi dan kehidupan manusia, flora, fauna dan ketahanan eksisitensi bumi, (2) Evolusi umat manusia telah melalui tiga tingkatan, yaitu a. Peradaban air, b. Peradaban industri serta C. Peradaban jasa/ layanan, (3) Dinamika peradaban manusia mengakibatkan penggunaan air yang berlebihan dan berkurangnya sumber mata air, (4) Kondisi penggunaan air berlebih dan berkurangnya sumber mata air telah mengakibatkan berkurangnya kualitas kehidupan di bumi, dengan pertumbuhan dari kebiasaan manusia dan komunitasnya menunjukkan bahwa tanda-tanda konservasi dan pengelolaan air menjadi tuntutan, hasil dalam peningkatan jumlah air dapat digunakan oleh manusia dan mahkluk hidup lainnya di bumi ini.
Sehingga dari issu dan permasalahan tersebut dapat diberikan solusi bahwa: (1) Solusi secara umum adalah untuk mengembalikan semangat guna melakukan strategi dan kegiatan nyata secara bersama-sama untuk konservasi dan langkah-langkah pengelolaan air yang tepat adalah untuk melindungi dan memperbaiki kegiatan melalui Gerakan Penghijauan Bumi (Green Earth Movement). (2) Mempertahankan basis budaya, seperti berbagai kearifan local di wilayah Asia dan Asia Tenggara. Khususnya dari Bali, konservasi air sebagai asset suci dan pengelolaan air melalui organnisasi pertanian “subak”. Protensi air melalui kesrifan local, mitologi masyarakat Bali terhadap air (Dewa Wisnu), eksisitensi dari upacara Sad Kerthi dan juga konsep dari Tri Hita Karana sebagai budaya yang penting serta pondasi spiritual.
Selain itu deklarasi juga menghasilkan percepatan dari pertukaran kerjasama antar bangsa, yang menyatakan bahwa: (1) Pertumbuhan budaya spiritual dan gerakan social dalam sebuah jalan networking dan juga gerakan social untuk melakukan kegiatan nyata untuk pelestarian air, pengelolaan air dan juga memelihara kualitas air. (2) Semua Negara sudah seharusnya memberikan contoh untuk pengelolaan secara berlanjut dan pertukaran komunikasi antar bangsa.
Dalam pendeklarasian hadir ketua panitia Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., Profesor Amarjiva Lochan Presiden SSEASR, Kepengurusan SSEASR dan Presiden IAHR (CIPSH, UNESCO) Prof. Ms Rosalind Hackett, Prof. Rosalind sangat kagum dan bangga dengan kesuksesan acara konfrensi internasional ke-3 SSEASR yang digelar di Bali. Kekagumannya dia ungkapkan saat penyampaian sekapur sirih tentang konfrensi yang merupakan buah hasil kerjasama antara SSEASR dengan ISI Denpasar dan UNHI Denpasar. Dia menyampaikan bahwa konfrensi di Bali ini adalah paling mengesankan. Selain keramah-tamahan yang dia dapatkan selama mengikuti konfrensi, nuansa alam kampus yang lestari juga mengantarkan kesan tersendiri yang tak terlupakan bagi para akademisi untuk dapat bertukar pandangan sesuai tema yang diangkat yaitu Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion. Apalagi suguhan pementasan tari, tabuh dan pameran mampu menghipnotisnya untuk terus akan mengenang Bali.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Jun 4, 2009 | Berita
Tari Udakanjali
Denpasar– Tari garapan baru dengan judul “Udhakanjali” ciptaan Ida Ayu Wimba Ruspawati, S.ST., M.Sn., mampu memukau para peserta konfrensi internasional tadi pagi (3/6/09) dalam acara pembukaan konfrensi ke-3 SSEASR. Tari tradisi yang dikembangkan ini diawali dengan kedatangan “pemangku” yang membawa “pejati” atau perangkat upacara untuk memuja Tuhan sebagai ungkapan terima kasih dan sujud syukur kehadapan Tuhan. Orang suci bagi umat Hindu di Bali ini menghantarkan para penari menuju ke panggung untuk membawakan tarian yang bermakna “ai suci sebagai persembahan”. Tarian ini memang diciptakan pencipta khusus untuk kegiatan konfrensi yang sesuai dengan tema konfrensi yaitu Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion, dimana perspektif air dari Selatan dan Tenggara Asia sebagai interaksi budaya dan agama akan dibahas dalam konfrensi yang berlangsung 4 hari. Ida Ayu Wimba yang juga dosen ISI Denpasar menambahkan air adalah segala-galanya di dunia ini, dan semua makhluk didunia ini akan berakhir sebagai air. Air adalah nikmat dan karunia Tuhan yang luar biasa bagi umat manusia, air menjadi sumber kehidupan yang paling penting. Untuk itu lewat garapan tari yang berdurasi sekitar 8 menit ini diharapkan mampu membuka cakrawala kita untuk turut menjaga keberadaan air di bumi ini. Layaknya fitur air, garapan tari ini memiliki gerakan yang statis, dinamis dan murka serta desain kostum berkarakter air dengan pilihan warna biru dan putih. Tarian ini dibawakan oleh Sembilan (9) penari dari mahasiswa semester VI jurusan Tari ISI Denpasar. Menurut pencipta dipilihnya Sembilan penari karena angka Sembilan adalah nilai tertinggi dan sebagai simbul Dewata Nawasanga (pengider buana).
Sementara iringan tari akan dibawakan oleh penabuh wanita ISI Denpasar “Asti Pertiwi”. Sesuai dengan kiprahnya “Asti Pertiwi” kian terdengar dikancah seni Bali. Tak heran karena keaktivan para penabuh yang terdiri dari para dosen, staf, mahasiswa, serta seniman untuk turut mengikuti berbagai kegiatan yang berlandaskan “ngayah”. Diawali dengan kegiatan “ngayah” dikampus ISI Denpasar, kumpulan ibu-ibu ini mampu menembus kancah local, nasional hingga internasional. Aktivitas Asti Pertiwi mengemban misi Tridharma Perguruan tinggi yang salah satunya pengabdian kepada masyarakat dimulai dari ngayah berkaitan dengan uparana odalan di Pura Padma Nareswara ISI Denpasat. Awal dari itulah akhirnya Penabuh wanita ISI Denpasar “Asti Pertiwi” ini, hingga kini sudah melakukan kegiatan ngayah di beberapa yang ada di Bali diantaranya Pura Besakih saat Odalah Bhatara Turun kabeh, Pura Batur, dan 36 pura lainnya sudah pernah dijajah untuk kegiatan “ngayah”. Selain pura-pura di Bali, Asti Pertiwi juga pernah merambah ke luar Bali yaitu Lombok, dengan “ngayah” di Pura Dalem Karangjangkong, Cakranegara, Lombok-Nusa Tenggara Barat pada tilem kedasa, tanggal 24 April 2009. Selain itu Asti Pertiwi juga pernah menorehkan sejarah dengan tampil pada pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 29, tampil dihadapan Menteri Pendidikan Malaysia saat kegiatan SEAMEO Conference tahun 2007, serta tampil dalam berbagai ajang penting lainnya.
- Asti Pertiwi dalam Pembukaan SSEASR 2009
Menurut Koordinator Asti Pertiwi, Ni Ketut Suryatini, S.Kar., M.Sn., Asti Pertiwi yang didukung penuh oleh Rektor ISI Denpasar merasa bangga diberi kesempatan untuk tampil mengiringi tarian Udhakanjali dalam pembukaan Konfrensi Internasional ke-3 SSEASR. Asti pertiwi menampilkan sebuah komposisi bertema air dengan penyampaian dari bentuk syair kolaborasi antara tabuh dan gending ciptaan Ni Ketut Suryatini, S.Kar., M.Sn., beserta I Gede Mawan S.Sn. Dalam garapan tabuh ini Ni Ketut Suryatini mengungkapkan bahwa selama ini kita terlalu terlena dengan keduniawian sehingga mengabaikan pentingnya manfaat air. Jika air dalam tubuh kita diberikan perlakuan yang positif, maka air akan sangat berguna sebagai penyembuh yang sangat ampuh dan dahsyat. Demikian halnya air yang ada di alam semesta ini, kalau diberikan perlakuan yang positif maka air yang ada di alam semesta ini akan sangat memberikan manfaat yang sangat luar biasa, memberikan sumber penghidupan bagi setiap benda yang ada di alam ini. Air ciptaan Tuhan yang sangat dahsyat dan luar biasa ini merupakan jembatan dan keterkaitan antara kehidupan alam dan kehidupan manusia. Sehingga garapan tari dan tabuh ini mampu menyadarkan manusia untuk menjaga air untuk kepentingan bersama.
Guna menyambut kedatangan tamu-tamu kehormatan selain tabuh Semarpagulingan persembahan Asti Pertiwi (gabungan para dosen, staf, mahasiswa ISI Denpasar serta seniman), kedatangan tamu juga disambut dengan alunan nada gender yang dibawakan oleh 10 anak-anak yang tergabung dalam Asti Kumara (kumpulan anak-anak dosen, staf ISI Denpasar serta para seniman). Mereka adalah Made Putra Darma Yadya, I Gede Putra Darma Jaya, Gung Surya, Gung Indra, Gung Dian, Gung Angga, Gosa, Lanang, Wahyu dan Yogi. Mereka yang berlatih dibawah asuhan Ni Ketut Suryatini, S.SKar., M.Sn., mereka membawakan beberapa tabuh gender. Ketut Suryatini mengungkapkan anak-anak yang berusia kisaran 7 sampai 11 tahun ini sangat apresiasif dan responsive dalam mengikuti berbagai kegiatan seni, hingga selain sering mengikuti event-event baik upacara agama maupun acara nasional, mereka juga pernah menorehkan sejarah dengan seringnya mengikuti lomba-lomba hingga pernah mendapatkan juara 1 lomba PSR tk SD. Ketut Suryatini menambahkan sanggar yang dibinanya adalah berlandaskan “ngayah”. Berangkat dari situlah diharapkan akan mampu melahirkan generasi penerus yang memiliki moral dan mental yang baik. Sehingga guna dapat menampilkan karya terbaiknya nanti dalam pembukaan The 3rd SSEASR Conference mereka latihan secara intensif (setiap hari) dari biasanya 2 kali sehari.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Jun 4, 2009 | Agenda, Berita, pengumuman
Pembukaan SSEASR 2009
Denpasar– Konfrensi internasional SSEASR (South and Southeast Asia Association For Study of Culture and Religion) sebagai hasil kerjasama antara ISI Denpasar dan UNHI Denpasar dibuka tadi pagi (3 Juni 2009) bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar oleh Dirjen Sejarah dan Purbakala, Hari Untoro Drajat yang mewakili Mentri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Sebanyak 567 akademisi multidisiplin dari 63 negara berkumpul guna mengikuti pembukaan konfrensi internasional yang diawali dengan tari garapan baru bertema air yaitu Tari Udakanjali diiringi tabuh wanita Asti Pertiwi ISI Denpasar. Ketua Panitia (OC) Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung sehingga acara konfrensi ini dapat terlaksana dengan baik. Prof. Rai yang juga Rektor ISI Denpasar mengungkapkan bahwa sebanyak 567 paper dengan tema : Water in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion akan didiskusikan selama 4 hari yang dibagi menjadi 124 diskusi panel. Dari 567 paper tersebut terdapat 100 paper dari peserta Indonesia, sehingga pihaknya berharap melalui ajang bergengsi inilah para akademi lokal dapat menunjukkan jati dirinya dan eksistensinya di kancah internasional, karena peserta yang hadir adalah akademisi dari universitas-universitas besar dan ternama di dunia. Pihaknya juga berharap bahwa lewat konfrensi internasional ini air akan mengalirkan kedamaian di seluruh belahan dunia.
Sebagian Peserta SSEASR
Sementara Presiden IAHR (CIPSH, UNESCO) Prof. Ms Rosalind Hackett tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya terhadap keberhasilan dan kerja keras para panitia, terutama atas kerjasama SSEASR dengan ISI Denpasar dan UNHI Denpasar. Rosalind menambahkan konfrensi di Bali adalah kegiatan yang paling mengesankan dari sekian konfrensi yang pernah dia ikuti. Dan satu hal yang dia puji adalah goodie bag yang diberikan kepada seluruh peserta yang benar-benar menggambarkan ciri khas Bali. Hal senada juga diungkapkan Duta Besar India Biren Nanda dan Presiden SSEASR Prof. Amarjiva Lochan. Prof. Amarjiva menyampaikan bahwa selain para pakar dari berbagai Negara ini dapat bertukar pandangan, kegiatan konfrensi ini juga membawa pesan meningkatkan citra positif Bali dan membantu meningkatkan pariwisata Bali.
Pernyataan syukur dan bangga juga disampaikan Dirjen Sejarah dan Purbakala, Hari Untoro Drajat yang mewakili Mentri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Dalam sambutannya Hari Untoro mengungkapkan bahawa masyarakat Bali mengenal folosofi tentang keseimbangan hidup yang disebut dengan Tri Hita Karana yang artinya tiga keseimbangan yang berdampak pada kebahagiaan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Keharmonisan tiga hubungan ini melandasi konsep budaya Bali. Selain itu tema air yang diangkat dalam konfrensi ini adalah gayung bersambut dimana sistem tradisional irigasi Bali yang disebut “subak” sudah ada sejak 9 abad lalu melalui penemuan yang ditinggalkan di kabupaten Gianyar-Bali. Karena keunikan sistem subak inilah saat ini tradisi subak tengah diproses oleh pemerintahan Republik Indonesia untuk diajukan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia yang patut dilestarikan. Dan inilah sebagai bentuk hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Sementara dalam hubungannya dengan Tuhan sistem subak ini memiliki Pura Subak berlokasi dekat dengan sumber mata air. Sementara dalam hubungan dengan sesamanya, masyarakat Bali mengenal istilah “ngayah”. Tradisi inilah mampu membentuk kedamaian dan sebagai pemersatu. Sehingga memasuki era globalisasi masyarakat Bali tidak punya masalah dalam mengantisipasi moderniasi selama masyarakat Bali memiliki atau mengemban konsep keseimbangan tersebut. Akhirnya dari generasi ke generasi, agama dan budaya sebagai filosofi masyarakat Bali telah mengimplementasikan konsep keharmonisan.
Sementara Rektor Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar yang juga selaku steering committee, Prof. IBG Yudha Triguna yang ditemui disela-sela acara mengungkapkan bahwa kegiatan ini juga sepenuhnya mendapat dukungan dari Direktorat Jedral Bidang Masyarakat (Bimas) Hindu apalagi kapasitasnya yang juga sebagai Dirjen menjadikannya merasa terpanggil untuk turut menyukseskan kegiatan baik skala maupun niskala, termasuk dukungan dana. Pihaknya sangat berharap semoga konferensi international yang bertujuan mulia ini berjalan dengan sukses dan dapat merumuskan sesuai dengan yang diharapkan.
Humas ISI Denpasar melaporkan