by admin | Jul 8, 2013 | Berita
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi (Dosen PS. Pedalangan).
Denpasar- Warga Republik Indonesia (WRI) UNESCO, 15 Atase Pendidikan dan 14 Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri pada minggu 7 Juli 2013 mengunjungi ke ISI Denpasar sebagai salah satu agenda kegiatan dari Rapat Koordinasi (Rakor) yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Rombongan disambut hangat oleh Rektor ISI Denpasar beserta pejabat struktural di lingkungan ISI Denpasar, bertempat di Gedung Lata Mahosadi ISI Denpasar. Rektor ISI Denpasar Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum yang berkesempatan menjabarkan tentang profile ISI Denpasar juga menyampaikan rasa terima kasih atas kesediaannya mengunjungi kampus ISI Denpasar.
Kunjungan sehari bertujuan untuk sharing informasi guna mengetahui tantangan dan peluang yang memungkinkan dalam menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri. Dalam diskusi terungkap bahwa gamelan Indonesia khususnya Bali telah tersebar ke sekitar 200 negara di dunia, hal ini menjadi peluang bagi ISI Denpasar untuk dapat memenuhi kebutuhan pada setiap negara dalam trasfer knowlage seni dan tuning gamelan di seluruh dunia, sehingga visi ISI Denpasar sebagai centre of excellence segera dapat terealisasi. Selain itu yang menjadi high light dalam diskusi adalah tari Legong yang merupakan tari klasik yang telah masuk dalam daftar warisan budaya dunia. Untuk itu sumbangsih pemikiran dari ISI Denpasar sangat dibutuhkan untuk dapat merealisasikan hal tersebut. Bagi para Atase pendidikan yang memiliki tugas meningkatkan hubungan kerjasama antara Indoensia dengan negara terkait serta bertugas mempromosikan bangsa Indonesia, sangat memmerlukan keberadaan ISI Denpasar untuk mewujudkan tugas tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Rektor ISI Denpasar akan berusaha sesegera mungkin memenuhi beberapa permintaan baik teknis maupun non teknis. Khususnya terkait dengan tenaga pengajar seni dan tenaga untuk tuning gamelan, diungkapkan Dr. Arya bahwa mahasiswa ISI Denpasar selain mendapat praktek dan pengetahuan seni, mereka juga mendapat ilmu penyelarasan (tuning) gamelan, khususnya bagi mahasiswa jurusan Karawitan. Ini juga akan menjadi angin segar bagi ISI Denpasar dalam langkah meningkatkan jejaring melalui kerjasama dengan berbagai pihak, ISI Denpasar akan memiliki kesempatan yang lebih luas lagi untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, sehingga lebih memacu ide dan kreativitas baik mahasiswa ataupun dosen. “Kepercayaan ini merupakan cambuk bagi kami, baik mahasiswa,pegawai,maupun dosen, untuk terus belajar meningkatkan kemampuan diri sehingga ISI Denpasar semakin berkibar dengan citra yang positif,” uangkap Dr. Arya.
Seperti diketahui bersama, ISI Denpasar telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri. Pada tahun ini dalam program Muhibah Seni ISI Denpasar akan berkunjung ke Cina tepatnya ke Nanjing University of Arts.
by admin | Jul 3, 2013 | Berita
Para penguji, Direktur Pascasarjana ISI Denpasar dan I Gede Jaya Putra (tiga dari kanan) foto bersama usai pembukaan pameran.
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS Pedalangan).
Denpasar- Kritik social terdap membludaknya peredaran sepeda motor di Bali menginspirasi I Gede Jaya Putra untuk melahirkan karya seni rupa berjudul Transformation. I Gede Jaya Putra sebagai mahasiswa pascasarjana ISI Denpasar menggelar pameran tunggal tugas akhir sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar magister seni pada minat penciptaan Program Pascasarjana ISI Denpasar. Pembukaan pameran berlangsung pada 14 Juni 2013 bertempat di Danes Arts Veranda Denpasar Bali.
Menurut Jaya Putra, transformation diartikan sebagai sebuah perubahan tentang prilaku dan pola pikir manusia saat ini. Bali terkenal dengan pulau yang memiliki unsur religi dan kebudayaan, begitupula dengan masyarakatnya hidup dalam sistem gotong-royong dengan adat-istiadat yang kuat. Namun seiring dengan perkembangan jaman, masuknya modernisasi dalam kehidupan masyarakat Bali membawa perubahan pada pola pikir, prilaku yang mengakibatkan konsumtif gaya hidup masyarakat semakin terbelenggu dengan teknologi. Setiap ruang gerak manusia selalu memanfaatkan teknologi sebagai sarana utama kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari pengggunakan gadget dan kendaraan bermotor. Konsumtif masyarakat akan kendaraan bermotor selalu memadat setiap tahunnya.
Ekspresi terhadap fenomena sosial tersebut diawali dengan treatrikal pengkarya sebagai aktor utama yang awalnya menggunakan pakaian adat Bali. Namun suasana berubah ketika modernisasi yang direpesentasikan oleh pengendara motor mempengaruhi aktor utama untuk larut dalam suasana kekinian. Suara keras motor diiringi dengan proses pergantian baju aktor utama yang kemudian menggunakan baju jas menghantarkan penonton untuk mesuk kedalam gallery.
Didalam gallery penonton terbagi dalam dua zone yaitu zona tradisi yang berisi tentang Bali yang masih asli kemudian zone kedua menampilkan Bali yang sudah terhegemoni unsur modernisasi. Beberapa karya dipamerkan diantaranya lukisan mobil, modifikasi motor, serta patung futuristik.
by admin | Jul 2, 2013 | Berita
Gus Teja memainkan suling, terbuat dari bambu yang masih hidup.
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A (Dosen PS Pedalangan).
Gianyar- Kerusakan hutan yang membabi buta menjadi ispirasi Gus Teja yang berstatus sebagai mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar untuk menciptakan karya tugas akhir S2 berjudul Mualas Mangke, yang dipentaskan pada 9 Juni 2013 bertempat di hutan bambu, Desa Junjungan, Ubud -Gianyar. Mualas Mangke adalah sebuah garapan musik kontemporer yang dilatarbelakangi oleh kasus kerusakan hutan yang sangat memprihatinkan. Mualas Mangke berasal dari kata “mue” yang berarti “muka”, “alas” berarti “hutan” dan “mangke” berarti sekarang atau saat ini”. Garapan yang berdurasi sekitar 45 menit ini menggabungkan alat-alat musik dengan sound scape (alat non musical instruments) serta Gus Teja menciptakan karya original yaitu suling yang terbuat dari batang bambu yang masih hidup. Mualas Mangke disajikan secara audio dan visual.
Diawali dengan alunan suling yang mengisahkan trentang keindahan hutan nan asri, sejuk dan rindang. Kemudian disusul dengan kisah pengerusakan hutan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan besi, palu, gergaji listrik sebagai nada keras yang mempu menggambarkan kendisi rusaknya hutan oleh manusia.
Klimaks dari garapan ini memunculkan lom-loman (alat peledak terbuat dari bambu) yang mempu mencerminkan suasana mencekam, serta ketakutan, hingga berbagai binatang yang salah satunya burung beterbangan pergi meninggalkan hutan. Sebagai intropeksi, Gus Teja muncul kembali diakhir cerita dengan mengalunkan suling sebagai tanda keprihatinan terhadap alam. Garapan ini merupakan ekspresi keprihatinan Agus Teja Sentosa terhadap kerusakan hutan yang semakin menggila. “Semoa melalui garapan ini semakin menyadarkan manusia betapa pentingnya lingkungan bagi kehidupan” ungkap Gus Teja.
Sebelumnya pada hari yang sama Gus Teja menampilkan garapan musik sebagai iringan tari yang berjudul Nara Dewi bertempat di Pura Desa Adat Junjungan. Karya musik yang diciptakan tahun 2005 ini juga bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar magister seni. Menurut Direktur Pascasarjana ISI Denpasar. Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., apapun karya ciptanya agar mahasiswa pasca tidak lari dari identitas tradisi. Untuk mahasiswa dari seni pertunjukkan akan menampikan 2 karya yaitu 1 hasil karya cipta baik tari, tabuh ataupun seni pertunjukkan bersifat tradisi, sebelum menampilkan karya kontemporernya yang tetap memunculkan local genius.
by admin | Jul 1, 2013 | Berita
Rektor ISI Denpasar mengalungkan tanda peserta kepada Paul Trinidad sebagai pimpinan rombongan dari UWA
Kiriman: Nyoman Dewi Pebryani, S.T., M.A (Dosen PS. Desain Fashion).
Denpasar- Kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan atas dasar Memorandum of Understanding (MoU) antara University of Western Australia (UWA) dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar berupa pertukaran kebudayaan kali ini berlangsung untuk yang ketiga kalinya. 17 Mahasiswa dari UWA akan belajar selama 3 minggu di ISI Denpasar, kegiatan yang dimulai dari 24 Juni hingga 12 Juli 2013 dibuka secara resmi oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. Arya Sugiharta, S.SKar.,M.Hum, di gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Dalam sambutannya beliau mengucapkan selamat datang kepada rombongan UWA yang akan mengikuti program di ISI Denpasar, beliau juga berharap usai mengikuti kegiatan ini, mahasiswa dari UWA mampu memahami mengenai budaya Bali tidak saja dipermukaan tapi lebih mendalami.
“Kegiatan pertukaran kebudayaan ini telah berlangsung untuk yang ketigakalinya, minat mahasiswa dari UWA untuk mengikuti program ini sangat besar, kami berharap tahun depan bisa diselenggarakan dua kali dalam setahun”, ungkap Prof. Paul Trinidad selaku koordinator ISACFA dari UWA. Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Dra. Ni Made Rinu, M.Si, mengungkapkan bahwa kerjasama ini berlangsung secara kontinyu dah setiap tahunnya berkembang ke arah yang lebih positif, “usai program selama 3 minggu ini akan diselenggarakan pameran hasil karya pada 12 juli yang juga akan mengundang dosen-dosen untuk turut serta dalam pameran’, ungkapnya.
Salah satu kegiatan mahasiswa UWA di ISI Denpasar
Kegiatan yang berlangsung selama 3 minggu terbagi dalam kegiatan di dalam dan di luar kampus. Selama kegiatan tersebut mereka akan mempelajari Bahasa Indonesia, Bali Art and Culture, Photography, Drawing/Painting, Graphic Art, serta site visit. Kunjungan atau site visit terpilih beberapa objek yang terkait dengan budaya dan seni, kemudian dalam waktu 3 hari mereka akan menyelami kehidupan masyaratkat asli Bali sekaligus mempelajari kesenian daerah Sidemen, Karangasem yakni prasi dibawah instruktur seniman asli Prasi dari daerah Sidemen.
Setiap tahunnya kegiatan yang diberi nama ISACFA (International Studio for Arts and Culture FSRD-ALVA) ini berkembang dari tahun-tahun sebelumnya, khusus untuk tahun ini, program ISACFA dilaksanakan dengan mengkolaborasikan 12 mahasiswa ISI Denpasar terlibat dalam seluruh kegiatan ini, sehingga mampu memperluas jaringan persahabatan bersamaan dengan pertukaran kebudayaan dari masing-masing daerahnya.
by admin | Jun 28, 2013 | Berita
Rektor ISI Denpasar (empat dari kanan) foto bersama usai pementasan.
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S. M.A. (Dosen PS Pedalangan).
Denpasar – Untuk pertama kalinya Provinsi Papua turut meriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXV tahun 2013. Tak tanggung-tanggung tim kesenian Papua terlibat dalam tiga acara pada PKB kali ini. Diawali pada pawai pembukaan PKB yang bertempat di Monumen Perjuangan Bajra Sandi, tim kesenian Papua berkesempatan tampil diurutan nomor dua setelah Adi Merdangga dengan tari Ciwa Nataraja oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Denpasar kolaborasi dengan ISI Denpasar.
Duta seni Papua yang berkekuatan 100 orang itu mampu mencuri perhatian penonton dan para undangan termasuk Presiden RI beserta Ibu Negara. Ibu Ani Yodoyono yang membawa kamera foto terus menghujani jepretan fotonya kepada tim kesenian Papua yang membawakan tari dan musik tradisional Papua.
Kasdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI I Made Agra juga turut ambil bagian dalam pementasan.
Kasdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI I Made Agra, yang langsung sebagai pimpinan rombongan mengungkapkan bahwa Papua merasa terhormat mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan dalam ajang yang mendunia ini sehingga keterlibatan Papua dalam ajang PKB mampu memberi impresi luar biasa bagi bangsa Indonesia umumnya.
Sementara Direktur Program Pascasarjana ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S., M.A yang mendapat kehormatan sebagai penasihat duta seni Papua dalam memeriahkan PKB, tak dapat menyembunyikan rasa haru dan bangga atas semangat seniman Papua untuk dapat tampil baik dalam ajang PKB ini. “Kehadiran tim kesenian Papua dalam PKB tentu memberi dampak positif bagi kedua belah pihak, di samping menjalin kerja sama yang lebih baik di masa mendatang”, ujar Prof. Rai.
Salah satu atraksi tari dari tim kesenian Papua
Setelah tampil dalam pawai, keesokan harinya tanggal 16 Juni 2013, duta Papua tampil mengguncang panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar dengan garapan yang mengusung kejayaan burung Cendrawasih jantan dan betina. Pergelaran selain melibatkan 100 seniman Papua juga diperkuat oleh 50 anggota TNI Kodam IX Udayana.
Disamping itu, Papua yang kaya akan kerajinannya, juga turut ambil bagian dalam pameran industri kecil dan kerajinan rumah tangga PKB yang berlangsung sebulan penuh. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kearifan lokal kepada masyarakat di tingkat nasional maupun internasional.
Sebelumnya tim kesenian Papua berkunjung ke ISI Denpasar yang disambut hangat oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar.,M.Hum. Keikutsertaan Papua dalam pembukaan PKB merupakan realisasi jalinan kerjasama ISI Denpasar dengan pemerintah Papua dalam pembentukan ISBI sejak tahun 2012.