Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
2. Pengaruh Hindu
300 tahun sebelum Masehi, pada Zaman pemerintahan dinasti Maurya, para pelaut India telah sering melayari lautan disekitar pulau-pulau dan negara-negara Asia Tenggara. Demikianlah Kautilya, seorang Mahamentri Maurya memberitahukan dalam bukunya Artha-Sastra tentang negeri-negeri yang terletak di sebelah timur laut Benggala. Penyusun Ramayana telah menyebut pulau-pulau nusantara dan menyebutkan beberapa jenis pohon yang ada di pulau itu. Buku Brihat Katha Sarit Sagara menyebutkan tentang pulau-pulau yang terkenal karena hasil rempah-rempah. Di Pulau Bali bagian utara dekat gunung Agung disanalah bahan-bahan mentah dibeli oleh para saudagar India. Seorang pelaut bernama Ptolomesos telah pula berlayar ke Asia Tenggara dengan bantuan buku Ramayana, karena catatannya sesuai benar dengan tulisan pada buku Ramayana.
Menurut sejarah agama Hindu, Raja Kaniskalalah yang dianggap sebagai penumbuh tahun Saka yang dimulai saat penobatan putra mahkota Caliwahana, pada tahun 78 Sesu masehi. Tahun saka inilah
yang dibawa ke Indonesia oleh seorang imigran pada abad pertama masehi dikenal dengan nama Haji Saka yang berasal dari negeri Surati kerajaan Saka. Ketika negeri itu diserang musuh dan kemudian disuruh berlayar ke arah timur untuk bertapa. Kemudian beliau berlayar menyebrangi teluk Benggala dan sampailah disuatu pulau yang masih sunyi. Mulai dari ujung utara sampai selatan dan langsung ke timur, pulau-pulau tersebut kemudian diberi nama sesuai dengan pohon-pohon yang menumbuhinya seperti pulau perca untuk pulau Sumatra, pulau jawawut untuk pulau Jawa. Sesampainya di timur, tiba di Gunung Karang kemudian berbalik kembali menuju Barat. Dan pulau itu kemudian dinamakan pulau Bali (walik).
Prabu Aji Saka ini sering pula disebut dengan Siwa Guru, Kumbhayoni, dan di Bali dikenal dengan Puntahyang Agastya Maharesi. Dalam cerita Agastya Purana, diterangkan bahwa beliau datang dari india utara menuju India Selatan dan mendirikan asrama yang bernama Kunyara Kunya. Dalam perjalanan ke Asia Tenggara yang diikuti oleh para muridnya, yaitu Kaundinya dan Kudangga. Kaundinya menetap di sungai Mekong dan menikahi ratu Champa kemudian mendirikan ibukota yang bernama Widyapura, sedangkan Kudangga tinggal di Kutai Selatan, untuk selanjutnya menyebarkan agama Hindu di sana.
Alur Perkembangan Kebudayaan Bali II selengkapnya