Lomba Desain Header Website ISI Denpasar Telah Memasuki Tahap Penjurian

Lomba Desain Header Website ISI Denpasar Telah Memasuki Tahap Penjurian

Kiriman : Nyoman Lia Susanthi, SS.,MA

Guna menjaring talenta-talenta dalam bidang desain khususnya desain header pada website, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ISI Denpasar mengadakan Lomba Desain Header Website ISI Denpasar. Lomba diselenggarakan bulan Mei yang diawali dengan pendaftaran dari tanggal 3 Mei hingga penutupan pendaftaran tanggal 24 Mei 2017. Sebanyak 40 peserta mengikuti lomba yang berasal dari Jurusan DKV ISI Denpaasar sebanyak 27 orang, dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali sebanyak 6 orang, 2 pelajar dari SMA 1 Kediri, 3 orang dari Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (STIKI), dan umum sebanyak 2 orang.

Lomba desain terbagi menjadi 3 tema yaitu peringatan hari raya keagamaan, peringatan hari nasional dan peringatan hari internasional. Juri pada lomba desain header website sebanyak 5 orang yaitu dari dosen Jurusan DKV ISI Denpasar Ida Bagus Ketut Trinawindu, S.Sn., M.Erg., Wahyu Indira, S.Sn., M.Sn., I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn, Kepala UPT. TIK ISI Denpasar Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A, dan pengelola laman website ISI Denpasar Ida Bagus Wahyu Antara Dalem, S.Kom.  Kreteria penilaian terdiri dari originalitas karya, format desain, isi desain, dan kualitas desain. Penjurian telah dilakukan tanggal 24 Mei 2017 bertempat di UPT. TIK ISI Denpasar.  Juri menetapkan 6 pemenang untuk juara 1,2,3 dan harapan 1,2 dan 3. Para pemenang akan memperebutkan piala uang tunai dan piaga penghargaan. Para pemenang akan diumumkan pada tanggal 29 Mei 2017 bertempat di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar pukul 14.00 wita.

Gamelan Gambang Di Bali  Memprihatinkan

Kiriman : I Kadek Sugiarta (Mahasiswa Program Studi Magister Seni (S2) Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Gamelan gambang diperkirakan telah muncul pada abad ke-9 di Bali. Di Bali tengah dan selatan, gamelan gambang dimainkan pada upacara ngaben (Pitra Yadnya), sementara di Bali timur, gamelan gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan di pura-pura (Dewa Yadnya). Gamelan dipergunakan sebagai sarana pengiring upacara, karena esensinya adalah untuk membimbing pikiran umat yang sedang mengikuti prosesi, agar terkonsentrasi pada kesucian, sehingga pada saat persembahyangan pikiran fokus kepada Tuhan. Dalam konteks ini gamelan memiliki nilai regilius, karena fungsinya sebagai pengiring upacara keagamaan, dan dapat menambah religiusitas sebuah prosesi keagamaan. Sebagai salah satu instrumen musik tradisional yang diwarisi masyarakat Bali secara turun temurun, gamelan gambang memiliki banyak gending (pupuh), namun sebagian besar tanpa disertai teks. Gending-gending gambang yang lebih popular dengan sekar alit (mecepat), hingga kini masih lestari dalam kehidupan masyarakat Bali, namun keberadaannya semakin langka. Gamelan gambang merupakan salah satu gamelan langka dan sakral, termasuk dari barungan alit, yang dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan. Gamelan gambang berlaras pelog (tujuh nada) dibentuk 6 buah instrument berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen berbilah bambu. Yang dinamakan gambang, terdiri atas bilah paling kecil ke bilah paling besar (pemetit, penganter, penyelad, pamero, dan pengumbang). Setiap instrumen dimainkan oleh seorang penabuh, menggunakan sepasang panggul bercabang dua, untuk memainkan permainan kotekan atau ubit-ubitan, dan sekali-sekali pukulan tunggal atau keklenyongan. Instrumen lainnya adalah dua tungguh saron krawang, yang terdiri atas saron besar (demung) dan kecil (penerus atau kantilan). Kedua saron biasanya dimainkan oleh seorang penabuh dengan pola pukulan tunggal keklenyongan.

Kata Kunci: Upacara, Riligius, Pelog, Berbilah, Langka

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...