Bereguh, Alat Musik Aceh yang tertinggal

Kiriman  : Ichsan (Mahasiswa Pascasarjana Ps. Pengkajian Seni ISI Denpasar)

Abstrak

Bereguh merupakan alat musik sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Pada masa silam, bereguh banyak terdapat di daerah Aceh, antara lain di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Utara. Pada saat ini bereguh sudah beralih fungsi menjadi alat pengusir hama babi hutan. Fungsi tersebut banyak dilakukan oleh orang pedalaman di Aceh saat ini, sehingga bereguh memiliki keunikan tersendiri. Keprihatinan pun lahir dari keberadaan bereguh yang kian punah dari fungsi yang sebenarnya. Apakah karena keberadaan pengaruh alat musik modern ataukah karena keterbatasan seseorang dalam menggunakannya. Dalam menelisik keberadaannya bereguh saat ini, jenis alat musik ini hanya dapat dimiliki dengan memesannya terlebih dahulu jika ingin dibuatkan. Ditinjau dari segi harga, bereguh merupakan alat musik yang tergolong mahal, karena jumlahnya yang terbatas. Nilai estetika yang dimiliki bereguh terletak pada tekstur alat musiknya sendiri, karena terbuat dari bahan tanduk kerbau dan suaranya terdengar berbeda dengan alat tiup lainnya. Pada artikel ini, penulis mencoba mengulas peran seorang mahasiswa ISI Padangpanjang yang membuat karya bereguh dalam bentuk deformasi pada 2012. Karya yang dibuat berbahan kayu dengan bahan tambahan logam dan beberapa besi. Karya tersebut dipamerkan di Rumah Budaya Fadli Zon bersebelahan dengan Rumah Puisi Taufik Ismail. Karya tersebut juga merupakan Karya Tugas Akhir mahasiswa ISI Padangpanjang. Mengambil peran sebagai kritikus, karya yang dilahirkan terlihat mampu menginterpretasi keadaan bereguh saat ini. Karya yang terbentuk tanpa menghilangkan identitas, membuat penikmat tidak terlalu sulit. Dibutuhkan intelegensi dan pengetahuan tentang bereguh untuk memahaminya, karena banyak penikmat telah lupa dengan bereguh. 

Kata Kunci: Bereguh, Tertinggal, deformasi, Pameran, Mahasiswa

Selengkapnya dapat unduh disini

Turunnya Omset Kerajinan Bambu Di Desa Belega

Kiriman : Firman (Mahasiswa Ps. Kriya FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Kerajinan bambu merupakan salah satu kerajinan rakyat yang pada hakekatnya untuk memacu pembangunan ekonomi rakyat di wilayah pedesaan. Di pulau dewata khususnya di Desa Pakraman Belega, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu Desa di Bali yang memanfaatkan bambu sebagai bahan kerajinan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga Desa. Karena keterampilan warga di Desa Belega yang dapat mengubah batang bambu menjadi berbagai macam kerajinan, menjadikan Desa ini terkenal sebagai sentral kerajinan bambu di pulau Bali bahkan terkenal sampai ke mancanegara. Namun pada saat ini kerajinan bambu mulai terancam akibat dari menurunnya order atau konsumen kerajinan bambu. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa yang mengakibatkan turunnya omset penjualan kerajinan bambu di Desa Belega, Kacamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Bali. Jenis-jenis kerajinan bambu, jenis-jenis bambu yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan dan teknik pengawetan bambu yang digunakan. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang berupa individu, organisasional atau prespektif yang lain. Adapun tujuannya adalah yaitu untuk menjelaskan aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karateristik fenomena atau masalah yang ada. Hasil penelitian yaitu pengertian bambu, kelebihan dan kekurangan bambu, cara mengawetkan bambu, jenis-jenis bambu yang dimanfaatkan di Desa Belega, beberapa jenis kerajinan bambu di Desa Belega, dan faktor-faktor penyebab berkurangnya omset kerajinan bambu di Desa Belega.

Kata kunci : Kerajinan, Bambu, Desa Belega

Selengkapnya dapat unduh disini

ISI Siapkan Drama Tari Musikal Buka PKB

ISI Siapkan Drama Tari Musikal Buka PKB

Sumber : http://bali.antaranews.com/berita/104410/isi-siapkan-drama-tari-musikal-buka-pkb

Denpasar (Antara Bali) – Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyiapkan garapan drama tari musikal “Gurnita Murti” berjudul “Kresna Dwipayana” untuk pembuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 Tahun 2017.

“Drama tersebut mengisahkan penyusun epos Mahabrata, Begawan Byasa, dengan mengusung tema PKB tahun ini yakni Ulun Danu atau Air Sumber Kehidupan,” kata Pembantu Rektor IV ISI, I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn, di Denpasar, Sabtu.

Ketika mewakili Rektor ISI Denpasar, Prof Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum, di sela-sela persiapan latihan pementasan itu, ia mengatakan pementasan tersebut tetap mempertahankan tradisi yang menjadi kearifan lokal budaya Bali dengan kolaborasi dengan kesenian lainnya.

Upaya tersebut untuk menampilkan karya baru sehingga menjadi kejutan kepada para penonton maupun masyarakat Bali yang akan menghadiri acara pembukaan yang akan digelar di panggung terbuka Arda Candra, Art Center Denpasar tersebut.

“Kegiatan tersebut akan menjadi pertunjukan inovasi dan kreativitas yang dilakukan lembaga pendidikan ISI Denpasar yang memiliki visi menjadi kampus sebagai pusat unggulan dalam bidang seni budaya yang berbasis kearifan lokal dan berwawasan universal,” katanya.

Untuk itu, pihaknya akan menampilkan pertunjukkan yang terbaik yang melibatkan semua civitas akademika ISI Denpasar.

Pihaknya juga mendapatkan tugas untuk menarikan tari kebesaran Provinsi Bali yang berjudul “Bali Dwipa Jaya” maupun paduan suara beserta instrumen pendukung untuk menghibur para tamu dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.

Selain itu, pihaknya sedang mengonsep pembukaan PKB agar sesuai dengan tema yang diusung dalam acara yang diharapkan dibuka Presiden Joko Widodo, sehingga acaranya akan memiliki kesan yang berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

ISI Denpasar juga mendapatkan kesempatan menarikan tari sambutan pada pawai berjudul “Siwanataraja” dan pertunjukan garapan “Ketug Bumi” yang melibatkan 225 orang penabuh dari beragam jenis musik pukul.

Untuk itu, pihaknya telah mengadakan pelatihan dan persiapan sejak tanggal 16 Maret 2017 untuk memaksimalkan latihan dan pemilihan peran yang sesuai dengan lakon.

Ia mengharapkan dukungan semua pihak agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik yang akan berdampak terhadap citra Bali dalam mempertahankan kelestarian budaya dan sebagai daerah tujuan wisata (DTW), baik lokal, nasional maupun internasional.

Selain itu, masyarakat juga tetap memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyelenggaran PKB pada tahun-tahun mendatang, khususnya dalam menerapkan pola-pola pementasan karya seni yang ditampilkan selama kegiatan berlangsung. (WDY)

Editor: I Gusti Bagus Widyantara

Loading...