Komik Wayang; Transformasi Teks Verbal ke Dalam Bahasa Rupa

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)           

Abstrak

Raden Ahmad Kosasih yang lahir di Bogor adalah seorang komikus yang terkenal dengan membuat komik wayang, keberhasilannya membawa epos Mahabharata ke dalam media buku komik. Membaca komik wayang seperti komik Mahabharata tentu sangat penting karena makna cerita yang terkandung di dalamnya. Teks-teks cerita yang berupa narasi dalam Bagawad Gita telah dijadikan gambar-gambar dalam bentuk komik oleh R.A Kosasih. Kosasih telah melakukan transformasi teks. Istilah transformasi adalah “perubahan”, yaitu perubahan terhadap sesuatu atau keadaan. Jika dikaitkan dengan cerita pewayangan yang awalnya adalah naskah cerita menjadi komik, maka istilah transformasi diartikan sebagai pemunculan, pengambilan atau pemindahan unsur-unsur pewayangan (unsur alur, unsur penokohan dan unsur latar) yang berupa narasi cerita Mahabharata menjadi sebuah gambar ilustrasi pada panelpanel komik.

Kata Kunci: Komik Wayang, Kosasih, Tranformasi, Teks

Selengkapnya dapat unduh disini

           

PENYAMPAIAN PESAN DAN NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN MELALUI SENI PERTUNJUKAN WAYANG KULIT BALI INOVATIF

Kiriman : I Gusti Ngurah Gumana Putra (Program Studi Seni Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar)

Abstrak

Seni pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu jenis kesenian Bali yang hingga saat ini masih terus berkembang dan digemari oleh masyarakat. Banyaknya seniman dalang dengan berbagai karya inovatifnya mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat luas khususnya para pecinta pertunjukan wayang. Hal ini dikarenakan oleh kemampuan yang mumpuni dari seniman dalang dalam memenangi pangsa pasar yang ada. Inovasi dan kratifitas terus dikembangkan sehingga mampu menarik minat masyarakat untuk menikmatinya. Inovasi menyangkut kemampuan seniman dalang dalam mengembangkan ide-ide baru guna meningkatkan kualitas pertunjukkannya secara teknis. Kreatifitas menyangkut kemampuan  seniman dalang dalam meracik sebuah lakon berdasarkan pakem dan sumber-sumber yang exist hingga saat ini, sehingga menghasilkan konten yang kreatif dan menarik. Kreatifitas dalam menciptakan dan mengelola konten tersebut tidak hanya berasal dari pemikiran sendiri. Ada kalanya, bahkan sering seorang seniman dalang mendapatkan inspirasi dari kejadian maupun fenomena sosial masyarakat yang bergerak dinamis. Merefleksikan sebuah karya lakon pertunjukan wayang dengan fenomena sosial yang ada, tentu saja mampu menciptakan atmosfer yang hangat bagi masyarakat penikmat. Masyarakat yang menikmati, tentunya akan merasa akrab segala sesuatu yang disampaikan dalam lakon. Selain sebagai sarana hiburan, pada kesempatan ini pula seniman dalang dapat menyampaikan pesan-pesan moral dan pendidikan yang bernilai adi luhung kepada khalayak. Saran, masukan, dan kritik sosial pun dapat disuarakan kepada pihak tertentu dengan halus tanpa memicu ketersinggungan dan konflik yang dapat meresahkan. Salah satu aspek sosial yang disoroti adalah aspek yang menyangkut nilai-nilai kepemimpinan. Bagaimana hakikat seorang pemimpin, adalah suatu pesan yang perlu disampaikan agar dinamika masyarakat dengan pemimpinnya tidak mengalami permasalahan. Dengan adanya kreatifitas ini, lakon yang disajikan akan padat dan sarat akan nilai-nilai yang dapat mengarahkan kita  kepada perubahan yang positif, dengan sebuah balutan hiburan yang bernilai tinggi dalam berbagai segi. 

Kata Kunci: Pesan kepemimpinan, nilai kepemimpinan, wayang kulit

Selengkapnya dapat unduh disini

NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM FILM “KARTINI”

Kiriman : I Nyoman  Payuyasa (Program Studi Produksi Film dan Televisi, FSRD, ISI Denpasar) 

Abstrak

Sejarah dan peradaban bangsa Indonesia yang kaya membuat setiap orang yang hidup di zaman ini bisa belajar banyak dari kehidupan sebelumnya. Setiap zaman di Indonesia melahirkan tokoh-tokoh besar dengan nilai-nilai perjuangan yang tidak bisa dianggap biasa. Tokoh ini membawa pemikirannya masing-masing yang tidak akan pudar meski zaman terus berganti. Pemikiran tentang perjuangan, kebebasan, keadilan, kesetaraan, dan misi-misi sosial kemanusiaan di dalamnya turut menjadi daya tarik yang akhirnya membuat seniman tanah air mendokumentasikan pemikiran itu lewat media film. Film Biografi adalah sebuah film yang mendramatisasikan kehidupan orang atau tokoh dalam kehidupan nyata. Film Kartini salah satunya. Meski pada masa silam banyak sekali bermunculan film yang mengangkat kisah tokoh perjuangan RA. Kartini, film Kartini yang tayang tahun 2017 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini, menampilkan sudut pandang yang lain. RA. Kartini lekat dalam ingatan masyarakat sebagai tokoh emansipasi perempuan. Pemikirannya untuk pendidikan dan kesetaraan perempuan membuatnya makin dikenal dan menjadi tokoh yang memiliki hari perayaan tersendiri. Perayaan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April setiap tahunnya, sayangnya dinilai hanya dari perspektif penggunaan kebaya dan hal-hal modern lebih menuju tampilan fisik daripada substansi yang dikehendaki Kartini itu sendiri, yaitu kemerdekaan pikiran perempuan. Hal inilah yang menjadi suatu daya tarik dan sudut pandang tersendiri dalam Film Garapan Hanung Bramantyo tahun 2017.

Kata Kunci: Nilai Kehidupan, Film “Kartini”

Selengkapnya dapat unduh disini

Mengenal Kain tie-dye di Dunia

Kiriman : Dewa Ayu Putu Leliana Sari (Desain Mode ISI Denpasar)

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui beberapa jenis kain tie-dye yang ada di dunia. Tren tie-dye kembali melanda dunia semenjak adanya pandemic covid 19. Hal tersebut dikarenakan orang-orang harus tinggal di dalam rumah, maka kegiatan yang mengandung kreatifitas yang dapat dilakukan di dalam rumah yaitu Do it your self (DIY) yang sederhana. Teknik pembuatan yang mudah dipelajari, kemudian alat dan bahan yang murah dan mudah didapatkan, menjadikan teknik tie-dye ini berkembang di seluruh dunia sesuai dengan hasil perkembangan kebudayaan daerah di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya. Di Indonesia teknik tie-dye sering disebut dengan jumputan. Jenis kain jumputan di Indonesia ada beragam, seperti kain Tritik di Jawa, kain pelangi di Palembang, serta kain sasirangan di Banjarmasin. Di Negara lain pada belahan dunia, yang terkenal dengan teknik tie-dye nya, yaitu kain shibori yang berasal dari Negara Jepang. Hal terpenting dalam teknik tie-dye yaitu proses pembentukan motif serta proses pewarnaan, baik menggunakan pewarna alami atau pewarna sintetis.

 Kata kunci: kain, tie-dye, dunia

Selengkapnya dapat unduh disini

PANEL SEMU KARTUN OOM PASIKOM

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Panel-panel yang digunakan GM Sudarta dalam menghadirkan kartun Oom Pasikom sangat bervariasi. Ada yang menggunakan panel secara jelas, ada juga kartunnya menggunakan panel secara semu. Semu dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tapak seperti asli, padahal sama sekali bukan yang asli, tipu; muslihat. Dalam pembahasan ini, panel semu diartikan sebagai panel yang tidak tampak tetapi ada dalam menghadirkan transisi panel komik/ kartun strip. Panel tersebut dapat kita lihat dengan melakukan pemotongan-pemotongan “ruang” momen tiap panel. Panel tidak saja digambarkan secara jelas berupa bentuk persegi panjang, tetapi bisa juga hadir dengan memanfaatkan panel semu. Panel-panel semu terkadang digunakan untuk menghadirkan kesan agar kartun secara visual tampak tidak terikat atau statis karena adanya batas panel secara jelas. Kartun Oom Pasikom 14 Februari 2009 menggunakan panel semu dan memanfaatkan perubahan momen dengan transisi panel dari aksi ke aksi karena terjadi perubahan aksi antara panel 1 ke panel 2 dan panel 2 ke panel 3 pada tokoh-tokohnya. Transisi panel 1 ke panel 2 terlihat dari ekspresi wajah yang ditunjukan oleh tokoh anak dan Oom Pasikom pada kedua panel tersebut. Pada panel 1, tokoh anak digambarkan matanya tertutup dengan mulut yang kecil, dan Oom pasikom juga menunjukan ekspresi wajah yang tenang. Selanjutnya pada panel 2 ekspresi wajah anak dan Oom pasikom berubah. Tokoh anak dengan matanya yang terbuka lebar dengan mulut digambarkan terbuka lebar, dan Oom Pasikom juga digambarkan dengan wajah panik dan matanya terbuka. Transisi panel selanjutnya terjadi perubahan aksi pada tokoh di panel 3. Pada panel 3 digambarkan tokoh anak berhenti mengikuti Oom pasikom, ia terdiam, wajahnya dipalingkan menghadap ke pembaca sehingga senyumnya yang lebar memperlihatkan giginya sangat jelas digambarkan.

Kata Kunci: Kartun, Media Massa, Komik, Humor

Selengkapnya dapat unduh disini

Lahirnya Komik Wayang

Kiriman : I  Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain)

Abstrak

Komik memiliki kekuatan tersendiri dalam menggambarkan sebuah cerita karena pada masing-masing panel dibuat keadaan yang mendukung alur cerita. Dahulu kita membaca komik secara sembunyi-sembunyi karena takut dimarah oleh orang tua kita. Membaca komik diartikan sebagai kegiatan yang mengganggu pelajaran sekolah dan juga dianggap membuang-buang waktu. Di Indonesia, para pendidik menentang kehadiran komik, apalagi komik yang berasal dari Barat. Mereka juga mengkritik komik bukan saja dari segi bentuknya yang dianggap tidak mendidik, melainkan juga dari segi gagasannya yang berbahaya. Para pendidik sempat berpikir untuk menghentikan penerbitan komik untuk selamanya. Bahkan memasuki tahun 1955, dilakukan pembakaran komik secara masal oleh pemerintah. Saat itu komik dinilai tidak bagus karena dianggap terlalu mengadaptasi budaya Barat. Para komikus kemudian mengadaptasi budaya Indonesia menjadi sebuah cerita dalam komik. Lahirnya komik wayang Indonesia dipandang sangat berhasil mewakili budaya bangsa dan mengakibatkan komik Amerika diabaikan orang serta menempatkan pengaruh Barat di tempat kedua. Periode yang ditandai oleh pengaruh besar dari Barat segera digantikan oleh periode pemantapan “kepribadian bangsa”, suatu hasrat murni yang mendorong komikus kembali ke wayang

Kata Kunci: Sejarah Komik, Komik Wayang, R.A Kosasih, Budaya

Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

Loading...