by tik ISi | May 28, 2020 | 2020, Artikel
Kiriman :Drs. I Gusti Bagus Priatmaka, M.M. (Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Abstrak
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan sebuah insight bagi seluruh civitas akademika ISI Denpasar bahwa dalam situasi pandemi Covid-19 yang berdampak pada campus lockdown yang dimulai sejak 17 Maret 2020 telah memberi era baru dalam geliat kampus tercinta ISI Denpasar. Di balik kegelisahan akan ancaman virus corona ini, sesungguhnya seluruh civitas akademika ISI Denpasar telah mendapatkan jaminan security bagi kesehatan masing-masing dengan penugasan working from home secara daring untuk tetap berjalannya kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Ada dua hal pokok pembahasan yang dijelaskan dalam tulisan ini, yaitu: (1) Kekritisan, keaktifan dan kreativitas civitas akademika ISI Denpasar dalam masa pandemi Covid-19 dan (2) Kebijakan pimpinan yang selalu mengedepankan keselamatan civitas akademika tanpa mengabaikan proses pendidikan.
Penjelasan dari masing-masing pokok pembahasan di atas diuraikan berdasarkan studi empiris penulis selama menjalani Working from Home sejak dikeluarkannya Surat Edaran Rektor ISI Denpasar Nomor 523/IT5.5/DL/2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dan Layanan Administrasi untuk Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan ISI Denpasar yang berlaku sejak 17 Maret 2020 dan masih diperpanjang hingga 30 Mei 2020.
Kata kunci : Covid-19, Kegiatan belajar mengajar, Daring, Civitas akademika
Selengkap dapat unduh disini
by tik ISi | May 25, 2020 | 2020, Artikel
Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.SKar., M.Si
Abstrak
Kreasi ogoh-ogoh baru muncul sekitar tahun 1980-an, berawal dari kreativitas anak-anak muda di Denpasar yang kemudian mewabah ke seluruh Bali, kemudiaan menyeberang pada kalangan masyarakat Hindu di pulau Lombok, seterusnya pada komunitas-komunitas Hindu di seluruh Nusantara. Sejak 30 tahun yang lalu itu, ketika tilem atau bulan mati yang pekat gulita menyergap Pulau Dewata, kegaduhan akan meruyak dimana-mana. Ogoh-ogoh ini ditarikan dan diarak keliling desa atau kota ketika hari mulai gelap. Suasana jadi marak dan riuh. Dengan penerangan ratusan lampu obor, patung-patung raksasa itu akan tampak magis dan hidup. Diberi semangat oleh gegap-gempita gamelan bleganjur–musik Bali yang bernuansa keras dan memekik, membuat anak-anak muda Bali kian histeris menggoyang-goyangkan ogoh-ogoh kelompoknya masing-masing. Ini biasanya berlangsung hingga larut malam. Antusiasisme menarikan dan menonton ogoh-ogoh bukan hanya di kalangan anak muda saja namun juga melibatkan orang tua dan anak-anak, pria atau wanita. Namun gara-gara pandemi Covod-19, arak-arakan ogoh-ogoh pada Nyepi tahun 2020 tidak berlangsung.
Kata kunci: ogoh-ogoh, kreasi, Nyepi
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | May 22, 2020 | 2020, Artikel
Kiriman :I Gusti Ketut Sudhana (Dosen FSP ISI Denpasar)
Abstract: Man’s sound is the oldest medium throughout the world music development history. Before various forms and types of music instrument, sound has been used by human being for a long lime. This short article attempts to provide information about Genggong, one of music genres played by sucking as primary expressing medium. This type of music develops in Batuan Village, Gianyar Bali. The primary focus of this writing is trying to see the uniqueness of Genggong music. In addition, for the sake of this writing, it also conduct a direct observation on Genggong show in Batuan Village and interview with Genggong artist/ figures. One of Genggong music uniqueness is on the technique of playing it by vibrating or sucking. Genggong is accompanied by such other instruments as kendang krumpungan, two pieces of flute, cengceng ricik, and other percussion instruments.
Key Words: Genggong, vibrating and sucking.
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | May 18, 2020 | 2020, Artikel
Kiriman :Dewa Ayu Putu Leliana Sari, S.Pd., M.Sn (Prodi Desain Mode ISI Denpasar)
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui cara membuat (tutorial) masker penutup hidung dan mulut yang bersifat eco-friendly sebagai alternatif perlindungan saat wabah pandemi COVID 19 melanda dunia. Masker tersebut berasal dari limbah kain perca yang sudah tidak terpakai. Pemilihan bahan membuat masker pun tidak asal, harus yang berbahan katun. kelebihan kain katun yaitu memiliki sirkulasi udara yang baik, mampu menyerap keringat, yang membuat kulit terasa sejuk dan nyaman sepanjang hari.
Kata Kunci :Masker, eco-friendly, perca
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | May 15, 2020 | 2020, Artikel
Kiriman : Yulinis (Dosen Jurusan TARI FSP ISI Denpasar)
Abstrak
Tari Panen merupakan tari yang diciptakan oleh Gusmiati Suid yang menggambarkan tentang peristiwa panen padi di Minangkabau. Kebiasaan perempuan-perempuan Minangkabau ketika memanen padi adalah mengerjakannya secara bersama-sama atau dalam istilah budayanya adalah “Bajulo-Julo”. Akibat dari kebiasaan tersebut memunculkan perilaku yang kreatif dari masyarakat. Suasana yang muncul adalah bersuka cita, bersenda gurau, dan bermain-main dalam bekerja. Hal inilah yang diambil oleh pencipta untuk mewujudkannya menjadi sebuah tari.
Konsep yang digunakan untuk melihat representasi budaya agraris di Minangkabau dalam Tari Panen ini adalah konsep mimesis dan strukturalisme. Teori Mimesis yang digunakan adalah teori mimesis yang dikemukan oleh Aristoteles yang menyempurnakan teori mimesis Plato. Konsep mimesis menjelaskan bahwa karya seni merupakan cerminan dari realitas masyarakat. Strukturalisme yang digunakan adalah hasil pemikiran Levi Strauss yang menjelaskan bahwa karya seni terdiri dari struktur-struktur yang saling berhubungan.
Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa karya tari panen ciptaan Gusmiati Suid adalah representasi dari budaya agraris di Minangkabau. Hal ini bisa dilihat dari bentuk geraknya yang menggambarkan gerakan dari perempuan-perempaun yang memanen padi di sawah. Begitu juga dari segi musik yang juga memakai musik yang berasal dari peristiwa memanen padi, yaitu memakai pupuik batang padi.
Kata kunci : agraris, tari panen, budaya, Minangkabau
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | May 11, 2020 | 2020, Artikel
Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.SKar., M.Si (Dosen FSP ISI Denpasar)
Abstrak
Alam pikiran masyarakat dinamistis Bali periode primitif memunculkan tari-tarian spiritual yang kental dengan rasa pengabdian yang tulus. Kepercayaan kuat pada totemisme itu diekspresikan dalam tari-tarian persembahan yang umumnya berunsur trance dalam sajian yang polos alamiah. Fungsi tarian-tarian itu sebagai ritual tolak bala adalah mohon keselamatan dan perlindungan kepada roh-roh dan dewa-dewa. Tari Sanghyang yang kini masih disakralkan oleh masyarakat Bali merupakan salah satu kesenian peninggalan zaman pra-Hindu itu. Tari Sanghyang dipercaya mampu mengusir wabah penyakit atau mencegah kehadiran roh-roh jahat yang ingin mencelakai desa. Di daerah-daerah pegunungan, kesenian ini sering ditampilkan bila misalnya ada wabah penyakit yang tiba-tiba berjangkit. Biasanya aktivitas pementasan sanghyang sampai lebih dari sebulan dan akan dihentikan untuk sementara bila epidemi itu sudah dianggap tertanggulangi.
Kata kunci: sanghyang, ritual, tolak bala
Selengkapnya dapat unduh disini