Akhirnya Diva Ismayana menciptakan Sejarah menjadi pembalap Indonesia pertama yang mendapat title juara Asia di kelas tertinggi di Asia ini. Selamat untuk Diva yang akan menerima awarding bulan Januari 2020 di Macau. Terimakasih rekan-rekan senior motorcross Indonesia atas dukungan doanya.
Denpasar (ANTARA) – Kontingen ISI Denpasar berhasil lolos ke babak final dan akhirnya meraih juara III dalam ajang “English Competition V” yang digelar Politeknik Negeri Bali, yang melibatkan peserta dari 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Bali.
“Kebetulan kami di ISI baru saja mengelar lomba debat bahasa Inggris, sehingga mahasiswa kami sudah siap menghadapi pertarungan,” kata dosen pendamping debat ISI Denpasar, Dr Ni Ketut Dewi Yuliantini, SS, MHum, di Denpasar, Selasa.
Menurut Dewi, meskipun kampus yang terletak di Jalan Nusa Indah, Denpasar itu berbasiskan seni, pimpinan ISI Denpasar tetap melengkapi peserta didiknya dengan “soft skill” tambahan, seperti kewirausahaan dan bahasa asing.
Hal ini dibuktikan dengan prestasi kontingen ISI Denpasar yang diwakili Yehuda (Prodi FTV) dan Made Georgina Triwinardi (Prodi Pedalangan) lolos ke babak final English Competition V yang digelar UKM English Club Politeknik Negeri Bali (PNB) 19-20 Oktober 2019, yang mengusung tema “Creating a Brilliant Mindset of Young Generation”.
“Bahasa Inggris tidak boleh dikesampingkan dalam menghadapi persaingan global. Dan yang terpenting, kemampuan berbahasa Inggris sivitas ISI Denpasar sangat menunjang visi institusi yakni menjadi ‘centre of excellence’ seni berlandaskan kearifan lokal berwawasan global,” ujar Dewi Yuliantini didampingi dosen Ni Putu Tisna Andayani, SS,MHum itu.
Dosen yang juga Koordinator Lab Bahasa di kampus seni negeri itu mengaku memiliki harapan besar mahasiswanya mampu berprestasi lagi di tingkat LL Dikti Wilayah VIII (Bali, NTB, NTT) serta tingkat nasional.
Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, sangat mengapresiasi capaian mahasiswanya. Ia meminta bukan hanya bahasa Inggris yang perlu dikuasai, melainkan bahasa Mandarin, Jepang dan bahasa pergaulan internasional lain.
Keberadaan mahasiswa asing melalui jalur Dharma Siswa diharapkan mampu menjadi “laboratorium hidup” oleh seluruh warga ISI Denpasar untuk belajar bahasa asing lewat interaksi langsung.
“ISI Denpasar sudah biasa saling mengunjungi dengan perguruan tinggi di berbagai belahan dunia, begitu pun pertukaran pelajar dan dosen, sehingga penguasaan bahasa asing, itu wajib,” ujar guru besar seni karawitan itu.
Denpasar (ANTARA) – Film pendek berjudul “Angkara” karya mahasiswa Jurusan Film dan Televisi, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar dinobatkan sebagai film terbaik kategori mahasiswa umum pada ajang Festival Film Surabaya VIII tahun 2019.
“Film itu perkembangannya sangat cepat beradaptasi dengan teknologi. Prestasi kali ini membuktikan ISI Denpasar mampu berprestasi pada kesenian klasik dan modern,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, di Denpasar, Rabu.
Prof Arya mengapresiasi prestasi peserta didiknya itu, bahkan ia merasa malu melihat begitu semangatnya mahasiswa ISI Denpasar di tengah keterbatasan sarana perfilman di kampus setempat.
Sebagai pimpinan institusi, dia berusaha melengkapi kekurangan itu dan meminta mahasiswanya tetap memelihara semangat dalam berkarya.
Prof Arya pun tidak ingin ISI Denpasar menjadi kampus yang terkesan hanya bernostalgia dengan masa lalu. Prestasi di bidang film, menurutnya merupakan salah satu jawaban bahwa di ISI Denpasar iklim akademik antara kesenian klasik dan modern berjalan beriringan.
Rektor asal Pupuan, Tabanan, ini berharap film-film karya ISI Denpasar harus memiliki ciri khas sehingga ada perbedaan yang jelas dengan film karya pihak lain.
“Fungsi film adalah komunikasi, tetapi bidang keilmuannya seni. Makanya penekanan kita adalah pada seninya dan kreativitasnya,” ujarnya.
Ke depan pihaknya berencana memperluas jurusan agar terlihat perbedaan film sebagai bidang ilmu komunikasi dan film sebagai ilmu seni.
Sementara itu, Robi’atul Yamania G, selaku produser menuturkan perjalanan film Angkara diwarnai berbagai tantangan, mulai dari faktor biaya produksi hingga cemoohan dari sejumlah pihak. “Namun kami bangga semua tantangan tersebut terbayar lunas oleh prestasi yang berhasil dibawa pulang,” ucapnya.
Mahasiswi Jurusan Film dan Televisi angkatan 2016 ini memastikan prestasi tingkat nasional tersebut semakin memecut semangatnya dalam menelurkan karya-karya yang lebih inovatif.
“Semoga saya semakin rendah hati, terus berkarya, menciptakan sesuatu yang kreatif, tidak menyerah pada tantangan dan tidak mudah putus asa,” katanya.
Dia berharap film “Angkara” mampu menginspirasi generasi muda, khususnya mahasiswa ISI Denpasar.
Sutradara “Angkara” Herda Martin mengemukakan film karyanya tersebut merupakan luaran dari mata kuliah Praktika Terpadu. Angkara adalah film ber-genre “action comedi” yang memadukan seni pencak silat dan bondres. “Kami berusaha memadukan bondres dan pencak silat,” ucapnya.
Herda yang juga mahasiswa jurusan Film dan Televisi angkatan 2016 ini berharap dukungan dari pimpinan ISI Denpasar, mengingat timnya tampil membawa nama besar ISI Denpasar.
“Kami sudah dua kali masuk festival. Pertama dibiayai institusi, kedua biaya sendiri yang menurut kami cukup berat. Karena kami membawa nama institusi, kami mohon saling dukung,” katanya berharap.
Guna menjaring talenta-talenta dalam bidang desain khususnya desain header pada website, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ISI Denpasar mengadakan Lomba Desain Header Website ISI Denpasar. Menurut Kepala UPT. TIK ISI Denpasar, Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A lomba diselenggarakan bulan Mei yang diawali dengan pendaftaran dari tanggal 3 Mei hingga penutupan pendaftaran tanggal 24 Mei 2017. Sebanyak 40 peserta mengikuti lomba yang berasal dari Jurusan DKV ISI Denpaasar sebanyak 27 orang, dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali sebanyak 6 orang, 2 pelajar dari SMA 1 Kediri, 3 orang dari Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (STIKI), dan 2 orang dari masyarakat umum.
Lomba desain terbagi menjadi 3 tema yaitu peringatan hari raya keagamaan, peringatan hari nasional dan peringatan hari internasional. Juri pada lomba desain header website sebanyak 5 orang yaitu dari dosen PS. DKV ISI Denpasar Ida Bagus Trinawindu, S.Sn., M.Erg., Wahyu Indira, S.Sn., M.Sn., I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn, Kepala UPT. TIK ISI Denpasar Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A, dan pengelola laman website ISI Denpasar Ida Bagus Wahyu Antara Dalem, S.Kom. Kreteria penilaian terdiri dari originalitas karya, format desain, isi desain, dan kualitas desain. Penjurian telah dilakukan tanggal 24 Mei 2017 bertempat di UPT. TIK ISI Denpasar.
Pengumuman pemenang lomba dilaksanakan tanggal 29 Mei 2017 bertempat di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar pukul 14.00 wita. Pada kesempatan tersebut terdapat sambutan oleh Rektor ISI Denpasar yang diwakili oleh Wakil Rektor I ISI Denpasar, Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M,Kes. Beliau menyampaikan dukungan atas terselenggaranya kegiatan lomba ini karena nantinya desain yang terkumpul ini dapat ditampilkan guna meningkatkan daya tarik kunjungan pada website ISI Denpasar.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumuman pemenang oleh Ketua Dewan Juru Juri Ida Bagus Trinawindu, S.Sn., M.Erg. Juri menetapkan 6 pemenang yaitu Juara I: Putu Agung Danu Segara dari PS. Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar; Juara II: Hendra Cipta Harianto DKV ISI Denpasar; Juara III: Ngakan Putu Aldi Surya dari DKV ISI Denpasar; Harapan I: Herby Septiyanda dari DKV ISI Denpasar; Harapan II: I Gusti Ngurah Ary Widarsana dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali; dan Harapan III Putu Gede Sedana Yoga dari DKV ISI Denpasar. Para pemenang memperebutkan piala uang tunai dan piaga penghargaan.
Prestasi mahasiswa Ps. Fotografi, FSRD ISI Denpasar setelah menjuarai lomba pembangunan nasional trofi presiden SBY 2010, kembali menjuarai kompetisi menulis Blog & Foto “Motivasi dan Inspirasi dalam kehidupan sehari-hari” Selasa, (22/2). Foto dengan judul “Demi Masa Depannya” karya I Made Adi Dharmawan di selenggarakan oleh Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. Kompetisi foto ini terbuka untuk umum dan tingkat nasional. Kompetisi ini diharapkan dapat menampilkan sisi keajaiban-keajaiban kecil yang mampu menggetarkan sisi-sisi emosional kita dan membangkitkan gairah untuk maju dan berkembang dalam hidup khususnya karir yang menyita sebagian besar hidup kita.
Dewan Juri yang terdiri dari fotografer profesional, dosen hingga psikolog akhirnya menetapkan,Juara 1 di raih oleh I Made Adi Dharmawan dengan Judul Foto “Demi Masa Depannya”, Juara 2 Sandhi Irawan dengan foto berjudul “Membantu Ibu”, Juara 3 Reinhart H Sianturi dengan foto berjudul “Yes You Can” disusul dengan beberapa nominator terbaik. Menurut dewan juri foto yang terpilih adalah foto yang memenuhi kriteria utama yaitu kesesuaian tema, estetika dan teknis. Untuk tema Motivasi dan Inspirasi ini cenderung semi jurnalistik, sehingga kesesuaian tema akan sangat terpengaruh oleh kekuatan moment dan Foto yang terpilih berdasarkan muatannya tentang motivasi dan inspirasi , dan mampu menggerakkan atau mempengaruhi yang melihatnya.
Pemenang dan Nominator memperoleh yang tunai dan souvenir dari panitia. “ Selamat kepada para pemenang, dan tetaplah berkarya kepada para peserta yang lain” ungkap ketua panitia.” Anda telah menerima tantangan, dan Anda sukses melewatinya dengan take action” imbuhnya
Karangasem, Kisah perjalanan hidup seorang gadis pemulung asal Bali bernama Ni Wayan Mertayani (16) yang menjuarai lomba foto internasional dari Museum Anne Frank, Belanda, dibukukan.
Pande Komang Suryanita, penulis buku berjudul “Potret Terindah dari Bali” itu saat dihubungi di Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu, mengatakan buku itu diterbitkan Kaifa (grup Penerbit Mizan) pada awal Februari ini.
Materi buku mengungkapkan sisi kehidupan gadis yang biasa dipanggil dengan Ni Wayan atau Sepi itu.
Penulis menguraikan secara detil bagaimana alur kehidupan Sepi yang begitu memilukan. Bermula dari kehilangan ayah dan rumah tinggal, Sepi bersama ibu dan adiknya, pindah ke sebuah gubuk di tepi Pantai Amed, Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur.
Di gubuk itu, Sepi menjalani hidup sebagai penjual makanan dan sesekali memulung barang bekas setelah pulang sekolah untuk dapat membantu ekonomi keluarga, terlebih ibunya dalam kondisi sakit-sakitan.
Hingga suatu ketika, ia bertemu dengan turis asal Belanda bernama Dolly yang meminjami kamera untuk belajar memotret.
Hasil “jepretan” Sepi kemudian didaftarkan oleh Dolly pada lomba foto internasional yang diadakan Yayasan Anne Frank di Belanda, dengan tema “Apa Harapan Terbesarmu”.
Tak disangka, foto Sepi yang berobjek ayam yang sedang bertengger di pohon singkong karet berhasil menjadi pemenang dan mengalahkan 200 peserta lain dari berbagai negara.
Menurut Pande Komang Suryanita, objek foto Sepi berupa ayam, merupakan representasi diri Sepi.
Bila hujan ia kehujanan begitu juga kala panas menyengat karena kondisi gubuk yang ditempatinya begitu memprihatinkan.
“Namun, cerita hidup Sepi bukan bermaksud mencari simpati dari pembaca tentang nasib kurang beruntung yang dialaminya. Justru, kisah itu kami angkat menjadi buku, dengan harapan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia agar tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup,” ujar Suryanita.
Kisah hidup Sepi, lanjut Suryanita, terbukti amat inspiratif karena dalam kondisi hidup serba kekurangan, Sepi tak pernah berhenti berupaya agar roda hidupnya bergulir menjadi lebih baik.
Tak berbeda dengan kisah hidup Anne Frank, yakni seorang gadis Yahudi yang bertahun-tahun hidup dalam persembunyian untuk menyelamatkan diri dari tentara Nazi, yang menjadi tokoh idola bagi Sepi.
Dalam persembunyian, Anne menulis dalam buku harian tentang cita-cita yang ingin diraihnya kalau keadaan sudah aman.
Buku “Potret Terindah dari Bali” sekaligus ingin mengungkapkan bahwa mimpi atau cita-cita dapat menjadi kekuatan seorang anak agar dapat menjalani hidup, sesulit apapun, kata Suryanita.
“Seperti halnya yang dialami Sepi. Mimpi dan cita-citanya menjadi jurnalis, membuatnya tak pernah putus asa. Hidupnya yang sulit,bukan membuatnya tak bisa berkelit,” ujar penulis yang menetap di Denpasar itu.
Sumber: Antaranews.com