Di Bali setiap peninggalan benda seni selalu menyimpan sejarah tersendiri. Begitu pula dengan sejarah keberadaan Gong Luang yang menurut Prasasti Purana Pura menyebutkan gamelan ini sudah ada sejak zaman kerajaan Udayana. Selain itu, Prasasti Pura Kedaton dan Prasasti Abasan, Bajarangkan Klungkung juga menyebutkan serta memaparkan detail dari gamelan Gong Luang.
Gong Luang atau biasa disebut Gong Saron oleh masyarakat Banjar Kedaton merupakan satu-satunya gamelan Gong Luang yang ada di Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur. I Wayan Turun yang merupakan salah satu penabuh dan sesepuh gamelan Gong Luang di Banjar Kedaton menyebutkan bahwa keberadaan Gong Luang ini berawal dari adanya lomba desa tingkat provinsi pada tahun 1987. Banjar Kedaton pun ditunjuk untuk membuat prosesi upacara Pitra Yadnya atau Memukur, yang dimana upacara Memukur ini harus diiringi dengan gamelan Gong Luang. Sedangkan pada saat itu banjar Kedaton belum memiliki seperangkat barungan Gamelan Gong Luang. Warga banjar lalu mengadakan rapat dengan penglingsir Puri Pemayun Kesiman dan sepakat untuk meminjam Gambelan Timbung yang sekarang berada di rumah Bapak Ebuh di Gelogor. Gamelan Timbung yang terbuat dari bambu ini pun dimanfaatkan sebagai pengganti Gong Luang untuk mengiringi upacara memukur pada saat lomba desa tersebut.
Setelah perlombaan ini selesai, warga banjar dan penglingsir/ tetua puri kembali mengadakan rapat untuk merencanakan membeli satu barungan (barungan adalah untuk menyebutkan satu kelompok atau alat gamelan yang terdiri dari berbagai jenis-jenis instrumen dengan jumlah tertentu) Gamelan Gong Luang, mengingat dari fungsinya yang sangat penting dalam ritual dan upacara Agama Hindu. Hal ini pun mendapat dukungan dari penglingsir puri yang suatu saat pasti akan memerlukan gamelan Gong Luang. Setelah mengadakan penggalian dana, maka Banjar Kedaton membeli gamelan Gong Luang seharga Rp. 3.750.000 pada saat itu. Gamelan ini dibuat oleh Pande Sukerta di Desa Blahbatuh Gianyar dan mencari sikut atau contoh di rumah Pak Tedun di Sangsi Singapadu. Setelah Banjar Kedaton memiliki gamelan Gong Luang, warga banjar membentuk sekaa (sekaa adalah organisasi sosial di Bali yang mempunyai kegiatan-kegiatan dan tujuan tertentu) Gong Luang di Banjar Kedaton serta mencari pelatih untuk mengadakan pelatihan dan pembinaan gending-gending atau repertoire Gong Luang. Kemudian warga banjar sepakat untuk mencari pembina Gamelan Gong Luang di Singapadu yang bernama Pan Muji. Adapun gending-gending atau repertoire yang diberikan oleh Pan Muji adalah:
1. Gending Lilit Panji Alit
2. Gending Lilit Nyora
3. Gending Lilit Warga Sari
4. Gending Lilit Panji Cinada
5. Gending Lilit Panji Demung
6. Gending Sih Miring
Yang dimana gending – gending tersebut masih dipergunakan oleh sekaa Gong Luang banjar Kedaton Kesiman sampai sekarang. Sekaa ini sekarang beranggotakan 25 orang dan mempunyai sistem kepengurusan yang diganti setiap 2 tahun sekali.
Gamelan Gong Luang Di Banjar Kedaton Desa Kesiman Petilan Selengkapnya