Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Siap Tampilkan Karya Terbaik Dalam Ujian Akhir Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Siap Tampilkan Karya Terbaik Dalam Ujian Akhir Mahasiswa

img_0358-copy

Gladi Ujian Karya TA

(Denpasar humasisi) Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat, Fakultas Seni  Pertunjukan ISI Denpasar menyelenggarakan Pagelaran Karya Seni Pertunjukan dalam rangka Ujian  Tugas Akhir Tahun Akademik 2008/2009, yang berlangsung dari tanggal 18 sampai dengan 21 Mei  2009. Guna menampilkan hasil terbaiknya, para mahasiswa sejak kemarin (tgl. 11 Mei 2009) sampai  tanggal 13 Mei 2009 menggelar gladi bersih di gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Menurut Ketua  Panitia Pelaksana, Ni Ketut Suryatini, S.SKar., M.Sn, pagelaran karya seni ini dimaksud sebagai  penyajian tugas akhir yang diwajibkan kepada mahasiswa yang akan menamatkan studi mereka.  Ujian Tugas Akhir tahun ini diikuti oleh 47 orang peserta dengan rincian Penciptaan sebanyak 42  yang terdiri dari jurusan tari 15 orang, jurusan karawitan 23 orang, serta jurusan Pedalangan 4 orang.  Sementara mahasiswa yang mengambil pengkajian sebanyak 5 orang yang terdiri dari jurusan Tari 4  orang dan jurusan Karawitan 1 orang. Ketut Suryatini yang juga sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Seni Pertunjukan menambahkan perkuliahan di masing-masing jurusan tetap berjalan, namun demi kelancaran persiapan ujian pihaknya telah memberi ijin dispensasi bagi mahasiswa lain yang turut mendukung mahasiswa yang mengikuti ujian, karena tidak bisa dipungkiri untuk menghasilkan satu ciptaan saja mahasiswa terkadang tidak hanya melibatkan para mahasiswa lain untuk mendukung tapi juga melibatkan masyarakat yang tergabung dalam sanggar seni. Tercatat sekitar 28 sanggar seni atau skaa tabuh dari berbagai daerah terlibat dalam ujian akhir mahasiswa. Keberhasilan mahasiswa dalam menghasilkan sebuah karya cipta seni berkat bekal ilmu yang mereka peroleh selama kurang lebih 4 tahun, kemudian diaplikasikan lewat bagaimana cara mengkoordinir, berorganisasi, menciptakan karya, menanggulangi kendala-kendala yang dihadapi selama proses penggarapan. Sementara untuk menilai karya mahasiswa ISI Denpasar melibatkan 19 penguji karya seni pertunjukan yang terdiri dari para dosen dilingkungan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar serta melibatkan pengamat karya seni dari berbagai bidang, yaitu Drs. I Made Seraya, I Wayan Dira, S.Pd., M.M., Ni Ketut Arini, S.ST., Drs. I Wayan Madra Aryasa, M.A., serta I Gusti Seramasemadi, S.SP., M.Si.

Kreteria penilaian penciptaan meliputi aspek ide, bentuk dan penampilan, dengan indicator penilaian yaitu tema, teknik, komposisi, kreativitas, rias/ busana, iringan, ekspresi, keutuhan serta penokohan, struktur dramatik, anta wacana, dan tata cahaya khusus untuk jurusan pedalangan. Sementara para penguji karya tulis atau komprehensif sebanyak 21 dosen yang berpengalaman dibidang karya tulis, dengan kreteria penilaian mencakup aspek sistematika dan bahasa, substansi skipsi, dan presentasi.

Sementara salah satu mahasiswa yang mengikuti ujian, I Wayan Sudarsana dari Jurusan Karawitan mengungkapkan kesiapannya untuk mengikuti rangkaian ujian akhir mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar. Karena berbekal ilmu yang diperoleh selama ini dikampus serta dukungan dan bimbingan dari para dosen pembimbing, akhirnya dia dapat menciptakan karya seni karawitan yang diharapkan dapat member inspirasi dan menambah wawasan para pencita seni. Banyak tantangan yang dihadapi selama proses pembuatan karya, diantaranya mentransfer ilmu karawitan dengan menggunakan metode terstruktur kepada para seniman alam yang biasa menggunakan metode tradisional. Sudarsana menambahkan pendukung karawitan untuk ujian akhirnya yang berasal dari skaa Truna Mekar Desa Tunjuk Tabanan ini merasa bangga dapat membantu mendukung penggarapan karya yang berjudul Sandhu Winangun, karya karawitan yang menggabungkan music atau 2 instrumen pendro dan selonding.

Sementara itu Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A, mengungkapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas segala bantuannya sehingga rangkaian ujian karya seni ini dapat terlaksana. Ungkapan tak terhingga juga ditujukan kepada masyarakat yang tergabung dalam sanggar-sanggar seni yang turut membantu menyukseskan ujian mahasiswa ISI Denpasar. Hubungan harmonis antara ISI Denpasar dengan sanggar seni/ skaa tabuh yang ada di Bali atau diluar Bali sudah berlangsung lama. Diharapkan hubungan harmonis ini dapat terus dijalin guna menujudkan ISI Denpasar sebagai pusat pengkajian dan penciptaaan seni.

Cok Istri Puspawati Nindhia, SE, SSn Dosen Fotografi ISI Denpasar, Berprestasi Internasional Dengan Mengangkat Obyek “Air”

Cok Istri Puspawati Nindhia, SE, SSn Dosen Fotografi ISI Denpasar, Berprestasi Internasional Dengan Mengangkat Obyek “Air”

Cok dan karyanya

Cok dan karyanya

(Denpasar-humasisi) Kiprah kaum wanita pada abad 21 ini sungguh-sungguh menginspirasi kaum  manusia di dunia saat ini. Dimana sosok wanita yang terkesan lemah lembut berubah menjadi sosok  yang produktif dan “kuat”, terbukti dengan banyaknya wanita yang menempati jabatan eksekutif di  perusahaan, pemerintahan atau bahkan menjadi kepala pemerintahan. Salah satunya adalah Cok Istri  Puspawati Nindhia SE, SSn seorang dosen wanita di program Studi Fotografi FSRD ISI Denpasar.  Meskipun belum diangkat secara 100 % namun prestasinya cukup membanggakan yaitu menggondol  Award dalam Earth Spirit festival di Australia pada tahun 2007, pemenang pertama lomba foto “Global  Warming” Kompas 2006 dan Pemenang Fremaan Fellowship at Vermont Studio Centre Amerika 2007.  Untuk program Fremaan Fellowship at Vermont Studio Centre Amerika ini ternyata Cok Puspa bukan  yang kali pertama yang pernah mendapatkannya, ternyata beberapa orang Dosen FSRD ISI Denpasar  pernah berangkat sebelumnya yaitu Dra. Tjok Istri Mas Astiti, MSi dari Jurusan Lukis yang notabene Ibunda dari Cok Puspa, Drs. I Nyoman Marsa dan Dra. Sri Supriyatini, MSn. Disana seniman yang terpilih akan dibimbing dalam berkarya oleh pakar-pakar dan dosen seni rupa dari Universitas terkenal di Amerika. Ada cerita lucu ketika Cok Puspa mendapat juara di Australia. Menurut kontestan dari negara lain, Cok yang berasal dari Indonesia dianggap negara dunia ketiga yang gaptek teknologi, jadi para kontestan sangat terkejut bahwa Cok Puspa wanita pertama dapat berhasil menggondol juaranya dan sangat fasih menggunakan peralatan digital sejajar dengan negara lainnya.

Menurut gadis asal Gianyar ini, semangat ingin maju dan pantang menyerah adalah kunci keberhasilannya. Menurutnya kita sebagai kaum wanita dan mahasiswi harus antusias dan mandiri di dalam mengerjakan sesuatu dan mencari peluang di dalam pengembangan keilmuan. Di era digital ini dimana teknologi informasi sudah begitu mudahnya menyebabkan kompetisi di semua bidang itu menjadi lebih meningkat. Jadi kita sebagai mahasiswi dan seniman harus siap dengan adanya perkembangan tersebut dan menggali potensi kita, sehingga kita mempunyai suatu idealisme dalam berkesenian yang layak dijual dan bersaing. Sekarang dunia fotografi berkembang dengan sangat pesat mengingat era digitalisasi yang memudahkan pengguna untuk mengoperasikan peralatan fotografi tersebut. Begitu banyaknya bertaburan seniman atau studio fotografi yang menjamur sekarang ini, itu merupakan tantangan untuk harus dihadapi oleh seorang fotografer. Jadi seorang fotografer harus kreatif atau “mati” digilas oleh pesaing yang semakin hari semakin bertambah.

Cok Puspa menerangkan dalam berkesenian terutama dalam karya fotografinya ia tertarik mengangkat obyek “air” (Rythm of Water). Karena air merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air juga terkesan tenang dan menghanyutkan, namun dapat juga mengerikan pada saat bencana. Jadi sesuatu itu ada sisi postif dan negatifnya tergantung sudut pandang manusia itu sendiri. Air yang menggelitik rasa estetik Tjok untuk selalu berkarya seni dan ternyata air tersebut tidak ada habis-habisnya digali, bagaikan sumber mata air inspirasi untuk berkarya. Menurut Pembantu Dekan III FSRD ISI Denpasar Drs. I Wayan Suwandhi, MSi kiprah Cok Puspa memang terlihat sejak mahasiswa dimana ia aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, sebagai buktinya sebagai duta bangsa dalam Youth Exchange ASEAN – ROK in Seoul Korea. Itu membuktikan antusiasmenya yang tinggi dalam mengembangkan dirinya. Pembantu Dekan II ISI Denpasar Drs. I Made Bendi Yudha, MSn menjelaskan bahwa prestasi ini merupakan salah satu indikator atas kapabilitas dosen-dosen ISI Denpasar, sehingga diharapkan bisa ditularkan ke mahasiswa. Senada dengan Bendi, Pembantu Dekan I FSRD ISI Denpasar Drs. I Gede Mugi Raharja, MSn berpesan agar mahasiswa ISI Denpasar dapat mengikuti prestasi yang dicetak oleh Cok Puspa ini, caranya dengan aktif mengikuti event-event pameran maupun kompetisi di tingkat nasional dan internasional. Sehingga kita bisa tahu kelemahan dan kelebihan kita dalam rangka untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kita. Dekan FSRD ISI Denpasar Dra, Ni Made Rinu, MSn mengingatkan sikap Cok Puspa yang harus diteladani adalah sikap mandiri, berkarya, kreatif dan menunjukkan kapabilitas secara pribadi di tingkat nasional maupun internasional, dengan aktif mengikuti kompetisi dan berpameran. Ini yang harus dijadikan contoh oleh mahasiswa lain yaitu dengan menyibukan diri dengan kesibukan yang postif yaitu selain mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen juga aktif mengikuti perkembangan bidang yang digelutinya sekarang. Tanpa inisiatif dan antusiasme yang positif mahasiswa akan sulit berkembang menjadi seniman yang handal. Mengenai kemenangannya di tingkat Internasional Rinu menegaskan bahwa ini adalah satu jalan untuk mewujudkan visi ISI Denpasar untuk “go international” dengan terus aktif mengikuti event-event kompetisi tingkat internasional.

Pemilihan Mahasiswa dan Dosen Berprestasi 2009 ISI Denpasar

Pemilihan Mahasiswa dan Dosen Berprestasi 2009 ISI Denpasar

dsc_01071

Rapat Pemilihan

(denpasar-humasisi) Kemajuan pendidikan di suatu institusi erat kaitannya dengan tingkat kualitas  seluruh penyelenggara pendidikan di institusi tersebut. Tentu penyelenggara disini adalah komponen-  komponen penyelenggara pendidikan di perguruan tinggi seperti Guru besar, dosen dan pegawai.  Berkaitan dengan hal tersebut, ISI Denpasar telah melangsungkan proses penilaian mahasiswa,  dosen dan Ketua Program Studi berprestasi di tingkat institut. Hal tersebut terungkap dalam rapat  penilaian mahasiswa, dosen dan Ketua Prodi berprestasi 2009 di gedung rektorat ISI Denpasar. Acara  tersebut dihadiri Pembantu Rektor I bidang akademik Drs. I Ketut Murdana, M.Sn, Pembantu Rektor  III di bidang kemahasiswaan Drs. I Made Subrata, M. Si, jajaran struktural dari kedua fakultas di ISI  Denpasar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) dan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP).

Menurut Murdana acara ini merupakan acara tahunan sesuai dengan yang diamanatkan Dikti dan untuk mekanisme penilaiannya dilaksanakan dengan menilai fortofolio yang telah diserahkan oleh masing-masing fakultas. Untuk penilaian tahun ini berbeda dengan pelaksanaan tahun lalu. Bila tahun lalu masing-masing kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan pengabdian Masyarakat) dinilai terpisah, untuk tahun ini penilaiannya dijadikan satu. Tim penilai akan menilai dan memutuskan dosen dan ketua prodi berprestasi 1,2 dan 3 di fakultas, untuk bersaing di tingkat institut dimana khusus untuk dosen berprestasi 1 di tingkat institut, akan diajukan ke Pusat (Jakarta) untuk bersaing mendapatkan dosen berprestasi tingkat Nasional. Rencananya hasil pengumuman akan disampaikan pada saat Upacara Bendera 17 Agustus 2009 mendatang. Adapun kriteria penilaian dibagi dalam kelompok karya prestasi bidang manajerial, karya prestasi di bidang jaringan kemitraan, karya prestasi di bidang inovasi pembelajaran dan karya prestasi di bidang kemahasiswaan. Hal ini sesuai dengan buku panduan yang ditetapkan oleh Dikti. Murdana mengharapkan dengan diadakannya kegiatan ini maka Institusi memiliki dosen dengan kemampuan unggul di bidang masing-masing dan diharapkan untuk mampu mengaplikasikan ilmunya sehingga transfer ilmu dan pemberdayaan masyarakat bisa tercapai dengan maksimal. Tentu dalam prosesnya akan diberikan reward bagi dosen yang berhasil meraihnya dan untuk yang belum akan dilkukan proses pembinaan.

Sementara untuk mahasiswa yang berprestasi, PR III ISI Denpasar Drs. I Made Subrata, M.Si menjelaskan untuk tahun ini telah dilakukan proses penilaian untuk memilih mahasiswa berprestasi 2009 dengan kriteria sesuai dengan yang ditetapkan oleh Dikti yaitu Indeks Prestasi (IP) Kumulatif, Karya Tulis Ilmiah, Kegiatan kurikuler dan Ekstra kurikuler, Bahasa Inggris dan Kepribadian. Sama dengan pemilihan dosen, portofolio mahasiswa diajukan dan untuk tingkat fakultas dipilih mahasiswa berprestasi 1, 2 dan 3, yang nantinya di ajukan ke institut ntuk memilih mahasiswa berprestasi 1, 2, 3 tingkat institut. Tentu kegiatan ini merupakan upaya untuk mendorong kreativitas, aktivitas dan kesejahteraan mahasiswa dimana pemenangnya akan diberikan piagam dan finansial. Capaian akhirnya adalah iklim akademik antar mahasiswa dapat bergulir sehingga berpengaruh terhadap iklim pendidikan institusional.

Berkenaan dengan penciptaan iklim akademik institusional, juga berlangsung proses penilaian proposal penilitian, penciptaan dan pengabdian masyarakat oleh tim reviewer institusi yang dikomandoi oleh LP2M ISI Denpasar. Dimana dari proposal yang lolos, rencananya akan dipamerkan/dipertunjukkan bertepatan dengan Dies Natalis ISI Denpasar. Di lain tempat juga terlihat kesibukan mahasiswa FSP yang menyiapkan pagelaran Ujian Akhir. Mereka tampak sangat serius mempersiapkannya bukan karena akan diuji oleh para dosen semata akan tetapi juga “diuji” oleh respon masyarakat luas yang dijinkan menonton pagelaran tersebut. Ini merupakan ujian sesungguhnya, dimana masyarakat dapat memberikan aspirasi tentang pagelaran tersebut dan mempertaruhkan tidak hanya prestise pribadi juga kredibilitas lembaga.

Sebelas Kebijakan Terobosan Lanjutan Masal Pendidikan

Sebelas Kebijakan Terobosan Lanjutan Masal Pendidikan

Depdiknas

Depdiknas

Jakarta, Sabtu (2 Mei 2009) — Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) pada 2009 telah menetapkan sebelas kebijakan terobosan lanjutan secara masal pendidikan. Pada akhir 2008 hampir seluruh indikator kinerja utama rencana strategis tercapai dengan baik, bahkan banyak yang melampaui target. Kebijakan masal pendidikan selama ini telah menunjukkan hasil – hasil yang positif.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2009 di Depdiknas, Jakarta, Sabtu (2/05/2009). Tema peringatan Hardiknas 2009 adalah Pendidikan Sains, Teknologi, dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.

Mendiknas menyebutkan sebelas terobosan masal pendidikan, yakni melanjutkan pendanaan pendidikan secara massal, melanjutkan peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik, penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk e-pembelajaran dan e-administrasi, pembangunan prasarana dan sarana pendidikan, rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan, dan reformasi perbukuan secara mendasar.

Selanjutnya, peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif, perbaikan rasio peserta didik SMK:SMA, otonomisasi satuan pendidikan, intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapaikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang tidak terjangkau pendidikan formal (reaching the unreached), serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dengan pendekatan komprehensif.

Mendiknas mengatakan, dalam kurun waktu 2005 – 2008, pendanaan pendidikan melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), BOS Buku, Bantuan Khusus Murid (BKM), Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), dan program beasiswa telah menunjukkan hasil dan manfaat yang signifikan dalam pengembangan mutu pendidikan di Tanah Air. “Program BOS selama ini telah membebaskan sebanyak 70,3 persen murid SD/MI dan SMP/MTs dari pungutan biaya operasional dan semua siswa miskin bebas dari pungutan tersebut,” katanya.

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, dengan peningkatan biaya satuan BOS yang cukup signifikan maka mulai 2009 program BOS membebaskan seluruh peserta didik SD negeri dan SMP negeri dari semua pungutan biaya operasional sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). “Tahun 2008 kita berhasil menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pada tingkat nasional,” katanya.

Selanjutnya, kata Mendiknas, dalam hal peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik maka sesuai dengan Undang – Undang No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, sejak 2006 sekitar 1,75 juta guru yang belum memperoleh S1/D4 harus meraih derajat tersebut dalam waktu sepuluh tahun. Kemudian, kata Mendiknas, sekitar 150.000 dosen yang belum S2 atau S3 harus meraihnya dalam waktu sepuluh tahun. “Seiring dengan upaya tersebut maka bagi para guru dan dosen yang telah berhasil memenuhi persyaratan undang – undang tersebut kesejahteraannya ditingkatkan menjadi sekitar dua kali lipat,” katanya.

Mendiknas mengatakan, dalam mengembangkan infrastruktur TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi, telah tersambung melalui Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) puluhan ribu sekolah, ratusan perguruan tinggi dan seluruh kantor Depdiknas termasuk UPT di daerah, dan seluruh kantor pendidikan provinsi dan kabupaten/kota tersambung ke Jardiknas. “Pembangunan sarana – prasarana pendidikan juga terus ditingkatkan, dari PAUD hingga pendidikan tinggi,” katanya.

Sampai dengan saat ini, kata Mendiknas, telah dibangun ribuan sekolah baru, puluhan ribu ruang kelas baru, ribuan perpustakaan dan laboratorium. Selain itu, lanjut Mendiknas, juga telah direhabilitasi ratusan ribu ruang kelas SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/SLB.

Sementara, kata Mendiknas, di bidang perbukuan Depdiknas telah melakukan reformasi secara mendasar, yaitu dengan membeli hak cipta buku dari penulis atau penerbit dan mengizinkan siapa saja untuk menggandakannya, menerbitkannya, atau memperdagangkannya dengan harga murah. Mendiknas menyebutkan, sampai saat ini Depdiknas telah membeli sebanyak 598 judul buku teks pelajaran, dengan harga eceran tertinggi (HET) yang berkisar antara Rp.4.387,00 sampai dengan Rp.29.986,00 per buku. “Dengan reformasi ini sekolah wajib menyediakan buku teks pelajaran sejumlah peserta didiknya, sehingga para peserta didik tidak perlu lagi membeli buku dan cukup meminjam dari perpustakaan,” katanya.

Lebih lanjut Mendiknas menyampaikan, peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif telah dilakukan secara sistematik terhadap semua satuan pendidikan, dengan cara meningkatkan acuan mutu standar pelayanan minimal (SPM), rintisan sekolah standar nasional (RSSN), sekolah standar nasional (SSN), rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), dan sekolah bertaraf internasional (SBI).

Adapun pada jenjang pendidikan tinggi, kata Mendiknas, beberapa perguruan tinggi kita telah mendapat pengakuan sebagai perguruan tinggi berkelas dunia (world class), menurut versi Times Higher Education Supplement (THES). “Tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Bandung, dengan jumlah program studi 520 telah masuk dalam peringkat 400 terbaik dunia dari 12.000 universitas di seluruh dunia,” katanya.

Selain itu, lanjut Mendiknas, sebanyak 47 program studi Universitas Terbuka mendapatkan akreditasi dari International Council of Distance Education (ICDE). “Dengan demikian, maka program studi berkelas dunia sampai dengan saat ini mencapai 567 program studi yang melayani sekitar 12 persen dari seluruh mahasiswa Indonesia,” katanya.

Sementara, kata Mendiknas, dalam perbaikan rasio peserta didik SMK:SMA, Depdiknas memiliki kebijakan membalik rasio itu dari 30:70 pada tahun 2004 menjadi 70:30 pada tahun 2015. “Sampai dengan akhir tahun 2008 rasio yang tercapai telah bergeser menjadi 46:54. Dengan demikian, selama empat tahun rasio tersebut telah bergeser 16 persen,” katanya.

Mendiknas menjelaskan, berkenaan dengan otonomisasi satuan pendidikan, otonomi harus diimbangi dengan akuntabilitas yang setimpal. Dia mengatakan, pada tingkat sekolah/madrasah otonomi satuan pendidikan secara umum diberikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS), kecuali segelintir sekolah/madrasah yang menurut Undang – Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) dipersyaratkan untuk menjadi BHP. “Sementara untuk jenjang pendidikan tinggi, semua satuan pendidikan tinggi harus berbentuk BHP,” katanya.

Mendiknas menyampaikan, dalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapaikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang tak terjangkau pendidikan formal (reaching the unreached) telah dilaksanakan program PAUD nonformal yang mendidik 10,48 juta anak. Program Paket A, kata Mendiknas, telah menyumbang angka partisipasi murni (APM) SD/MI 0,5 persen, program Paket B menyumbang angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTs 3,96 persen, dan program Paket C menyumbang APK SMA/MA 2,96 persen.

Sementara, kata Mendiknas, buta aksara usia 15 tahun atau lebih menyisakan 9,7 juta orang atau 5,97 persen. “Insya Allah pada akhir tahun ini bisa kita turunkan menjadi lima persen,” katanya.

Mendiknas menyebutkan, hampir 300.000 orang mengikuti pendidikan kecakapan hidup dan telah membangun ribuan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), serta ratusan TBM mobil untuk daerah pedesaan yang jauh dari TBM.

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, dalam penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dilakukan pendekatan komprehensif melalui penataan kelembagaan, penghilangan konflik kepentingan, peningkatan akuntabilitas, dan peningkatan standar mutu pelayanan publik.***

Sumber: Pers depdiknas http://www.depdiknas.go.id/

Pameran Mata Air III Mahasiswa Lukis ISI Denpasar Menghangatkan Kota Batu-Malang

Pameran Mata Air III Mahasiswa Lukis ISI Denpasar Menghangatkan Kota Batu-Malang

dsc041534

Rektor ISI Denpasar dan Pimpinan FSRD di Ruang Pameran

(Batu-Malang-humasisi) Gallery Raos yang terletak di suatu daerah yang terkenal sebagai kota sejuk  yaitu Batu-Malang, tiba-tiba menjadi ramai dan hangat pada malam tanggal 26 April 2009 pada saat  pembukaan Pameran Lukis Mata Air III “Variation of Mind” mahasiswa lukis semester 6 ISI  Denpasar. Bahkan pemiliknya Djoeari Soebardja tampak sumringah dan tidak dapat  menyembunyikan rasa bangganya atas pameran ini, selain memang kualitas karya yang cukup  mumpuni untuk kelas mahasiswa juga pada pembukaannya juga dihadiri langsung oleh Rektor ISI  Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA yang langsung terbang dari Bali. Menurut Djoeari ini  merupakan kali pertama seorang rektor membuka pameran di gallerynya, sungguh pengalaman yang  membanggakan. Pada pameran tersebut juga dihadiri oleh mahasiswa dari Universitas Negeri  Malang, seniman dan masyarakat pencinta seni se-batu malang dan juga jajaran struktural Jurusan  Seni rupa Murni ISI Denpasar. Tampak Dekan FSRD Dra. Ni Made Rinu, M. Si, PD 2 Drs. I Made Bendhi Yudha, PD 3 I Wayan Suwandhi, M.Si, Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Drs. I Made Ruta, Sekretaris Jurusan Drs. I Ketut Karyana, Kaprodi Seni Lukis Dra. Ni Made Purnami Utami, M. Erg dan Kaprodi Seni Patung Drs. I Wayan Sutha. Pameran yang berlangsung dari 26 April sampai 2 Mei 2009 ini juga juga mengadakan kegiatan Workshop Seni Lukis wayang dan Diskusi masalah Seni rupa.

Menurut Pembantu Dekan 2 sekaligus pembimbing pameran ini Drs. I Made Bendi Yudha, M.Sn menyambut gembira dengan diadakannya kegiatan pameran ini, apalagi apresiasi masyarakat batu sangat baik terbukti dengan banyaknya komentar positif tentang keberadaan pameran ini. Pameran ini juga menunjukan kemandirian mahasiswa semester 6 untuk mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan pameran sehingga arah pengembangan kesenimannya sudah mulai matang. Terbukti konsep ciptaannya yang mulai nampak dewasa dengan membungkus nilai-nilai tradisi dengan bahasa kontemporer, terbukti dengan menggunakan bahasa simbol (metafora) dalam penyampaian pesan dan imajinasinya. Mahasiswa semester 6 juga dapat mewakili perkembangan seni rupa akademis Bali pada umumnya, sehingga dengan pembimbing yang tepat diharapkan akan menjadi seniman yang berkualitas baik di tingkat nasional maupun internasional. Menurut Bendi pameran ini merupakan salah satu kesinambungan dari kegiatan Kamasra (Ikatan Mahasiswa Seni Rupa) di ISI Denpasar yang sempat mandek, dan pameran ini merupakan suatu semangat baru untuk membangkitkan gairah pameran mahasiswa seni rupa sehingga dapat meningkatkan citra seni rupa ISI Denpasar di mata masyarakat. Pesannya agar terus tertantang untuk menggali potensi dirinya dan terus mengasah diri lewat pameran baik di tingkat nasional maupun internasional, dengan terus menjaga sikap kekompakan, kerjasama baik antar mahasiswa mapun dosen.

Bendi memaparkan pada pameran ini kebanyakan mengangkat fenomena sosial yang terjadi masyarakat sekarang dam kaca mata seniman. Contohnya karya I Nyoman Suartana (Rako) dengan judul “Mimpiku di atas “dampar” yang menampilkan atau memotret generasi muda sekarang yang menganggur atau karya I Gede Jaya Putra (Dexde) dengan judul “Senyum sesaat” yang menampilkan potret seorang Ibu yang tersenyum sambil memamerkan uang bantuan Langsung Tunai-nya (BLT), sebuah pemandangan ironi pada saat sekarang. Yang menarik juga karya Diah ardanareswari seorang mahasiswi yang mencoba memformulasikan benda-benda pabrik dengan teknik kolase sehingga tampak eksotisme seorang perempuan yang masuk ke dalam budaya konsumerisme.

Senada dengan yang diungkapkan Bendi, Dekan FSRD ISI Denpasar Dra. Ni Made Rinu, Msi mengucapkan terima kasih kepada Rektor, jajaran struktural FSRD dan pihak2 yang telah berkeja keras sehingga kegiatan pameran dapat berlangsung dengan lancar. Menurutnya pameran ini merupakan suatu proses pembelajaran yang sangat penting dalam karier kesenimanan mahasiswa. Dimana kritikan dan masukan yang ada dapat lebih apresiatif dalam pengembangan kreativitas dan kualitas karya mahasiswa. Semoga kegiatan ini dapat dilanjutkan oleh adik kelasnya dan Jurusan lain di FSRD, dimana Rinu sebagai dekan tidak henti-hentinya mendorong agar diadakan kegiatan seperti ini untuk meningkatkan citra kampus di masyarakat. Ke depannya mahasiswa semester 6 akan melanjutkan pameran ini ke kota2 lainnya di pulau jawa seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Loading...