Jay Shita, Tarian Kontemporer Tentang Kesetaraan Gender

Jay Shita, Tarian Kontemporer Tentang Kesetaraan Gender

jaysitaKiriman: Galih Seta Dananjati, I Gusti Komang Bagus Dharma Putra, Moch. Zulfiqar R.A., I Putu Kurniawan Adi Putra (Mahasiswa PS TV dan Film ISI Denpasar)

Denpasar- Dalam penyelenggaraan Art Summit Indonesia VII pada Selasa (8/10) kemarin, ISI Denpasar mementaskan sebuah tarian kontemporer yang berjudul “Jay Shita”. Jay sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kesucian atau keagungan, sedangkan Shita merupakan nama dari istri Rama yang seorang tokoh pewayangan. Tarian yang menceritakan tentang sosok perempuan yang kuat dalam menghadapi berbagai macam diskrimansi oleh pihak laki-laki ini melibatkan sepuluh penari, yaitu lima penari laki-laki dan lima penari perempuan. Dari segi musik, tarian kontemporer ini diiringi oleh kolaborasi antara alunan gamelan Bali dengan alunan biola yang dikemas secara kontemporer. Tarian ini pun menjadi pementasan pamungkas yang sukses menutup acara pada malam itu

Pementasan kali ini pun dibuat lebih menawan dengan penggunaan teknologi video mapping, yaitu teknologi visualisasi grafis video pada sebuah obyek. Hal ini terbukti ketika beberapa bagian tarian yang menampilkan teknologi ini membuat para penonton yang menyaksikan selalu dibuat berdecak kagum. Seperti pada adegan ketika Shita berusaha dibakar dimana video mapping menampilkan visualisasi nyala api pada keseluruhan latar panggung yang bertempat di gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Tak heran apabila persiapan yang dilakukan kelompok ini terbilang cukup lama, yaitu selama sekitar satu bulan. Surya Oka, selaku pencipta tarian ini juga menuturkan tidak ada kendala yang berarti dalam persiapan pementasan kali ini, hanya kendala menyamakan waktu mengingat para penari tetap harus menjalani proses perkuliahan.

Koreografer Surya Oka saat diwawancara

Koreografer Surya Oka saat diwawancara

Ketika ditanya mengenai makna yang terkandung dalam tarian ini, Surya Oka menuturkan sengaja mengangkat isu kesetaraan gender dalam pementasan tarian Jay Shita kali ini. Beliau merasa bahwa kaum perempuan sampai saat ini masih sering mendapatkan diskriminasi dalam berbagai hal. “Yang ingin saya sampaikan kepada penonton pada pementasan kali ini adalah bagaimana pun juga wanita harus tetap menjaga kesucian dan keagungannya” ungkap pria yang juga mengajar sebagai dosen di ISI Denpasar ini.

Tim Monev ISBI Pusat Memonitoring Perkembangan Pendirian ISBI Tanah Papua

Tim Monev ISBI Pusat Memonitoring Perkembangan Pendirian ISBI Tanah Papua

IMG_2811Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS. Tv dan Film).

Denpasar- Usaha pemerintah untuk mendirikan Institut Seni dan Budaya (ISBI) terus bergulir. Pemerintah menugaskan empat perguruan tinggi seni yang ada di Indonesia yaitu ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta dan ISI Padang Panjang untuk mendirikan ISBI di Aceh, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. ISI Denpasar mendapat mandat untuk mendirikan ISBI di Papua. Guna melakukan monitoring terkait perkembangan terkini pendirian ISBI di empat daerah tersebut, maka Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) ISBI dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI melakukan focus group disscusion (FGD) ke masing-masing perguruan tinggi. Selain itu monitoring juga bertujuan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi selama peroses pendirian ISBI. Tim Monev dari Kementrian dipimpin oleh Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A sebagai Plt. Staf Ahli Kemendikbud Bidang Budaya dan Psikologi Pendidikan. Sementara anggota Tim Monev ISBI Pusat terdiri dari staf Kemendikbud, Dikti dan dari beberapa dosen dari perguruan tinggi di Indonesia.

IMG_2783Tim Monev ISBI sudah melakukan monitoring ke ISI Jogja dan ISI Surakarta. Monitoring yang ketiga terhadap ISI Denpasar yang mendapat tugas untuk mendirikan ISBI di Tanah Papua. Kegiatan berlangsung di Ruang Jegod Grand Bali Beach Hotel, pada 31 Oktober 2013. Sebanyak 20 narasumber dari ISI Denpasar hadir mememnuhi undangan dari tim monev pusat. Rombongan dipimpin oleh Pembantu Rektor I Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M.Kes sebagai wakil dari Rektor ISI Denpasar. Dalam sambutannya Prof. Artayasa menyambut baik kegiatan monitoring dan evaluasi ini. “Kami siap melaporkan perkembangan ISBI Tanah Papua termasuk kendala yang kami hadapi selama proses pendiriannya” ungkap Prof. Artaysa.

Sementara Tim Monev dari pusat terdiri dari Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A sebagai ketua tim, Djuwita Sari, S.Sos dari Kementrian, Dr. Umasih, M.Hum dan I Gusti Ayu Srinatih, M.Si dari perwakilan perguruan tinggi, serta staf dari kementrian yaitu Evawati,S.E., Berliana Simamora dan Gde Maha Putra. Prof Rai dalam sambutannya mengungkapkan rasa terimakasih yang mendalam atas kesediaannya untuk menghadiri undangan dari Tim Monev Pusat. “Ini adalah amanat Menteri untuk melakukan monitoring, dengan tujuan untuk mencari informasi untuk nantinya dapat kami laporkan ke Menteri” ujar Prof. Rai. Prof Rai juga menekankan agar tidak segan-segan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi selama proses pendirian ISBI. Ini sebagai kajian akademis untuk menekankan capaian dengan estimasi batas waktu pelaporan 15 Desember 2013.

Dalam diskusi yang cukup alot terungkap bahwa ISBI Tanah Papua sudah menerima mahasiswa baru sebanyak 46 orang dari 5 Prodi. Proses pembelajaran berlangsung sangat baik dengan kualifikasi dosen S2 dan telah lolos dalam sertifikasi dosen. Menurut salah satu tim monev pusat Dr. Umasih, M.Hum menyatakan bahwa pencapaian ISI Denpasar dalam mendirikan ISBI Tanah Papua sudah luar biasa hanya terkendala pada Ijin dari Menpan. Materi ini nantinya akan dilaporkan ke Menteri untuk dapat selanjutnya ditindak lanjuti.

Loading...