Televisi lokal di era konvergensi menghadapi tantangan danpersaingan dari kehadiran media baru. Televisi lokal berperanstrategis untuk menjaga keberagaman konten (diversity of content), dan keberagaman kepemilikan (diversity of ownership). Positioning Bali TV sebagai media pencerah danpelestari seni budaya Bali, dengan upaya mengakomodasidemokrasi penyiaran berupa keberagaman konten yang berlandaskan kearifan lokal. Untuk itu Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bekerja sama dengan dunia usaha dunia industrIBali Tv merespons fenomena ini dengan program inovatifberupa film televisi drama-musikal yang berjudul “Bung Karnodi Bawah Pohon Sukun”. Produk inovatif ini adalah aktualisasidari Hibah Matching Fund (MF) Vokasi tahun 2021. Drama musikal ini merupakan satu bentuk ekspresi kesenian hasilkolaborasi antara musik, laku, gerak, koreografi, dan tari, dalampenceritaan film. Karya ini mengangkat kisah masa kontemplasiBung Karno saat diasingkan di Ende, Flores yang dikemasmenjadi lima episode dengan durasi 24 menit per episode. Film ini tidak hanya sebatas sebagai hiburan semata, tetapi jugamemiliki visi penyebaran nilai-nilai nasionalisme sertapengingat kembali sejarah lahirnya rumusan Pancasila.
Produk ini bermanfaat sebagai Referensi dalam penciptaan danpenerapan sistem pembelajaran model factory/ teaching industry; Sebagai bentuk sumber dan bahan masukan kepadapara periset dan pencipta untuk mengeksplorasi penelitian danpenciptaan film sejarah; Sebagai bahan pertimbangan untukbadan pemerintah yang akan mengembangkan pembelajaranmodel factory/ teaching industry dan penciptaan film; danSebagai media hiburan dan penyebarluasan nilai sejarah proseslahirnya Pancasila.
Film “Bung Karno di Bawah Pohon Sukun” diproduksi melaluitiga tahapan yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Tahapan praproduksi diawali dengan penyusunan rancangantime schedule dengan melakukan rapat dengan seluruh divisiuntuk menyatukan visi dan misi dari penciptaan film ini.Selanjutnya sutradara membuat mood board untuk menyamakanpersepsi visual yang diinginkan. Tahapan praproduksi juga diisidengan melaksanakan kegiatan workshop penulisan naskah film yang didanai oleh DIPA ISI Denpasar. Kegiatan tersebutberlangsung pada tanggal 20 September 2021 yang dibagi dalamdua sesi yaitu sesi pertama menghadirkan narasumber WarihWisatsana dan Henny Santi, sesi kedua menghadirkan I GustiPutu Bawa Samar Gantang dan Jean Couteu. Dipandu olehmoderator Dr. A.A. Gde Bagus Udayana dan Dr. Ni Made Arshiniwati menghasilkan beberapa point penting dalampenyusunan naskah film “Bung Karno di Bawah PohonSukun” yaitu membangun dramatisasi sosok Bung Karno melalui jalancerita, menegaskan perjuangan sang tokoh melalui musical lagudan juga dialog-dialog yang dibangun.
Gambar 3.6
Poster kegiatan workshop akting dansuasanakegiatan workshopPada tanggal 22 September 2021 dilaksanakan workshop keduayaitu workshop akting dengan tema “Penghayatan karaktertokoh menuju film televisi drama musikal Bung Karno diBawah PohonSukun”, menghadirkan 2 narasumber yaitu Happy Salma dan Ida Bagus Purwasusila. Kegiatan workshop inididanai oleh dana DIPA ISI Denpasar tahun 2021. Padaworkshop tersebut Happy Salma memberikan tips dan prakteklangsung penghayatan peran kahususnya sebagai Inggit. Sebelum memulai Happy Salma menyarankan untukdapatbreakdown tokoh yang diperankan agar mendapatkanpenghayatan yang baik. Sementara narasumber keduamemberikan teknik-teknik acting dengan praktek olah vokal, olah bibir dan penghayatan. Dalam workshop dicontohkandialog-dialog pada skenario film.
Setelah mendapatkan workshop dilanjutkan dengan penyusunannaskah/ skenario lima episode oleh 5 penulis naskah yang dipimpin oleh supervisor naskah. Dalam penyusunan naskahfilm juga telah dilakukan breakdown tokoh film denganmenggunakan 3 dimensi tokoh yaitu fisiologis, psikologis dansosiologis. Dasar dimensi tokoh tersebut digunakan untukmelakukan casting tokoh. Tahapan casting tokoh dilakukandengan metode casting by ability yaitu memilih aktor/ aktrisyang mempunyai bakat dan kemampuan dalam berakting.Setelah menemukan sosok yang tepat dalam proses casting dilanjutkan dengan proses reading dan rehearsal yang melibatkan semua talent yang telah terpilih. Pada tahapanpraproduksi inipun divisi artistic mempersiapkan rancangan tataartistic terutama di dalam ruangan. Dalam rancanganmenggambarkan kebutuhan propety yang harus dipersiapkanpada setiap scene. Divisi make up and hair do juga pada tahapanini menyiapkan rancangan tata rias dan rambut yang dibutuhkanuntuk film ini. Tata rias yang digunakan untuk film ini adalahtata rias korektif jenis natural.
Dilanjutkan dengan tahapan produksi yang didanai oleh program Matching Fund (MF) Vokasi. Produksi film melibatkan 40 timproduksi 30 talent yang dilaksanakan di empat lokasi yaitu diDermaga Teluk Terima, Buleleng, Bukit Kursi Desa PemuteranBuleleng Bali, SMPN 1 Singaraja-Buleleng, serta studio MSB diBangli. Ditengah kondisi pandemi, proses produksi selama 20 hari dilaksanakan dengan menerapkan K3 yaitu (Keselamatandan Kesehatan Kerja) berupa test SWAB antigen sebelumpelaksanaan produksi syuting dilakukan. Setelah tahapanproduksi selesai dilanjutkan dengan tahapan pasca produksiadalah tahapan penyusunan atau penyuntinga gambar sesuaidengan tuntutan skenario.
Guna menyempurnakan produk inovatif ini dilakukan 3 kali FGD yaitu FGD I menghadirkan narasumber diantaranya SatriaNaradha, Direktur Utama Bali Tv sebagai mitra, jajaranpimpinan ISI Denpasar, Budayawan Tommy Awuy, dan Alumni I Gusti Made Aryadi, S.Sn., M.Sn., Produser, Line Produser dantim produksi film lainnya pada tanggal 26 November 2021. PadaFGD II menghadirkan Penulis dan Dokumenteris A.A. Gede RaiPutra Bawantara serta Komposer Wayan Ary Wijaya, S.Sn padatanggal 3 Desember 2021. FGD III menghadirkan masyarakatumum yang dilaksanakan pada 10 Desember 2021.
Film televisi drama musical juga digagas untuk menyambutkurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka sekaligus sebagairuang belajar secara nyata di industri perfilman bagi mahasiswa; menyegarkan kreativitas program acara di DUDI Bali Tv; danmenciptakan karya film dengan visi penyebaran nilai-nilainasionalisme. FTV ini ditayangkan striping dari tanggal 11 hingga 15 Desember 2021 di Bali TV pukul 20.30 wita.
Kiriman : Ni Kadek Dwiyani, S.S., M.Hum (Jurusan Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)
Abstrak
Kekuatan sebuah film saat ini, tidak hanya dititikberatkan pada jalan cerita atau pemeran pendukung yang ada dalam film tersebut, melainkan juga banyak dipengaruhi oleh keberanian tim produksi untuk menggunakan bantuan teknologi dalam menghasilkan visual yang memanjakan mata penonton. Kekuatan teknologi saat ini mampu menghasilkan pesan visual yang akan memberikan petunjuk realitas kepada penonton untuk lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan dalam film. Banyak hal yang tentunya secara kasat mata mampu terlihat nyata dalam layar film, padahal sesungguhnya hal tersebut merupakan kekuatan teknologi yang dalam hal ini kita sebut sebagai citra simulasi, yang tentunya hanya merupakan hasil teknologi yang dihasilkan untuk menghasilkan sesuai yang diharapkan memiliki kesamaan dengan hal nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pokok bahasan dalam tulisan ini adalah untuk melakukan identifikasi dan analisis makna pada bentuk-bentuk citra simulasi yang diterapkan dalam film “Bangkit”, dengan menggunakan teori tentang Citra Simulasi dalam ranah Semiotika yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard dalam Bambang (2001).
Hasil penulisan ini menunjukan bahwa citra simulasi mampu memudahkan penonton untuk memahami alur konflik dan cerita dalam film “Bangkit” dengan mengiring imajinasi penonton dari hal yang imajinatif menjadi realitas.
Kata Kunci: Citra Simulasi, Semiotika Baudrillard, Realita, Film “Bangkit”
Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memasuki akhir tahun 2021 dengan langkah baru yang semakin mantap dan terkonsolidasi melalui sejumlah kegiatan diseminasi Bali Padma Bhuwana.
Kegiatan atau event Diseminasi Bali Padma Bhuwana melalui Bali-Bhuwana Rupa diselenggarakan dalam format virtual 360 derajat, workshop terakota dan prada, pembangunan Wall of Fame, pengukuhan tiga Guru Besar (Profesor) baru, hingga pengusulan delapan Program Studi Baru.
Sivitas akademika ISI Denpasar dalam sembilan bulan terakhir nampak sangat padu dan solid dalam membangun kampus seni kebanggaan Indonesia ini untuk mewujudkan moto baru, yakni Pusat Hub Seni dan Kreativitas Kelas Dunia atau Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BAACH).
Program Bali-Bhuwana Rupa merupakan pameran internasional yang melibatkan 24 maestro dan perupa bereputasi dalam galeri virtual, pada laman: https://pameran.virtual.isi-dps.ac.id.
Pameran itu menghadirkan Nyoman Nuarta, Nyoman Erawan, Arahmaiani Feisal, Siti Adiyati, Tiarma Sirait, Teguh Ostentrik, Wayan Karja, Ketut Muka, Nyoman Suardina, Wayan Setem, Made Sumadiyasa, Putu Wirantawan, Wayan Sudarna Putra, Wayan Suja, Lekung Sugantika, hingga perupa internasional Ashley Bickerton, dan fotografer Aimery Joessel, telah dibuka Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri, Dr. Teuku Faizasyah, pada Jumat (26/11) lalu.
Selaku kurator pameran Bali-Bhuwana Rupa dipilih Prof. Setiawan Sabana, Dr. Jean Couteau, Seno Joko Suyono, Warih Wisatsana, dan Prof. Wayan Kun Adnyana.
Selain program diseminasi Bali Padma Bhuwana, ISI Denpasar dalam upaya penguatan kualitas pembelajaran akademik juga menyelenggarakan workshop skala besar, yaitu seni terakota dan cetak prada.
Workshop terakota dengan narasumber Made Suka Winaya, Putu Oka Mahendra, dan Komang Adi Putra ini mengangkat tema Wana-Segara-Ampo, dan telah menghasilkan ratusan modul terakota bersubjek kehidupan biota laut.
Sementara workshop prada bertema Wana-Prabha-Prada mengajarkan teknik cetak warna prada pada kain, dengan koordinator Anak Agung Anom Mayun Tenaya dan instruktur Jero Mangku Alit Wisaka.
Koordinator workshop terakota Dr I Ketut Muka mengatakan bahwa luaran dari workshop, sebagaimana ratusan modul elemen estetik patung terakota tersebut akan dirangkai menjadi patung monumental outdoor.
“Kedua jenis workshop ini, selain pengayaan pengetahuan dan keterampilan teknis seni mahasiswa, luaran workshop dapat dimanfaatkan sebagai karya seni untuk memperanggun lingkungan kampus ISI Denpasar,” kata perupa keramik itu.
Upaya pengembangan akademik, ISI Denpasar pada penghujung 2021 ini, mengajukan delapan usulan pendirian program studi baru, yaitu Pendidikan Seni (S2) dengan Ketua Tim Dr Luh Sustiawati, Desain Game (S1) oleh Putu Arya Janotama, M.Sn dan Pendidikan Seni Rupa dan Desain (S1) oleh Dr. Sri Supriyatini
Selanjutnya Desain Produk (S1) oleh Dr Nyoman Suardina, Tata Kelola Digital Seni (S1) oleh Dr Wayan Setem, Teater (S1) oleh Dr Gusti Putu Sudarta, Animasi (Sarjana Terapan) oleh Dr Larry Julianto, dan Penyaji Seni Pertunjukan (Sarjana Terapan) oleh Dr Wayan Sudirana.
Seluruh tim telah menyelesaikan proposal, dan telah diasistensi penjaminan mutu dan tim review internal, yang dikoordinir Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Dr. Anak Agung Bagus Udayana dan Korpus Penjaminan Mutu Dr Larry Julianto.
Tembok Dedikasi Wall of Fame
Masyarakat penyangga, baik maestro, seniman, budayawan, profesional, pejabat pemerintahan, maupun pengusaha bereputasi telah banyak melakukan kontribusi luar biasa terhadap pemajuan seni dan budaya Bangsa Indonesia. Namun, belum ada dibangun monumen untuk mengabadikan nama baiknya tersebut pada perguruan tinggi seni di Indonesia.
Monumen seperti ini di luar negeri menjadi landmark/ikon kota/perguruan tinggi, seperti Hollywood Walk of Fame, Alabama Jazz of Fame, Australian Stockman Hall of Fame, dan lain-lain.
Sebagai upaya penghormatan terhadap dedikasi masyarakat penyangga tersebut, ISI Denpasar secara khusus membangun monumen diberi nama Wall of Fame.
Pada monumen berupa tembok monumental berbahan granit hitam dan merah, berukuran 14 meter x 4,5 meter itu, akan ditatah tanda tangan dan nama bagi maestro, seniman, dan tokoh bereputasi, seperti Nyoman Nuarta, Sardono W. Kusumo, Ni Luh Menek, I Wayan Wija, dan seniman berpengaruh lainnya.
Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Kun Adnyana menjelaskan bahwa capaian kinerja melingkupi aspek peluasan pembelajaran; aktualisasi strategik internasional Bali-Bhuwana Rupa; pengembangan akademik melalui pengusulan pendirian prodi baru; dan penguatan SDM Dosen melalui pengusulan dan pengukuhan guru besar, dapat tercapai dalam sembilan bulan terakhir karena kerja solid seluruh civitas akademik ISI Denpasar.
“Moto: Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BAACH), sebagai perajut semangat, orientasi, dan dedikasi dalam mencapai cita-cita bersama yakni profil lulusan unggul, civitas berprestasi, dan ISI Denpasar terpercaya,” ujar mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu.
Pengukuhan Guru Besar
ISI Denpasar juga menerima “kado” akhir tahun berupa lolosnya pengusulan dua guru besar baru Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), yaitu Prof Dr I Komang Sudirga dengan SK penetapan Mendikbudristek RI Nomor: 76895/MPK.A/KP.05.01/2021, dan Prof Dr Ni Made Ruastiti melalui SK Mendikbudristek RI Nomor: 76894/MPK.A/KP.05.01/2021.
Selain itu, dosen FSRD, Prof Dr I Wayan Mudra yang sebelumnya telah ditetapkan melalui SK Mendikbud Nomor: 117048/MPK/KP/2020, secara bersama-sama akan diinagurasi melalui acara Pengukuhan dan Kenal Publik Guru Besar Anyar ISI Denpasar. Acara akan dilaksanakan secara luring-daring pada Jumat (17/12) mendatang.
Prof Sudirga, Guru Besar Bidang Kajian Seni Karawitan akan membawakan orasi ilmiah berjudul “Praktik dan Pergulatan Ideologis Pasantian di Era Global”, Prof Ruastiti, Guru Besar Bidang Ilmu Seni Pertunjukan Pariwisata dengan judul orasi “Pengembangan Model Seni Pertunjukan bagi Anak-Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal” dan Prof. Mudra, Guru Besar Bidang Ilmu Kriya Keramik dengan judul orasi “Kriya Keramik Bali dalam Pelestarian Budaya Tradisi”.