Gamelan Gong Kebyar Mengawal Budaya Bali

Jul 12, 2016 | Artikel

Kiriman : Kadek Suartaya (Dosen Jurusan Pedalangan FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Gong kebyar adalah salah satu gamelan Bali yang sejak muncul pada 1914 atau 1915 berkembang beriringan dengan dinamika kebudayaan Bali. Sebagai sebuah simbol masyarakat, gong kebyar turut serta mengawal budaya Bali dalam segala perubahan sosio-kultural yang terentang dari era kolonial hingga sekarang. Karakteristik budaya Bali dengan sinergi agama-estetika-solidaritasnya, menyertakan gamelan gong kebyar dalam berbagai ekspresi dan aktivitasnya. Demikian pula sebaliknya, sebagai ekspresi budaya, gong kebyar menunjukkan kontribusi yang signifikan pada peristiwa dan prilaku budaya masyarakat Bali.

Kata kunci: gong kebyar, seni, budaya Bali

            Gong kebyar adalah salah satu gamelan Bali yang kini telah mendunia. Kecuali di benua Afrika yang belum terdengar keberadaannya, gamelan yang muncul pada 1914 atau 1915 ini telah menapak Eropa pada 1931 dan dalam ruang jelajah berikutnya menyebar ke benua Amerika, Asia, dan Australia. Di tanah kelahirannya sendiri, gong kebyar selain dimiliki oleh setiap desa dan atau banjar, juga oleh sanggar-sanggar seni pribadi, kantor pemerintah hingga sekolah-sekolah. Gamelan yang kini berusia seabad ini juga dapat dijumpai di penjuru Nusantara seperti di kota-kota besar Jakarta, Surabaya, dan Bandung hingga di lingkungan komunitas etnik Bali seperti di Lampung, Palu, dan tanah Papua.

            Berdasarkan sumber-sumber yang telah dipublikasikan oleh para peneliti, pada awalnya gong kebyar berkembang di Bali Utara. Kebaruan dan kecemerlangan yang diekspresikan gamelan yang dikembangan dari gamelan kuna gong gede ini, dengan cepat merebak ke seluruh Bali. Setidaknya pada 1930-an, euporia gamelan ini telah bergemuruh dalam pentas gong kebyar antar kerajaan se-Bali. Karakteristik musikal gong kebyar itu turut pula mempengaruhi prinsip-prinsip keindahan ansambel gamelan Bali yang lainnya, baik barungan gamelan yang lebih tua usianya seperti gender wayang hingga gamelan yang lebih muda seperti gamelan joged bumbung. Begitu kuatnya arus gong kebyar yang menggelinding dari Buleleng, sempat melibas keberadaan gamelan khas Bali Selatan. Sekitar 1950-1960 tidak sedikit gamelan semarapagulingan, palegongan, panyalonarangan misalnya, dilebur menjadi gamelan gong kebyar.

Selengkapnya dapat unduh disini

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...