Suguhan aktrasi tiga seniman akademisi yang menampilkan sebuah karya seni dalam konsep kolaborasi, berlangsung Rabu (22/12) malam di depan Pura Kampus ISI Denpasar. Ketiga seniman akademisi itu membawakan garapan yang bertajuk “ Tapak Telu” sebuah konsep yang dihasilkan dari perpadauan inspiratif sang seniman. Mereka adalah I Wayan Sujana Suklu, Ngurah Sudibya dan Ditha Gambiro.
Pargelaran yang diawali munculnya sosok tubuh bertopeng dan tubuh polos berselimut kain putih membawa api obor. Dengan langkah tegap satu demi satu dari sembilan tiang obor yang berdiri acak di sekitar karya seni instalasi itu dinyalakan. Lantas, suasana perlahan terang hingga terlihat sosok seorang perempuan berbusana kamben sedang mandi kembang.
Uraian atraksi sarat nuansa magis itu pun terus berngalir di iringi alunan musik genta, gentora, desahan vokal dan alunan bait kidung suci, serta di selingi letupan kembang api. Begitu pula suara gemuruh burung besi yang secara tiba-tiba melintas di langit. Selain itu, juga di lengkapi permainan sorotan lampu fijar listrik dan aneka warna sebagai penguat karakter tokoh yang sedang bergejolak dalam atraksi seni pertunjukan kolaborasi tersebut.
Sajian imajinasi kreatif yang dipadati para penonton dari kalangan budayawan, mahasiswa ISI ini, disambut dengan olah gerak teaterikal tubuh nan magis yang bercerita tentang siklus hidup. Dan, akhirnya atraksi itu mencapai titik klimaks dengan sebuah atraksi cukup mendebarkan, berupa prosesi prelina (ngaben) sebuah patung tubuh manusia meru.
Tubuh manusia meru itu lebur menjadi abu. Kemudian, secara simbolik abu itu di pungut dan dimasukkan ke dalam wadah berupa buah kelapa dan selanjutnya di larung (hanyut) ke laut. Sebuah klimaks yang cukup dramatik dan sarat makna.
Persembahan kolaborasi yang berlangsung sekitar 30 menit itu merupakan ajang kreatif beda jurusan yakni Wayan Suklu dari Fakultas Seni Rupa, Ngurah Sudibya dari Seni Pertunjukan dan Ditha Gambiro seni rupa patung Institut Teknologi Bandung. Dan ajang ini sekaligus menjadi persembahan seni akhir tahun..Tersirat konsep yang dipersembahkan tiga seniman ini adalah proses kelahiran, kehidpuan dan kematian.
Suklu menyatakan penampilan karya ini sekaligus menjawab kegundahan hatinya untuk menyajikan karya yang tahun ini mengambil tajuk “Tapak Telu”. Suklu sendiri mempersembahkan karya yang mengambil konsep bambu membentuk garis lurus yg dipatahkan membentuk segi yang berkaki, secara intuitif berbentuk segitiga.
Usai pagelaran kolaborasi itu, dilanjutkan dengan memamerkan karya yang diikuti oleh mahasiswa University Wetern Australia (UWA). Yaitu memamerkan fotografi kriya, patung, arsitek dan interior dengan total 50 karya lebih.
Rektor Isi Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai. S menyatakan atraksi dari kolaborasi pentas seni kontemporer Tapak Telu itu sejatinya hendak menyadarkan betapa hidup ini tidak akan pernah bisa lari dari sebuah kenyataan berupa hukum alam (Tuhan). Pasalnya, ketika kehidupan itu bermula dari sebuah kelahiran, kemudian berproses dalam kehidupan, akhirnya tiba saatnya menuju titik akhir berupa kematian. “Dan, siapa pun tak akan mampu melawan hukum tersebut,” tegasnya.
Humas ISI Denpasar