DENGAN kemitraan yang baik antara pemerintah dan perguruan tinggi, program-program inovasi yang dicanangkan akan bisa terjamin keberlangsungannya.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata mengharapkan perguruan tinggi (PT) di Indonesia mampu jadi penggerak roda sistem inovasi nasional (SIN). Hal ini mengingat peranannya dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul sehingga mampu membangun rantai nilai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam SIN.
”Satu hal yang penting diperhatikan adalah peranan perguruan tinggi dalam membangun rantai nilai iptek dalam kerangka sistem inovasi nasional.Perguruan tinggi secara terus-menerus menghasilkan SDM unggul yang berperanan penting sebagai mesin penggerak roda inovasi nasional.
Dengan kemitraan yang baik antara pemerintah dan perguruan tinggi, program- program inovasi yang dicanangkan akan bisa terjamin keberlangsungannya,” ujar Suharna saat memberikan sambutan pada Rapat Paripurna Dewan Riset Nasional di Puspitek,Serpong. Suharna mengisyaratkan bila pada masa depan setiap program Kementerian Ristek, baik tematik maupun program insentif, harus diupayakan sebisa mungkin untuk membangun kemitraan dengan perguruan tinggi.
”Program insentif riset harus bisa menghasilkan lulusan-lulusan S-2 dan S-3 berbasis riset dari universitas- universitas dalam negeri. Ini akan menjadi awal terbangunnya universitas-universitas riset yang akan menjadi pusat riset utama di negara kita pada masa depan.
Dengan kemitraan dengan perguruan tinggi, persoalan kelangkaan SDM yang terjadi di lembagalembaga penelitian kita akan bisa teratasi,”paparnya. Selain menyoroti kemitraan sinergis dengan perguruan tinggi, Menristek juga menjelaskan rencana strategis (renstra) Kementerian Riset dan Teknologi pada 2010- 2014 telah menjadikan peningkatan produktivitas penelitian dan pengembangan (litbang) nasional dan peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional sebagai tujuan untuk mewujudkan visi iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban.
Peningkatan produktivitas dan peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional menjadi dua hal yang saling berkaitan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Produktivitas litbang hanya akan meningkat apabila hasilnya didayagunakan secara maksimal,dan sebaliknya pendayagunaan hasil litbang juga akan mengalami stagnasi apabila produktivitas tidak meningkat. Untuk menjembatani dua sisi tersebut, menurut Suharna, harus diupayakan secara maksimal apa yang disebut penciptaan nilai atau produk,value creation atau product development berbasis iptek hasil litbang.
”Kita sering melihat hasil-hasil litbang dari lembaga-lembaga litbang nasional dan perguruan tinggi yang sangat menggembirakan. Akan tetapi, di pihak lain kita masih dihadapkan pada kenyataan bahwa hasil-hasil litbang kita masih belum memberikan kemanfaatan atau nilai tambah yang maksimal bagi masyarakat. Hal ini disebabkan proses penciptaan nilai dan produk berbasis hasil litbang nasional belum berjalan secara optimal. Tanpa penciptaan nilai atau produk berbasis iptek, maka hasil-hasil litbang itu hanya akan tenggelam ke dalam apa yang diistilahkan dengan ‘lautan Darwin’ atau lautan kemubaziran dalam proses evolusi kemanfaatan,”tutur Suharna. Menurut Suharna, di negara modern, proses penciptaan nilai atau pengembangan produk inovasi dimotori perusahaan swasta.
Di negara ini, hal itu belum berjalan baik karena kegiatan litbang berisiko tinggi dan merupakan investasi yang besar. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi akan menjadi leader dan motor penggerak agar gerakan litbang nasional untuk penciptaan nilai atau produk- produk berbasis iptek menjadi semarak. Untuk itu, kebijakan ristek dalam lima tahun mendatang, Suharna mengatakan, akan fokus pada upaya melakukan koordinasi terhadap para pengembang iptek, baik di lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK), litbang pemerintah, dan perguruan tinggi dalam penciptaan nilai atau produk berbasis iptek untuk memberikan nilai tambah atau kemanfaatan secara riil bagi masyarakat.
Menanggapi itu,Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Chairil Effendi mengaku semua perguruan tinggi telah sepakat untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai penggerak sistem inovasi nasional. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang dilakukan para dosen perguruan tinggi. Namun, ada kecenderungan berbagai inovasi yang dilakukan perguruan tinggi kurang bisa dimanfaatkan masyarakat. Ini karena tidak banyak penelitian dan inovasi yang dilakukan perguruan tinggi yang bisa diaplikasikan ke dunia nyata.”Hasil inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi,banyak yang hanya tersimpan di dalam rak. Ini karena ketiadaan anggaran perguruan tinggi untuk mengaplikasikannya,” katanya. Dalam kondisi tersebut, seharusnya pihak swasta ataupun badan usaha milik negara (BUMN) lebih aktif berdialog dengan perguruan tinggi untuk menanyakan hasil inovasi atau penelitian yang telah dilakukan.(hermansah) .
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/338321/