Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar adalah milik masyarakat bukanlah hanya sekedar wacana. Kampus seni satu-satunya di pulau Dewata ini, melalui lembaga LP2M-nya, baru saja menyelesaikan kegiatan Tri Darma spektakuler di Desa Tinungan, Baturiti, Tabanan. Kegiatan yang mendapat pujian pemda Tabanan ini adalah rekonstruksi kesenian langka yaitu tari dan gamelan Leko yang berlangsung selama tiga bulan( 5/8-18/11). Terlaksananya kegiatan ini diawali dengan adanya surat permohonan masyarakat Tinungan kepada Rektor ISI Denpasar terkait kesenian sakral langka yang sudah puluhan tahun tidak aktif.
Pada acara penutupan kegiatan rekonstruksi yang melibatkan dosen kedua fakultas ISI Denpasar ini, Sabtu (19/11) malam, seluruh masyarakat Tinungan tumpah ruah memadati pura Bale Agung Tinungan untuk menyaksikan tari dan gamelan Leko yang telah berhasil direkonstruksi oleh ISI Denpasar. Ketika para penari Leko yang terdiri dari anak-anak yang belum akil balik menarikan tarian tersebut, puluhan masyarakat menangis dan “kerauhan”. Beberapa dari mereka ikut menari di samping para penari, yang membuat suasana semakin sakral. Nunasa sakral ini berlangsung hingga pementasan usai. “Kami sangat berterima kasih kepada ISI Denpasar yang telah merekonstruksi tari dan gamelan Leko yang ada di desa kami. Kami tak akan henti-henti memohon bimbingan Bapak/Ibu dosen ISI Denpasar, agar kesenian yang kami miliki terus berkembang,”ujar I Wayan Sudiarsa,Klian Br.Dinas Tinungan.
Hal senada juga disampaikan Kabag Kesra Kab.Tabanan yang hadir dalam acara penutupan tersebut mewakili Bupati Tabanan..”Kami akan sampaikan kepada Bupati semua kegiatan yang telah dilakukan ISI Denpasar di Desa Tinungan. Kami akan mendata kesenian yang ada di Kab.Tabanan, guna mendapatkan pembinaan dari ISI Denpasar,”papar IGA Rai Dwipayana,S.Sos.,M.H. Ketua LP2M ISI Denpasar, Drs. I Gst Ngurah Sramasara,M.Hum. dalam sambutannya mewakili Rektor ISI Denpasar menguraikan pentingnya pelestarian kesenian Bali yang merupakan icon Bali, dan tanpa adanya kesenian, Bali akan kehilangan identitas.
Hadir dalam acara tersebut warga Jepang dan warga asing lainnya. Christine, asal Jepang yang sedang belajar gamelan Bali di ISI Denpasar, mengaku sangat senang dapat menyaksikan tari dan gamelan Leko. Tampak pula Prof. I Wayan Dibia ikut menyaksikan acara tersebut.