Simbolisme Air Dalam Teks Tantu Panggelaran Oleh Turita Indah Setyani

Aug 26, 2009 | Artikel

Simbolisme Air Dalam Teks Tantu Panggelaran Oleh Turita Indah Setyani[1]

Makalah pada Seminar Internasional:

Waters in South and Southeast Asia: Interaction of Culture and Religion

3rd SSEASR Conference, Bali Island, Indonesia June 3-6, 2009

Membahas tentang air dapat dilihat dari berbagai aspek dalam kehidupan ini. Kita mengetahui dalam tubuh manusia terdiri atas 70 % air. Itu menyiratkan bahwa air sangat penting bagi tubuh manusia dan di dalam kehidupan ini. Bagi tubuh manusia dan dalam kehidupan sehari-hari air digunakan untuk minum. Selain itu, air juga dibutuhkan untuk kesehatan, sehingga disarankan meminum air 10-12 gelas (2,5-3 liter) per hari untuk bersirkulasinya cairan dalam tubuh supaya tidak terjadi pendendapan-pengendapan. Hal itu juga  dimaksudkan untuk pembersihan dari suatu penyakit. Di beberapa daerah, khususnya Jawa dan sekitarnya, air dianggap suci karena digunakan sebagai sarana ritual-ritual, baik untuk pembersihan atau pensucian diri (mandi air kembang) maupun benda-benda pusaka (jamasan). Bahkan dalam agama air juga sebagai simbol pensucian diri. Misalnya dalam agama Islam, air digunakan untuk berwudhu sebelum melaksanakan sholat; dalam agama Katholik, air digunakan untuk pembaptisan. Contoh-contoh tersebut menggambarkan bahwa air digunakan sebagai simbol pensucian atau pembersihan dari kekotoran atau dari segala sesuatu yang bersifat tidak suci. Bagi manusia, pensucian atau pembersihan terhadap diri dari kekotoran fisik atau dari pikiran-pikiran duniawi. Penamaan air pun muncul dengan beberapa istilah yang dibedakan menurut maknanya masing-masing, khususnya dalam kehidupan masyarakat Jawa, air atau banyu, toya, way/wai (bahasa Jawa Kuna) disebut juga tirta (udhaka, Sansekerta). Pepatah Jawa meyebutkan “Ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana, agama ageming diri.” Untuk memaknai hal semacam itu tentunya dibutuhkan pengetahuan simbolis berdasarkan latar belakang budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menggunakan air tersebut sebagai simbol pensucian diri.

Air pun banyak dibicarakan dalam karya-karya sastra Jawa, di antaranya menyebutkan juga bahwa air sebagai sumber kehidupan. Salah satu karya sastra tersebut yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teks Tantu Panggelaran (TP). Karena teks TP merupakan karya sastra Jawa, maka untuk mengungkapkan makna simbolik di dalamnya dibutuhkan pengetahuan simbolis yang berkaitan dengan latar belakang budaya Jawa. Sementara itu, teori yang digunakan untuk memaknai simbol-simbol adalah yang dikemukan oleh Charles Sanders Peirce. Ia menyatakan bahwa simbol yaitu tanda yang paling canggih karena sudah berdasarkan persetujuan dalam masyarakat (konvensi). Contoh: bahasa merupakan simbol karena berdasarkan konvensi yang telah ada dalam suatu masyarakat. Selain itu, rambu-rambu lalu-lintas, kode simpul tali kepramukaan, kode S.O.S. juga merupakan simbol. Menurut Peirce dalam hubungan pembentukan


[1]
[1] Staf Pengajar pada Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

Program Studi Jawa, FIB UI, gedung 3 lantai 1. Kampus UI, Depok. Tlp./Fax. 021-78880208. Hp 081319570009 atau 021-93846124. Email: [email protected]

Selengkapnya dapat diunduh di sini

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...