Foto: (Dari kiri ke kanan) Kepala Biro AKPK, Dr. I Komang Arba Wirawan, Pengelola Keuangan ADik, Dewa Ayu Sundewi, Tim Puslapdik, Linda Sugiharti, Dewa Ayu Sakania Pradnya Aristi, Dewa Bagus Bramarta, Putu Wahyu Putra Sudianta, Operator Program ADik ISI Denpasar, Nyoman Wartana, dan Tim Puslapdik, Diory Musa berfoto bersama seusai kegiatan monev, Kamis (5/10).
Tim Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik), Sekretariat Jenderal, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Difabel Tahun 2023 di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Lounge ISI Denpasar, 5 Oktober 2023.
Tim Puslapdik, yakni Linda Sugiharti dan Diory Musa memonitoring program beasiswa ADik yang diterima tiga mahasiswa ISI Denpasar. Mereka, yaitu Putu Wahyu Putra Sudianta, mahasiswa semester 7 Program Studi (Prodi) Seni Tari, Dewa Bagus Bramarta, mahasiswa semester 5 Prodi Seni Tari, dan Dewa Ayu Sakania Pradnya Aristi, mahasiswi semester 5 Prodi Seni Murni. Ketiga mahasiswa ini merupakan difabel sensorik rungu wicara.
Hadir dalam kegiatan, Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerja Sama, ISI Denpasar, Dr. I Komang Arba Wirawan, Pengelola Keuangan ADik, Dewa Ayu Sundewi, dan Operator Program ADik ISI Denpasar, Nyoman Wartana. Tim Puslapdik mewawancarai mahasiswa penerima ADik dengan mengetik pertanyaan yang ditampilkan melalui layar proyektor. Mahasiswa memberi jawaban dengan mengetik di ponsel masing-masing yang selanjutnya dibaca oleh Tim Puslapdik. Pertanyaan yang disampaikan, anatar lain tentang kesan mendapatkan Beasiswa ADik Difabel, cara berinteraksi dengan teman-teman dan lingkungan kampus, dan pesan yang ingin disampaikan ke Tim Puslapdik.
Untuk diketahui, program (ADik) merupakan salah satu intervensi kebijakan pendidikan yang bersifat afirmasi dalam bentuk Bantuan Pemerintah. Program ini memberikan kesempatan belajar kepada mahasiswa karena kondisi dan keberadaanya sehingga mengalami kesulitan dan keterjangkauan akses pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Program diperuntukkan bagi orang asli Papua, daerah khusus 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), penyandang difabel, dan anak-anak TKI Malaysia.
Linda Sugiharti menyampaikan rasa haru sekaligus salut saat mengetahui ketiga mahasiswa ini harus berkomunikasi dengan menggunakan teks yang diketik di HP saat mengikuti pembelajaran. Hal ini karena ISI Denpasar belum memiliki tenaga pendidik yang memiliki kemampuan berbahasa isyarat. Dia sangat mengapresiasi kegigihan mahasiswa dalam menuntut ilmu hingga ke pendidikan tinggi, bahkan mampu meraih sejumlah prestasi. “Saya merasa terharu menyaksikan Wahyu, Dewa Ayu, dan Dewa Bram yang begitu semangat mengikuti perkuliahan meski terbatas dalam komunikasi,” ujarnya.
Wahyu Putra, salah satu mahasiswa penerima Program ADik menyampaikan dirinya masih bisa berinteraksi dengan teman-teman dan dosen di kampus. Komunikasi yang dilakukan menggunakan teks di HP atau bahasa isyarat yang sederhana. ”Teman-teman dengar banyak membantu untuk memberikan informasi tugas-tugas kuliah kepada saya,” ungkapkan kepada Tim Puslapdik.
Dia juga menyampaikan syukur karena meraih beasiswa ini. Program ini telah membantunya untuk memenuhi biaya kuliah serta biaya hidup. ”Saya berterima kasih kepada ISI Denpasar dan Puslapdik dengan sepenuh hati atas beasiswa ini” ungkapnya melalui teks di ponselnya.
Hal senada disampaikan Dewa Ayu dan Dewa Bagus. Program ADik sangat membantu mereka untuk pembiayaan pendidikan di ISI Denpasar. Mereka berharap program ini akan terus berlanjut dan bisa diikuti oleh mahasiswa di angakatan selanjutnya. (ISIDps/Humas)
Foto: Global Engagement Manager, University of Western Australia (UWA), Onna Evdokimoff (4 dari kanan) dan Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si (4 dari kiri) bersama pejabat dan staf di ISI Denpasar.
Global Engagement Manager, University of Western Australia (UWA), Onna Evdokimoff mengunjungi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Rabu, 4 Oktober 2023. Kunjungan ini diterima oleh Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si di Ruang Lounge ISI Denpasar. Hadir pula Kepala Biro Umum dan Keuangan Dr. I Gusti Ngurah Sudibya, SST., M.Sn., Koordinator Pusat Urusan Internasional Ni Putu Tisna Andayani, S.S., M.Hum, Ketua LP2MPP, Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn., Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. I Gede Yudarta, S.Skar., M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain, Dr. I Made Pande Artadi, S.Sn., M.Sn., Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual, Putu Gede Satria Kharismawan, M.Sn, serta Humas ISI Denpasar, Ni Komang Artini, S.S., dan Ni Luh Rara Tian Anyar Sari, S.S.
Onna Evdokimoff menyampaikan kunjungan ini dalam rangka menjajaki kelanjutan kerja sama antara UWA dan ISI Denpasar yang telah termuat dalam Memorandum of Understanding (MoU). MoU tersebut telah ditandatangani oleh Rektor ISI Denpasar dan Vice Counsellor UWA pada April 2023. Kerja sama yang ditawarkan, antara lain pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, kuliah singkat (short course), dan program lainnya. Dia mengaku UWA sangat tertarik untuk belajar tentang seni rupa, desain, lanskap, dan arsitektur Bali. “We look forward to collaborating with ISI Denpasar in the future. It can lead to exciting opportunities for mutual growth and achievement.” ujarnya.
Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si menyambut baik kedatangan perwakilan University of Western Australia. Menurutnya, banyak kolaborasi yang dapat dilakukan ISI Denpasar dan UWA, seperti penelitian bersama, penyelenggaraan seminar atau konferensi ilmiah, dan lain sebagainya. Dia juga menawarkan program Pengabdian Kepada Masyarakat Internasional – Nata Citta Bhuwana (PKMI-NCB). Program ini dilaksanakan dengan menyasar sekolah-sekolah untuk memberikan pembelajaran seni. “Program ini sudah dilaksanakan di Malaysia beberapa waktu lalu. Semoga bisa dilaksanakan di Australia di masa mendatang dengan bekerjasama dengan UWA,” ungkap Doktor Arba. Onna menyampaikan kegembiraannya bisa mengunjungi ISI Denpasar. Dia mengaku terpukau dengan arsitektur kampus yang sangat kental dengan seni dan budaya Bali. Dia menyempatkan diri untuk berkeliling kampus ISI Denpasar. Dia mengunjungi museum dan perpustakaan di Gedung Lata Mahosadhi. Onna juga berkesempatan untuk ikut membuat eco-printing bersama mahasiswa Prodi Desain Mode, ISI Denpasar. (ISIDps/Humas)
Foto: Onna Evdokimoff mencoba membuat eco-printing bersama mahasiswa Prodi Desain Mode ISI Denpasar.
Photo: Global Engagement Manager, University of Western Australia (UWA), Onna Evdokimoff (4th from the right) and Head of the Academic, Student Affairs, Planning, and Cooperation Bureau, Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si (4th from the left), along with officials and staff at ISI Denpasar.
Global Engagement Manager at the University of Western Australia (UWA), Onna Evdokimoff, paid a visit to the Indonesian Institute of the Arts, Denpasar (ISI Denpasar) on Wednesday, October 4, 2023. The visit was warmly received by Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si, the Head of the Academic, Student Affairs, Planning, and Cooperation Bureau, at the Lounge of ISI Denpasar. Also in attendance were Dr. I Gusti Ngurah Sudibya, SST., M.Sn., the Head of the General and Financial Bureau, Ni Putu Tisna Andayani, S.S., M.Hum, the Coordinator of the International Affairs Center, Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn., the Chairman of LP2MPP, Dr. I Gede Yudarta, S.Skar., M.Si., the Vice Dean for Academic Affairs of the Faculty of Performing Arts, Dr. I Made Pande Artadi, S.Sn., M.Sn., Putu Gede Satria Kharismawan, M.Sn, a lecturer in the Visual Communication Design Study Program, and the Public Relations team from ISI Denpasar, Ni Komang Artini, S.S., and Ni Luh Rara Tian Anyar Sari, S.S.
Onna Evdokimoff mentioned that her visit aimed to explore the continuation of the collaboration between UWA and ISI Denpasar, as outlined in the Memorandum of Understanding (MoU). This MoU was signed by the Rector of ISI Denpasar and the Vice Counsellor of UWA in April 2023. The proposed collaboration includes student exchanges, faculty exchanges, short courses, and other programs. She expressed UWA’s strong interest in learning about Balinese arts, design, landscape, and architecture. “We look forward to collaborating with ISI Denpasar in the future. It can lead to exciting opportunities for mutual growth and achievement,” she said.
Dr. I Komang Arba Wirawan welcomed the representatives from the University of Western Australia. He mentioned that there were numerous collaboration possibilities between ISI Denpasar and UWA, such as joint research, organizing seminars or academic conferences, and more. He also introduced the International Community Engagement Program – Nata Citta Bhuwana (PKMI-NCB), which targets schools to provide art education. “This program has been implemented in Malaysia recently. Hopefully, we can implement it in Australia in the future in collaboration with UWA,” Dr. Arba expressed.
Onna shared her excitement about visiting ISI Denpasar. She was impressed by the campus’s architectural design, deeply rooted in Balinese art and culture. She took the opportunity to explore the campus of ISI Denpasar, including a visit to the museum and library in the Lata Mahosadhi Building. Onna also had the chance to participate in eco-printing activities with students from the Fashion Design Program at ISI Denpasar. (ISIDps/Public Relations)
Global Engagement Manager, University of Western Australia (UWA), Onna Evdokimoff visited the Indonesian Institute of Arts (ISI) Denpasar, Wednesday, October 4, 2023. This visit was received by the Head of the Bureau Academic, Student Affairs, Planning and Cooperation, Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si at the ISI Denpasar Lounge Room. Also present were the Head of the General and Finance Dr. I Gusti Ngurah Sudibya, SST., M.Sn., Coordinator of the Center for International Affairs Ni Putu Tisna Andayani, S.S., M.Hum, Chairman of LP2MPP, Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn., Vice Dean for Academic Affairs, Faculty of Performing Arts, Dr. I Gede Yudarta, S.Skar., M.Si., Vice Dean for Academic Affairs of the Faculty of Art and Design, Dr. I Made Pande Artadi, S.Sn., M.Sn., Lecturer of Visual Communication Design Study Program, Putu Gede Satria Kharismawan, M.Sn, and Public Relations of ISI Denpasar, Ni Komang Artini, S.S., and Ni Luh Rara Tian Anyar Sari, S.S.
Onna Evdokimoff conveyed this visit in order to explore the continuation of cooperation between UWA and ISI Denpasar which has been contained in a Memorandum of Understanding (MoU). The MoU has been signed by the Rector of ISI Denpasar and Vice Counsellor of UWA in April 2023. The cooperation offered, among others, student exchanges, lecturer exchanges, short courses, and other programs. He admitted that UWA was very interested in learning about Balinese art, design, landscape, and architecture. “We look forward to collaborating with ISI Denpasar in the future. It can lead to exciting opportunities for mutual growth and achievement,” she said.
The Head of the Bureau of Academic, Student Affairs, Planning and Cooperation Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn., M.Si is welcomed the arrival of representatives of the University of Western Australia. According to him, there are many collaborations that can be carried out by ISI Denpasar and UWA, such as joint research, organizing seminars or scientific conferences, and so on. He also offers the International Community Service program – Nata Citta Bhuwana (PKMI-NCB). This program is implemented by targeting schools to provide art learning. “This program has been implemented in Malaysia some time ago. Hopefully it can be implemented in Australia in the future in collaboration with UWA, “he said.
Onna expressed her gratitude in visiting ISI Denpasar. She admitted that she was fascinated by the campus architecture which is very thick with Balinese art and culture. She took the time to explore the ISI Denpasar campus. She visited the museum and library in the Lata Mahosadhi Building. Onna also had the opportunity to participate in making eco-printing with students of Fashion Design Study Program, ISI Denpasar. (ISIDps/PR).
Photo: Onna Evdokimoff trying to make eco-printing with students of Fashion Design Study Program ISI Denpasar.
Photo: Alffy Rev posing with lecturers and students at the PFTV Program Laboratory, ISI Denpasar (10/4)
Students don’t always acquire knowledge solely from textbooks and lecturers. Often, especially among students, valuable insights come from experienced practitioners in their field. This philosophy underpins the Film and Television Production Program (PFTV) at the Faculty of Fine Arts and Design, Indonesian Institute of the Arts, Denpasar (ISI Denpasar), which recently hosted Alffy Rev as a guest lecturer on Wednesday, October 4, 2023.
The versatile director, renowned for his work, “Wonderland Indonesia,” delivered a lecture on Film and Television Directing in the PFTV Program Laboratory at ISI Denpasar. The lecture was attended by lecturers and students in 1, 3, and 5 semester in the PFTV Program.
Alffy Rev, whose real name is Awwalur Rizqi Al-firori, shared his journey in the creative industry from 2013 to 2023. He developed a passion for music while in vocational school and later found a new passion for directing, eventually gaining recognition for his outstanding work. He wanted students to see the evolution of his work and personal growth over this period, encouraging them to view themselves as constantly evolving individuals. “From 2013 to 2023, there were many interesting journeys. It’s not about immediately reaching ‘Wonderland Indonesia’; instead, there are crucial stages before ‘Wonderland Indonesia’ came to be,” said the man born on June 18, 1995, in Mojokerto.
He also emphasized that a director must possess a wide range of knowledge. Directors hold the creative vision throughout the production process, from pre-production to final editing. They start with the script and collaborate with screenwriters, and sometimes even write the script themselves. Directors need to oversee every aspect of film or video production. “Directors need to be able to do it all, but it doesn’t mean they have to do it all alone,” added the founder of Dewatlantis Studio.
Rai Budaya Bumiarta, a lecturer in the PFTV Program at ISI Denpasar, who was present during the guest lecture, mentioned that Alffy Rev is one of the rapidly evolving directors in the audiovisual industry today. Besides being a proficient musician, he has directed several music videos. “Alffy Rev created ‘Wonderland Indonesia,’ and this work is aimed at reaching a broader audience,” he said.
Alffy Rev commended the learning ecosystem at ISI Denpasar, supported by adequate facilities. He encouraged students to foster collaboration by developing audio-visual projects beyond campus boundaries. He hoped that many young filmmakers in Bali could thrive in the film industry, thereby diversifying the Indonesian film landscape, which is currently centered in Jakarta. “The filmmaking community can also grow in Bali with more film screenings and frequent film festivals. This will motivate young Balinese filmmakers to continually evolve and innovate,” he concluded at the end of the lecture. (ISIDps/Public Relations)
Foto: Alffy Rev berfoto bersama dosen dan mahasiswa Prodi PFTV di Ruang Laboratorium Prodi PFTV, ISI Denpasar (4/10)
Mahasiswa tak selalu mendapatkan ilmu pengetahuan hanya dari bacaan dan dosen. Karena tak jarang orang pada umumnya, terutama mahasiswa, akan mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pengalaman para praktisi yang berkompeten dalam bidangnya. Hal ini melatarbelakangi Program Studi Produksi Film dan Televisi (PFTV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menghadirkan Alffy Ref sebagai dosen tamu pada Rabu, 4 Oktober 2023.
Sutradara multitalenta yang terkenal melalui karyanya berjudul “Wonderland Indonesia” ini menyampaikan materi kuliah tentang Penyutradaraan Film dan Televisi di Ruang Laboratorium Prodi PFTV, ISI Denpasar. Kuliah diikuti oleh sejumlah dosen dan mahasiswa semester 1, 3, dan 5 Prodi PFTV.
Alffy Ref, yang bernama asli Awwalur Rizqi Al-firori, menceritakan perjalanannya di industri kreatif sejak tahun 2013 hingga 2023. Ia mulai merasakan cinta pada musik saat duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan dan kemudian memiliki hasrat baru dalam bidang penyutradaraan, hingga akhirnya dikenal dengan karya-karya apiknya. Dia ingin mahasiswa melihat bagaimana proses evolusi diri dan karya-karya yang dia ciptakan dalam rentang waktu tersebut, sehingga mahasiswa bisa menempatkan dirinya sebagai manusia yang selalu berkembang. “Timeline 2013 – 2023, banyak perjalanan yang menarik. Tidak harus langsung mencapai ‘Wonderland Indonesia’, tetapi justru ada tahap-tahap penting sebelum ‘Wonderland Indonesia’ lahir,” ujar laki-laki kelahiran Mojokerto, 18 Juni 1995 ini.
Dia juga menjelaskan bahwa seorang sutradara harus memiliki pengetahuan yang luas. Sutradara memegang visi kreatif di seluruh proses produksi, mulai dari pra-produksi hingga pengeditan akhir. Sutradara memulai dengan naskah, dan bekerja dengan penulis skenario dan terkadang dengan tim penyunting naskah. Tidak jarang sutradara juga menjadi penulis skenario. Sutradara harus bisa bertanggung jawab atas seluruh proses dalam pembuatan film atau video. “Sutradara memang harus bisa mengerjakan semuanya, tetapi bukan berarti sutradara harus mengerjakan semuanya sendirian,” tambah pendiri Dewatlantis Studio ini.
Dosen Prodi PFTV, ISI Denpasar, Rai Budaya Bumiarta, yang hadir dalam kuliah tamu tersebut, mengatakan Alffy Ref merupakan salah satu sutradara yang berkembang sangat pesat di industri audio visual saat ini. Selain sebagai pemusik yang handal, dia juga seorang sutradara yang menyutradarai sejumlah video musik. “Alffy Ref menghasilkan karya ‘Wonderland Indonesia’. Karya ini pun ditargetkan untuk mencapai tingkat yang lebih luas,” ujarnya. Alffy Ref berpendapat ekosistem belajar di ISI Denpasar cukup menyenangkan, didukung dengan fasilitas yang sudah memadai. Dia mendorong mahasiswa untuk lebih menghidupkan kolaborasi dengan mengembangkan karya-karya audio visual di luar kampus. Dia berharap banyak sineas-sineas muda Bali yang bisa eksis di industri perfilman, sehingga mampu mengubah arah perfilman Indonesia yang masih terpusat di Jakarta. “Komunitas sineas juga bisa tumbuh di Bali dengan lebih banyak pemutaran film, dan lebih sering mengadakan festival film. Sehingga memacu sineas muda Bali untuk terus berkembang dan berevolusi,” tuturnya di akhir perkuliahan. (ISIDps/Humas)