DIBUTUHKAN TENAGA GURU SENI MUSIK
DIBUTUHKAN TENAGA PENDIDIK :
GURU SENI MUSIK
Kualifikasi :
Pendidikan min S1 sesuai jurusan
Pengalaman mengajar min 2 tahun
Menguasai seni musik tradisional dan modern
Menguasai alat seni tradisional dan modern
Usia max 30 tahun
Min bisa berbahasa Inggris pasif
Kreatif, disiplin dan tanggung jawab
Memiliki jiwa pendidik
Lamaran lengkap, CV beserta foto terbaru dikirim melalui : [email protected]
Colloquium #8 Desimasi Hasil Penelitian ISI Denpasar 2021
ISI Geber Seminar Internasional “Silang Budaya Dalam Seni Musik “
Prof. Arya :Adaptasi Musik Luar Lahirkan Karya Baru
Institut Seni Indonesia ((ISI) Denpasar menggelar sebuah seminar musik bertemakan Silang Budaya dalam Seni Musik , di Gedung Natya Mandala, Kampus ISI Denpasar, Senin (26/3).
Kegiatan seminar yang diikuti ratusan mahasiswa , Dosen tersebut merupakan rangkaian menandai 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang. Seminat menghadirkan tiga pembicara diantaranya Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, (Rektor ISI Denpasar), Prof. Drs Triyono Bramantyo ,Ph.D (ISI Yogyakarta) dan Prof. Keiichi Kubota dari Kunitachi College University Jepang.
Rektor ISI Prof. Arya mengungkapkan, menilik perjalanan seni musik di Bali, sejatinya kita telah menerima budaya luar khususnya seni musik secara selektif dan terbuka. ” Bali dari sejarah yang kita miliki, begitu terbuka mengadaptasi terhadap kesenian luar, dengan melahirkan karya-karya baru, ” kata kata Prof. Arya.
Dikatakan dunia penciptaan di Bali telah berkembang cukup pesat, kita telah bergelut dengan kearifan lokal, namun juga perlu mengenyam perkembangan musik luar, dalam usaha menciptakan karya musik baru.” Jadi apa yang belum kita miliki, kita bisa dapatkan dari luar negeri maupun luar daerah, seperti bahan- bahan atau warna suara yang baru yang belum kita punya kita bisa serap guna melahirkan karya musik baru,” ungkapnya.
Lebih jauh dikatakan, dunia musik di Bali semakin semarak. Prof.Arya menyebut kalau era dulu tahun 80-an kita sangat minim memiliki pencipta atau komposer kalau sekarang kita bisa lihat banyak komposer muda yang bermunculan, begitu juga, karya- karya musik kontemporer yang dulu sebagian banyak yang dikritik karena dianggap menghilangkan musik tradisi, sekarang kita mulai melihat garapan kreatif seni tradisi yang kontemporer dari seniman muda kita mulai tumbuh, sangat positif, ” tandasnya.
Ditambahkan, ISI yang memiliki prodi musik dimana umurnya baru 4 tahun berharap akan mampu berkembang semakin besar kedepan. ” Cita – cita saya, ISI bisa menggarap sebuah konser besar, ini tantangan dimana ada perpaduan antara musik tradisi kita dengan musik modern yang lengkap dalam satu panggung, ini belum ada di Indonesia,” harap Arya seraya menyebut ISI mendapat hibah alat musik lengkap dari Jepang, namun masih dalam proses, karena regulasinya cukup rumit.
Hadir juga dalam seminar itu Deputy Konsul -General Jepang Koichi Ohashi . Dalam sambutanya Koichi menyampaikan hubungan antara Bali dan Jepang cukup terjalin dengan baik. ” Bahkan budaya Bali dan Jepang ada kemiripan , dengan seminar serangkaian 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang ini, saya berharap ada hubungan yang semakin erat, terutama kerjasama pendidikan tinggi, ” ungkapnya.
Sementara Prof. Keniichi Kubota menyatakan , belajar musik luar di Jepang sudah menjadi kurikulum di sejumlah lembaga pendidikan tinggi. ” Jadi tidak saja belajar musik tradisi dalam negeri saja, melainkan musik barat, musik tradisi Negara lain sudah masuk menjadi mata pelajaran,” ungkap Prof. Kenichi.
Lebih lanjut Prof. Kenichi menyebut terlebih gamelan Bali cukup berkembang di Jepang. ” Termasuk seni musik tradisi Bali dikenalkan di Jepang sejak 1979, gamelan sudah menjadi mata pelajaran di lembaga pendidikan tinggi di Jepang, jadi pemerintah Jepang telah memberikan regulasi mengenal kesenian tradisi dari luar negeri, ” tegasnya.
Seminar tersebut, juga dipungkasi dengan sajian pentas seni musik dari dua budaya.
Pascasarjana ISI Denpasar Gelar Seminar Internasional “Musik Baru untuk Gamelan”
Kiriman : Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS Pedalangan).
Denpasar- Sebagai salah implementasi program kerja tahun anggaran 2013, Pascasarjana ISI Denpasar pada 15 Juli 2013 menggelar seminar internasional yang diikuti 190 peserta dengan tema “Musik Baru untuk Gamelan”, bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Seminar sehari menghadirkan dua pembicara dari University of British Colombia (UBC) Vancouver yaitu Prof. Dr. Michael Tenzer dan Dr. I Wayan Sudirana. Menurut Direktur Pascasarana ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A seminar ini adalah sebagai media untuk tukar pikiran, berdiskusi dengan kedua pembicara. Prof. Rai menambahkan Michael Tenzer adalah seorang komposer handal, cendikiawan dan juga sebagai pernulis buku, yang mana dua buku sudah disumbangkan ke Pascasarjana ISI Denpasar. Sementara pembicara kedua adalah seorang alumnus dari ISI Denpasar tamatan tahun 2002, yang kemudian sukses dan telah mendapat gelar master dan doktor di Amerika. “Besar harapan, apa yang dilakukan alumnus Sudirana dapat menjadi panutan dan diikuti oleh alumni ISI lainnya” ungkap Prof. Rai. Disela-sela sambutannya Prof. Rai menambahkan bahwa per Juni 2013 dari 46 mahasiswa pasca sudah terdapat 40 orang lulus proposal tugas akhir, dan 22 orang sudah menyelesaikna tugas akhir untuk siap diwisuda bulan Juli 2013. Ditambahkan pula bahwa calon alumni Pasca ISI Denpasar sudah diminta oleh STSI bandung dan Universitas Brawijaya-Malang.
Sementara Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum menyambut baik kegiatan ini sebagai langkah kerjasama, untuk meningkkatkan bidang ilmu. “Melalui kerjasama kita bisa meningkatkan ilmu-ilmu dan mengambangkan ilmu-ilmu untuk melahirkan ilmu baru” uangkap Dr. Arya. Mananggapi tentang Prof. Michael Tanzer, Dr. Arya mengungkapkan bahwa telah mengenal Prof. Michael sejak menjadi mahasiswa, dan Dr. Arya menganal Prof. Michael sebagai tokoh pembaharu dalam bidang karawitan Bali karena telah memperkenalkan beberapa pola-pola barat masuk ke dalam musik Bali. Sementara menurut Dr. Arya, Dr. Wayan Sudirana sebagai alumni ISI Denpasar dapat menjadi contoh bagi mahasiswa di ISI Denpasar karena diusia yang cukup muda yaitu 33 tahun, Wayan Sudirana sudah bergelar doktor. Pada kesempatan tersebut Dr Arya yang juga sebagai komposer Bali memberikan masukan pemikiran untuk kegiatan seminar. Dr. Arya berpendapat bahwa Musik Bali selama 30 tahun telah mengalami perubahan mendasar. Perubahan tidak hanya terjadi pada bantuk tapi juga pada isi atau kontennya. Musik Bali yang lahir belakangan ini tidak hanya untuk kesenangan tapi juga sebagai sikap. Sikap yang dimaksud adalah sebagai media kritik yang juga memiliki ideologi. Saat ini musik Bali tidak hanya sekedar melahirkan suara saja, tapi juga mulai menggarap waktu dan tempat.
Dalam seminar Prof. Michael Tanzer menyampaikan bahwa kemurnian dalam berkarya sangat diperlukan walaupun masih terdapat diskriminasi dalam melihat musik baru, tapi hal itu dialami pada perkembangan musik di seluruh dunia. Prof. Michael juga memberi masukan kepada lembaga ISI Denpasar agar mencetak alumni yang juga memiliki kemampuan sebagai kritiskus pada media yang ada di Bali, untuk merivew fenomena sosial yang terjadi pada seni dan budaya Bali.
Sementara Dr. I Wayan Sudirana menyampaikan materi tentang “Miminjam, Mencuri dan Mentransforamsi: Pengaruh lintas budaya di Komposisi Neo-Tradisional Bali”. Dalam presentasinya disampaikan bahwa pekembangan genre kreasi baru dalam musik Bali sekarang ini, dan penggunaan elemen-elemen eksternal dari musik Bali telah menajdi komponen utama dari pemandangan komposisi kontemporer Indonesia.
Antusias peserta dalam berdialog pada seminar sangat positif, sehingga seminar pascasarjana dihujani dengan banyak pertanyaan hingga acara harus diperpanjang dari waktu yang ditentukan. Rektor ISI Denpasar pun tak beranjak dari tempat duduknya. Pada sesi akhir Dr. Arya pun turut menyampaikan tanggapannya. Dr. Arya menambahkan bahwa tipe masyarakat Bali dalam menerima perubahan adalah bertahap tidak radikal. Mereka memerlukan proses untuk menyerap kebaruan, sehingga lama-kelamaan musik kontemporer pasti diterima publik. Sifat masyarakat Bali pun sesungguhnya menerima paham keberagaman, karena keberagaman jika dirajut akan melahirkan harmoni yang luar biasa. Dr. Arya juga mengajungi dua jempol untuk para maestro musik Bali yang sesungguhnya sejak dulu sudah terpengaruh barat. Tapi kehebatan mereka adalah mampu mengadopsi pengaruh barat tersebut menjadi mahakarya yang luar biasa.
Selain seminar rangkaian dari kegiatan Pascasarjana ISI Denpasar adalah pada tanggal 16 Juli 2013 diadakan workshop tari modern bersama Justin Chamber pada pagi hari dan pentas seni mebarung antara FSP ISI Denpasar dengan Sanggar Gita Asmara pada malam harinya.