OLIMPIADE SENI BUDAYA II ISI DENPASAR

OLIMPIADE SENI BUDAYA II ISI DENPASAR

Sumber : http://www.balitv.tv/

Institut Seni Indonesia, ISI DENPASAR, resmi membuka Olimpiade Seni  Budaya Kedua (II) divkampus setempat, yang diikuti siswa SMA, SMK se BALI. Olimpiade ini diharapkan mampu mampu meningkatkan kemampuan akademik dan memperluas wawasan siswa, untuk lebih mencintai bidang seni budaya.

Foto dari Rai Kariasa S.Sos (ISI Denpasar)

Promosi Doktor, I Wayan Mudana: ” TRANSFORMASI SENI LUKIS WAYANG KAMASAN PADA ERA POSTMODERN DI KLUNGKUNG BALI “

Promosi Doktor, I Wayan Mudana: ” TRANSFORMASI SENI LUKIS WAYANG KAMASAN PADA ERA POSTMODERN DI KLUNGKUNG BALI “

Sumber : http://www.pps.unud.ac.id/

Senin, 19 Oktober 2015. Program Pascasarjana kembali mengadakan sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Promovendus Drs. I Wayan Mudana, M.Par., dari Program Doktor Kajian Budaya dengan disertasinya yang berjudul TRANSFORMASI SENI LUKIS WAYANG KAMASAN PADA ERA POSTMODERN DI KLUNGKUNG BALI. Acara sidang ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K).

Dalam disertasinya dinyatakan bahwa Seni Lukis Wayang Kamasan (SLWK) merupakan karya seni tradisi yang tumbuh dan berkembang sangat subur di Desa Kamasan Klungkung Bali, memiliki identitas sangat khas dan unik digunakan sebagai pelengkap sarana ritual agama Hindu. Proses pengerjaannya sangat terikat oleh pakem, norma, dengan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengikat dan baku, dikerjakan secara kolektif dan komunal. Bahan dan peralatan yang digunakan diambil dari alam serta diolah dengan teknik tradisi. Secara visual SLWK mengandung estetika sangat artistik didalamnya terkandung nilai-nilai filsafat yang bersifat simbolik sering digunakan sebagai pencerahan dan bayangan dalam kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Pada era modern SLWK dikomersialkan sebagai profesi dijadikan sandaran untuk menghidupi keluarga. Semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Desa Kamasan pada era postmodem, disertai dengan permintaan terhadap produk souvenir maka SLWK dikomodifikasi menjadi produk penunjang pariwisata. Fairclough mengatakan, komodifikasi merupakan ciri dari postmodern yang diasumsikan kapitalisme yang memiliki kemampuan mengubah obyek, kualitas dan tanda menjadi komoditas untuk didistribusikan ke pasar (Barker, 2005: 517). Wacana yang berkembang SLWK di Klungkung, Bali pada era postmodern sudah mengalami transformasi yang berimplikasi perubahan. Giddens (2005: 49) dalam “Refleksivitas Modernitas” mengatakan; tradisi tidak sepenuhnya statis, tradisi tidak terlalu melawan perubahan. Sedangkan Kayam (1989: 1) menyatakan; transformasi merupakan suatu proses pengalihan total dari suatu bentuk ke sosok bentuk yang baru yang mapan melalui suatu tahapan yang memerlukan waktu lama. Transformasi mesti dipahami lewat suatu ideal typemasyarakat yang sengaja diciptakan sebagai suatu model dan paradigma kapitalisme. Max Weber menyimpulkan transformasi masyarakat Eropa menjadi masyarakat kapitalis karena didalam tubuh budaya masyarakat Eropa, sudah terkandung “bumbu-bumbu” (ingredients), budaya yang akan melahirkan semangat kapitalis (Sachari, 2002: 68). Ciri-ciri transformasi menurut Tabrani (2006: 260) merupakan manifestasi pribadi korperatif (gabungan kritis, fleksibel, dan bebas). Bila kelayakan estetis belum berani melewati batas- batas, maka transformasi justru berani melakukannya demi terciptanya sesuatu yang baru, yang bukan hanya iseng, baru atau layak tetapi mencapai sesuatu yang integral dan jujur (truth).Transformasi tidak lagi tunduk pada norma, atau situasi dan kondisi, mengintegrasikan beberapa norma sesuai dengan fleksibelitas dan kebebasan yang mendukung.Secara umum penelitian 101 untuk mengkaji, membongkar dan memahami transformasi SLWK di Klungkung, Bali dalam persfektif Kajian Budaya antara kelompok elite mengusung tradisi lama sehingga menimbulkan transformasi yang berimplikasi perubahan. Tujuan khusus penelitian ini, adalah (1) mengkaji, memahami, dan menjelaskan latar belakang transformasi SLWK, (2) Mengkaji, memahami, dan menjelaskan bentuk transformasi SLWK pada era postmodern, (3) mengkaji, memahami dan menjelaskan implikasi dari transformasi SLWK pada era postmodern di Klungkung, Bali. (pps.unud/IT)

Realitas Gunarsa

Realitas Gunarsa

Kiriman : Krisna Dwi Purnama Putra (Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni)

ABSTRAK

Nyoman Gunarsa berasal dari Kabupaten Klungkung Bali, seniman yang menempuh pendidikan di ASRI Yogyakarta ini menganut aliran lukisan Ekspresionisme.Lukisannya mulai melejit sejak dia berada di jogja,selam berbulan bulan dia berkeliling untuk mencari kolektor yang berminat akan lukisannya,setelah berjuang sangat keras dia pun mencapai kejayaannya pada tahun 70-an.Namun sayangnya ketika tahun 90-an peniruan besar besaran terhadaplukisannya trejadi hal ini dikerenakan lukisannya sendiri menjadi incran kolektor kelas dunia ,salah satu pelakunya adalah Ir.Hendra Dinata,mulai saat itu permasalahanHAKI bermunculan dan Gunara adalah seniman pertama yang memperjuangkan HAKI nya dan memperkarakan kasusnya tersubut ke ranah hokum. Dari karya karya Gunarsa sendiri lebih banyak mengambil obyek pewayang dan wanita,satu lukisan yang fenomenal menurut saya adalah lukisa dalng Bali yang menjadi koleksi di Istana Merdeka,karyanya tersebut adalah bukti awal pencapaiannya di dunia seni lukis sekaligus aliran melukis yang dianutnya sampai sekarang.

Kata kunci: Gunarsa, lukisan, realitas

PENDAHULUAN

Nyoman Gunarsa,seniman kelahiran15 April 1944 di Banda Klungkung, adalah salah satu dari sekian Maestro seni lukis Indonesia yg memiliki reputasi berkesenian yg luar biasa dan dedikasinya di dalam dunia pendidikan seni rupa. Beliau adalah lulusan sarjana seni lukis alumnus ISI Yogyakarta yg pernah mengalami sistem pendidikan yg panjang dari Akademis lalu menuju Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia hingga sekarang. Suatu perjalanan yg sangat mahal dan jarang dilalui oleh seniman-seniman Indonesia sekarang dalam menimba ilmu kesenian. Penjelajahannya ke berbagai negara di dunia baik untuk pameran, ceramah-ceramah , seminar-seminar maupun menunjukkan kepiawaiannya dalam penciptaan, membuat para pencinta seni mengaguminya.

I Nyoman Gunarsa adalah salah seorang seniman yang ternama yang berasal dari Bali.Karya Lukisannya di dasari oleh cerita rakyat Bali, dan legenda Hindu Dharma. Hal tersebut yang membuat gaya melukisnya berbeda dari yang lain. Karya-karyanya berdasarkan eksplorasinya dari kesenian Bali, seperti tarian tradisional, musik tradisional, upacara keagaman, dan keanekaragaman lingkungan yang mempengaruhi banyak seniman yang berasal dari Bali dan Indonesia. Kesuksesan yang diraihnya tidak didapat dengan mudah, ia meraihnya dengan penuh perjuangan. Alumnus dari ASRI Yogyakarta ini memulai karirnya sebagai tenaga pengajar di institut yang membesarkannya.

Dari periode akademis, Nyoman Gunarsa sangat tekun dgn mata pelajaran melukis alam, wajah, gambar bentuk, sketsa, ilmu anatomi termasuk teori-teori seni seperti panggung Sejarah Seni Rupa Dunia, sejarah kebudayaan, filsafat seni, sehingga beliau menguasai gambar bentuk yg piawai dan setiap goresan lukisannya terlihat sangat mantap, artistik, berenergi dan eskpresif. Apa lagi dikelilingi dgn bingkai bertahta pahatan yg memang sudah menjadi ciri khasnya semenjak tahun 1970-an.

Di periode Arringit, Nyoman Gunarsa terus bergulir mencari inspirasi ke dunia”Tari” atau gerakan-gerakan tari yg dinamis (Movement in Space). Dengan profil-profil wajah penari yg cantik-cantik, pemirsa banyak yg jatuh cinta dgn karya-karyanya. Bahkan sampai menyeret beberapa oknum pelanggaran Hak Cipta (terbius oleh kehebatan maha karyanya yg telah menggetarkan dunia) karena tergiur untuk memalsukan lukisannya. Sang Maestro dengan tegar dan kukuh bersaksi dalam pembuktian di pengadilan untuk mencari kebenaran dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai pencipta

Garis-garis Gunarsa memunculkan dinamika tersendiri dibandingkan dengan garis Affandi. Garis-garis tebal dan patah-patah Gunarsa yang mirip dengan Fadjar Sidik pun, ketika membuat sketsa bertema Bali, menjadi lebih simpel dan memiliki nuansa dan “gerakan” yang aktif. Ahli seni rupa Indonesia, almarhum Prof. Soedarso Sp, pernah menulis bahwa goresan-goresan Gunarsa yang lancar dan kena memberikan penjelasan kepada kita bahwa bukannya tidak beralasan kehadirannya sebagai salah seorang penganut Affandi yang baik.

  Soedarso menulis bahwa tidak semua orang mampu dan sanggup mengikuti gaya dan teknik yang dilakukan Affandi yang spontan, lancar, dan linier itu, kalau ia tidak memiliki ketangkasan menggores, akan tetapi Gunarsa mampu mengikuti dan menyetarakan diri dengan Affandi secara teknik Pada tahun 1970-an, baik sketsa dan lukisan Gunarsa mulai berkembang dengan visualisasi yang berbeda. Lukisan-lukisan Gunarsa banyak bercitra dan bertema Bali, secara khusus adalah perangkat seremoni upacara adat Bali. Berbagai perangkat seperti canang, pajegan, tamyang.kolem, cili, lamak dan lain-lain menjadi objek yang sering menghiasi kanvas-kanvasnya. Lihat karya-karyanya seperti Sesajen I (1974), Sesajen II (1975).Hampir semua wajah yang dilukis menghadap ke samping atau mirip cara membuat wajah wayang. Karena dilukis dengan teknik semacam ini, maka figur-figur dalam lukisan ini menjadi tampak kaku dan dekoratif seperti wayang kulit.

            Pada akhir dasawarsa 1970an (bahkan sampai saat ini), Gunarsa secara total menawarkan keterampilan teknik melukis ekspresif dalam lukisan-lukisannya. Perubahan ini terjadi hanya pada tataran visual, sedangkan tema-temanya tetap, yakni Bali.Kemampuan dan kekuatan menggarisnya dimaksimalkan.Pada mas Periode ketiga (tahun 1981-1987) disebutnya sebagai Periode Aringgit, yang melukiskan potret penari perempuan atau perempuan dalam aktivitas upacara maupun budaya Bali pada umumnya.

Pada masa 1970an sampai sekarang, Gunarsa juga menggunakan strategi baru, yakni memfasilitasi lukisannya dengan pigura yang khas dan personal.Pigura-pigura ini dibuat atau dipesan khusus dan dihias dengan goresan dan garis yang telah dibuatnya.Setidaknya ada pigura yang diukir dengan citraan wayang Bali dan citraan berupa pola hias dekoratif khas Bali. Maka pada era visual yang bersifat ekspresif-dekoratif ini Gunarsa semakin kencang melukis (dan dengan mudah mengadakan pameran tunggal).Itulah karya-karya Gunarsa yang tak kering akan ide dan teknik. Sebagai seorang pelukis, hubungan dan jaringan pertemanan menjadi salah satu piranti yang sangat penting.Hal ini menyebabkan karya-karyanya mampu menghiasi dinding para pengagumnya. Lukisan Dalang Bali meskipun ada di dalam Istana Presiden, bukanlah dikoleksi oleh Sukarno.Dalang Bali  yang secara khusus mengisahkan perihal budaya Bali, agaknya tidak hanya bisa diapresiasi sebentuk rekaman aktivitas lokal. Dalang Bali adalah sebentuk entitas yang mampu menerjemahkan semangat kebangsaan dan memberikan kebanggaan atas berdirinya bangsa ini. Maka tak salah bila Dalang Bali saya anggapsebagai salah satu indikator nasionalisme dalam kuratorial di museum yang dikelola oleh Kementerian Sekretariat Negara RI.

PEMBAHASAN

  1. Pengaruh Peniruan Karya Seniman Lukis Terhadap Pariwisata Budaya di Bali

            Kebudayaan merupakan potensi dalam pengembangan pariwisata di Bali. Pengembangan pariwisata bertumpu kepada kebudayaan biasa disebut pariwisata budaya. Kebudayaan di sini adalah kebudayaan di Bali baik dari segi adat istiadat, kesenian, kearifan lokal dan lain-lain yang mendukung pariwisata di Bali.Sesungguhnya pariwisata di Bali sendiri sangat didukung oleh kerja keras para seniman yang terus memberikan inspirasi dalm karya karyanya.namu seiring berkembangnya jaman,persaingan pun menjadi semakin ketat,bahkan sampai di ranah kesenian.Khususnya di pulau Bali,yang merupakan provinsi penyumbang devisa terbesra di Indonasia melalui pariwisata budayanya,para seniman mulai mengeluhkan melemah nya pendapatan mereka selaku penyumbang devisa,hal ini berkaitan dengan karya karya mereka yang semakin banyak ditiru oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.Iniu tentunya sangat merugikan seniman  dan juga Bali ini sendiri,dimana ulah segelintir orang akan menyebabkan memburukanya citra Bali sebagai pulau pariwisata.Lambat laun Bali akan dikenal sebagai pulau seribu plagiat bukannya pulauseribu pura.Kita tahu dimana kebanyakan pelaku berasal dari luar,mengetahui sangat mudahnya Bali mendatang kan untung berlimpah dari souvenir khususnya lukisan,tetapin sungguh ironis pabila pelakunya sendiri ada dari dalam.

Para konsumen sudah semakin pintar dalam memilih barang,mereka tahu mana barang yang asli dan yang aspal,jangan sampai mereka berpikir para seniman Bali kurang memiliki kreatifitas karena peniruan ini, kita ketahui bahwa sekali karya mereka ditiru,mereka sangat sulit merebut dan memperjuangkannya kembali(khusus seniman seniman besar),apalagi mpersaingan sudah semakin ketat yang dapat berimbas pada harga yang lambat laun akan menurun khusunya lukisan  yang ada di pasar seni. Jika ditinjau dari sisi positifnya, pengeluaran para wisatawan baik wisatawan domestik maupun internasional di suatu daerah tujuan wisata adalah suatu bukti nyata bahwa keberadaan pariwisata memberi kontribusi yang sangat bagus kepada tuan rumah ,tapi seklai lagi pem,erintah sangat berperan melindungi para seniman dengan [pemberian HAKI,ini juga demi kepentingan Bali tentunya.

  1. Ekonomi Kerakyatan pada Bidang Pariwisata Budaya Kurang Berkeadilan

Ekonomi kerakyatan adalah sistem perekonomian yang dibangun pada kekuatan ekonomi rakyat.Ekonomi kerakyatan adalah kegiatan ekonomi yang memberikan kesempatan luas bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi sehingga dapat terlaksana dan berkembang dengan baik. Sistem perekonomian nasional Indonesia saat ini adalah perekonomian nasional kerakyatan yang mulai berlaku sejak terjadinya reformasi 1998, yang ditetapkan MPR Nomor /IV/MPR/1999 yang mengatur Garis-Garis Besar Haluan Negara (GGBHN). Dalam sistem ini pemerintah berperan sebagai pencipta iklim sehat yang memungkinkan tumbuh kembangnya dunia usaha di Indonesia

engertian Ekonomi Kerakyatan.

Jika dilihat di lapangan,banyak sekali seniman yang terpenggirkan alias kurang ada perhatian dari pemerintah.walaupun mereka sudah bekerja keras dalam menghidupi dirimereka sendiri,tetapi secara tidak sadra mereka telah menghidupi Bali di Bidang pariwisata.saya teringat sjenak wawancara saya dengan I NYoman Nuarta,ketika saya menanyakan mengapa sekolah seni yang ada di Bali mulai kekurangan peminat,dan beliaupun menjawab”ini sungguh ironis memang,melihat kenyataan di Bali,memang warganya hidup di bidang pariwisa budaya khususnya,kita melihat sekarang sudah berada di era globalisasi, pariwisata Budaya sudah ditinggalkan,yang ada adalah budaya pariwisata,wisatawan disuguhkan dengan fasilitas yang mewah ,pdahal itubukan tujuannya disini,tetapi tidak aneh memang karena budaya kita taksunya itu sudah sedikit sekali karena budaya itu dijual secara komersil tanpa mementingkan aspek aspek penting di dalamnya,seperti barong di batubulan yang kurang terurus,inilah akibat budaya pariwisata yang kian tahun semaki digalajjan pemerintah bahkan pekerja senipun hanya mementingkan materi semata,kita lihat juga wisatawan sudah semakin pintar,imbasnya tentu mengarah ke instansi pendidikan sekolah SMK banyak yang membuka jurusan Perhotelan,lebih dalam lagi inilah ekonomi kita yang kurang berkeadilan,pemerintah jangn Cuma banyak omong,coba perhatikan dahulu pekerja seni kita,tanpa pemerintah mereka juga akan sulit hidup”. Pariwisata budaya sebagai industri yang oleh pemerintah dilaksanakan dalam seperangkat perencanaan dan pengawasan dapat menjadi salah satu aspek yang memunculkan suatu polarisasi tertentu. Kenyataan menunjukkan bahwa semaraknya perkembangan kebudayaan Bali didorong oleh pariwisata dan sebaliknya, pariwisata Bali senantiasa memikat karena daya tarik kebudayaan (Darma Putra, 2006). Malahan Alisjahbana (Darma Putra, 2006) menegaskan bahwa kebudayaan Bali yang ekspresif akan mampu berkembang ke arah watak kebudayaan progresif[1][1], yakni memberikan pendukungnya peluang untuk meraih manfaat ekonomi. Mengingat budaya dan kinerja ekonomi berkaitan erat sehingga perubahan pada yang satu akan berpengaruh pada yang lain (Harrison dan Huntington, 2006:28). Pergeseran nilai ini, yakni dari budaya ekspresif ke budaya progresif yang lebih mengutamakan nilai ekonomi, juga ditegaskan Darma Putra (2006) bahwa pemerintah dan masyarakat melihat adanya kecenderungan komersialisasi kesenian Bali untuk kepentingan pariwisata.kesimpulannya pemerintah harus berperan aktif mengelola pariwisata yang ada di Bali dan memperhatikan seniman yang ada agar pariwisata budaya yang ada dapat tumbuh dengan baik  dan para seniman menjadi sejahtera.

  1. Antropologi Budaya, Manusia Kreatif Menghasilkan Suatu Karya Seni

Manusia adalah satu satunya ciptaan Tuhan yang mampu berfikir dan menalar,selain menggunakan insting dan naluri.cara manusia berfikir berbeda anatara satu dengan yang lainnya,berbeda maksudnya cepat atau lambatnya mereka mengakap sesuatu dan menalarnya ataupuna mendapatkan persepsi yang lain dalam memecahkan suatu masalah.Dalam membuat suatu karya seni tentunya manusia itu memerlukan day pemikiran yang luas untu mandapatkan sesuatu yang diinginkannya.Sebuah karya seni tentu tidak lepas dai cara manusia berffikir kreatif,adapun tiga factor penting  agr karya itu terwujud:kepekaan,kreatifitas,dan karya seni.Dalam proses penciptaan,kepekaan dan kreatifitas merupakan factor psikologis dalam menciptakan karya.Mencipta bearti membuat sesuatu,dan karya seni adalah pencerminan kepekaan dan kreatifitas.

Menurut Tolstoy dalam bukunya”What is Art”:makin besar rasa cinta ditimbuhkan adalh menandakansemakin baik rasa seni tersebut,dan ini terganung pada tiga kondisi yaitu:beasar kecilnya perasaan individu yang disampaikan,jelas tidaknya rasa yang ingin disam[paikan,dan kejujuran seniman(ini yang terpenting).

Kepekaan dalm penciptaan karya seni yang mentransformasikan pengalaman dan kepekaan terhadap alam dan lingkungan,akan menimbulkan perasaan estetis.

Seni merupakan ekspresi kreatif manusia yang dituangkan dalm kehidupan sehari hari,jadi secara tidak sadar kita telah menyentuh atau melakukan hal hla yang berbau seni misalnya sikap pada sembahyang.Dari daya berfikir manusia akan menghasilkan karya,bila digali lebih dalam menghasilkan karya bias diartikan dengan BUDAYA dari etimologi ‘’budi dan daya”dari daya berfikir manusia menghasilkan suatu karya  yang tentunya tidak boleh lepas dari etika dan estetika.Setelah  kebudayaan ,kemudian timbulah local genius,ikap local genius   bias diartikan sebagai  “kearifan local”,yaitu sikap yang bijaksana denagan memanfaatkan budaya local yang telah banyak digunakan dan bermanfaat untuk orang banyak.Dalam sejarah Indonesia ,budaya kita bukan hanya  bukan karena atau hanya pengaruh dari luar ,tetapi bangsa Indonesia memiliki ktrampilan local dan intelektual asli,yang tidak kalah dari bangsa lain.

Jenis jenis keariran lokal:

  1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok social.
  2. Nilai nilai adat,tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisional yang mengatur etika.
  3. Tata cara dan prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk melestarikan alam
  4. Pemilihan tempat dan ruang, kearifan local yang berwujud nyata.

Local geniu mengacu pada kemampuan kita sebagai bangsa yang berbudaya,untuk bias menyerap budaya asing tanpa merusak budaya kita sendiri.Seperti yang sudah sudah diloakukan oleh bangsa kita dalma proses akulturasi Hindu,Budha,Islam,atau adaptasi kita dalm hal resep masakan asing yang dikombinasikan dengan bumbu bumbu nusantara.Kita mungkin tidak akan pernah menemukan dengan yang namanya McRice(Burger nasi yang pernah diproduksi MKc Donalds)di Paris atu Amerika,dan kita tidak heran lagi dengan seorang pembantu rumah tangga yang sifat kedaerahannya sangat kental tapi bias membuat pasta dengan lihai.

Gunarsa dan Lukisannya

1Gambar Lukisan wanita dan seruling

Istilah Tradisi di Indonesiaadalah pengungkapan kesenian dalam bentuk yang beragam seperti seni-seni primitif, tetapi juga seni yang brnuansakan religi hindu, budha, ataupun islam yang mempunyai ciri dan kekhasan yang sama yaitu berumur lebih dari seratus tahun yang kokoh dan konservatif, dan kumpulan seni ini disebut sebagai Seni Tradisional. Seni tradisional sifatnya tetap, tak brubah, berasal dari daerah dan mengacu kemasa lalu, sementara Seni Modern yang hakikatnya selalu berubah, bebas, lepas, dari pakem-pakem yang datangnya dari luar malah membaur membentuk suatu citra pencampuran antara Tradisi-Moderen, yang keduanya semakin dipertajam dalam khas Kontemporernya dan sesuai dengan roh kehidupan dan sesuai dengan  zaman. Maka seni rupa moderen Indonesia kalau bisa disebutkan adalah “pencangkokan” tradisi-moderen didalam pengembangannya seperti pada karyaNyomanGunarsa.Secara naluriah gambaran yang muncul pada setiap pencangkokkan seni rupa moderen adalah tidak dapat lepas dari konsep dan ide yang mapan dalam melahirkan nafas pembaharuannya, sehingga bila pada seniman-seniman kini ada asumsi yang mengatakan bahwa “jika kita ingin mengubah impian masa lalu kita..kunjungilah paris”. Dalam artian dengan semakin giatnya kita membuka diri kita dengan perkembangan seni yang tumbuh diluar lingkungan kita yang tak ada batasannya maka kita akan memetik segudang pengalaman lewat ketajaman rasio dalam membentuk mood yang menghasilkan ide atau konsep yang fariatif, kritis dan analitis serta ditunjang dengan gaya garapan yang kreatif. Dalam menilik suatu karya seni yang berbasis pada pembaharuan, sebenarnya kita dapat membedakan pada dua segi pengenalannya, yaitu pada segi Kreativitas dan pada segi Kekritisan. Dalam Dalam membentuk karya seni yang unggul keduanya tidak lepas dari kedua pokok persoalan tsb, sebab Kreativitas adalah syarat mutlak yang masih dituntut pada sabagian besar seniman-seniman moderen yang bahkan merupakan ciri khasnya. Menurut Albert Camus, syarat utama kreativitas adalah memiliki kebebasan, selalu melakukan komunikasi dengan dunia luar, dan yang terakhir adalah dituntutnya keberanian..karena menurutnya Keberanian adalah suatu pemberontakan yang kreatif. Lantas pertanyaannya “Sampai sejauh manakah pemberontakan yang kreatif dalam melihat karya-karya Nyoman Gunarsa, dimanakah ide-ide kekritisannya dalam melahirkan konsep yang menggugah, dan sampai sejauh manakah eksistensi para seniman-seniman besar kita dalam melihat suatu gejolak sosial dan politik yang bergerak di masyarakat kita. Bukankah dengan kekritisan itu dapat atau semakin mempertajam kedudukan kita sebagai seniman dalam menduduki pringkat puncak untuk mendobrak hegemoni masyarakat yang penuh dengan ketimpangan moral atau melucuti kostum-kostum, kedok-kedok, simbol-simbol status negara dan politik?? Coba kita tilik lagi, sudah berapa banyakkah seniman-seniman besar kita yang bergerak dalam kesenirupaan kita yang memaknai kekritisannya?? Mungkin kalau tidak salah bila para seniman-seniman besar kita dalam berkarya lebih mengaktualisasikan hanya padadidukung oleh teknik-teknik yang menarik, yang baru, tapi belum merambah pada muatan-muatan kritis dan politis. Malah ada yang hanya merupakan sebuah pemandangan alam yang dikuasi, lalu ditopengi dengan tekhnik garapan yang katanya eksotik, nyentrik, dll”. Menyimak dari persoalan tersebut yang berbasis pada sub kreatif dan tindakan kritis maka apa salahnya kita coba mengkaji sampai sejauh manakah peran kekritisan “ide” Nyoman Gunarsa dalam menelorkan sebuah karya dengan menyoroti peran analitis kritis dalam melihat setiap gejolak sosial dan politik yang berlangsung dimasyarakat. Sebab cakupan atau gaya aliran dalam seni lukis moderen selalu berbicara tentang apa itu kreativitas dan produktivitas para pelukisnya dan sama sekali belum merambah pada sistem yang berbasis pada ide dan konsep yang lebih mendobrak.

Dari sekian banyaknya seniman lukis mderen Indonesia dewasa ini, Nyoman Gunarsa adalah salah seorang diantaranya yang tetap menjadikan sketsa sebagai kegiatan yang tak dapat dipisahkan dari hidup kesehariannya.Bahkan lebih jauh sketsa telah menentukan corak berkeseniannya sampai menjadi seorang seniman yang berkibar dipanggung seni lukis Nasional dan Internasional. Bentuk sketsa yang amat menarik bagi Nyoman Gunarsa didalampenciptaan karya-karyanya adalah manusia dan lingkungan bali, sketsa sesaji dan yang terakhir adalah sketsa pewayangan/aringgit. Memang, sketsa dalam lukisan Nyoman Gunarsa adalah ungkapan yang paling ensensial dan berfungsi sebagai media dalam proses kreatif dan sekaligus utuh dalam sebuah karya seni. Nenek moyang kita pada zaman dahulu membuat sketsa-sketsa didinding gua dan sketsa inilah oleh para ilmuwan dianalisa untuk bisa membuka tabir kegelapan tentang keadaan zaman ribuan tahun lalu, sama halnya dengan mengamati sketsa lukisan Nyoman Gunarsa yang mengandung kedalaman bentuk visual seperti garis, warna, tekstur, bentuk dan ruang maka kita akan cepat menangkap makna apa dibalik perwujudan visualisasi tersebut. Maka kesimpulan yang dapat kita tarik dari setiap obiek lukisan Nyoman Gunarsa dari setiap sketsanya adalah tentang kecerahan dunia fantastiknya yang mengandung kekuatan niskala yang sifatnya magis, bertempramen yang penuh dengan gejolak, penuh emosi yang didekatkan pada roh atau taksu bali itu sendiri. Gunarsa adalah pelopor pelukis bali masa kini yang telah membebaskan dirinya dari ikatan tradisi tanpa menghilangkan roh atau taksu bali itu sendiri, karena baginya seni adalah sesuatu yang religious.

Sifat umum dewasa ini yang sering tampak dalam kesenian barat tak lain dan tak bukan adalah usaha untuk menimbulkan “efek Shock”, memperlihatkan rasa frustrasi dan kejemukan yang dirasakan oleh para seniman dan sebagian masyarakat. Shock sama dengan menggoncangkan yang dulu dianggap mapan dan stabil, melemparkan batu kekaca-kaca yang melindungi harta-harta nilai tradisional, dengan sengaja menertawakan dan mencemoohkan apa yang oleh angkatan-angkatan dulu dianggap suci dan keramat, memberontak terhadap tata tertib yang dulu tak pernah diragu-ragukan serta membubuhkan tanda tanda tanya dibelakang setiap pernyataan dan ucapan, ini merupakan kekurangan yang sedikitnya dirasakan pada saat ini dalam menapaki seni rupa Indonesia pada umumnya. Sebab terasa ada kemandekan sikap kritis dari sebagian seniman-seniman besar.Apakah kekritisan hanya merupaka milik seniman kecil, pinggiran yang menjadikannya sebagai alat katrol dalam mempromosikan dirinya untuk menempati kedudukan yang lebih terhormat.
Pada hematnya kritis adalah suatu usaha mental untuk memperoleh suatu gagasan, ide, konsep yang menarik, menggugah perasaan atau suatu usaha untuk memikirkan apakah ada sejumllah jawaban untuk suatu persoalan tertentu. Kenyataan menunjukan bahawa beberapa seniman tertentu sering bersifat lebih kritis dalam mencetuskan ide-idenya dengan dikondisikan denga situasi disekitarnya, sementara orang lainnya mungkin lebih kreatif, produktif, dengan gaya pengaktualisasiannya dari pada bersikap kritis. Tetapi akan lebih menarik lagi kalau kedua hal itu berjalan dalam satu bingkai yang sama maka tawarannya akan lebih menggugah, idealis dll. Memang benar apa bila ada pendapat yang mengatakan bahwa lukisan Nyoman Gunarsa telah melepaskan diri dari jiwa zamannya, dia adalah pelopor pelukis bali masa kini yang telah membebaskan diri dari ikatan tradisi tanpa menghilangkan roh atau taksu bali itu sendiri..saya setuju dengan pendapat tersebut.

Analisa Karya Gunarsa

1

Judul:Dalang Bali

Bahan:Oil on canvas

Ukuran:145×145 cm

Tahun:Antara 1970-1976

Menurut saya karya Gunarsa yang satu ini lain dari lukisan yang umumnya saya lihat dari style Gunarsa,karena yang biasanya yang saya lihat style Gunarsa adalah banyak mengambil obyek Pewayangan dan Wanita dengan berbagai atributnya.Dalam lukisan dengan material cat minyak ini menceritakan seorang dalang sedang memainkan wayang Rahwana dan twalen,diman dia didampingi oleh seorang wanita yang mungkin adalah seorang sinden dan juga pemain Gender Wayang(alat music tradisional yang biasa digunakan ketika pementasan wayang).Suasana yang saya tangkap dari lukisan ini adalah keharmonisan para tokoh yang ada dalam lukisan ini seolah menjadi satu dalam mementaskan wayang yang menurut penafsira saya adalah pagelaran wayang Tantri(Pementasa wayang yang banyak mengambil cerita rakyat).Selain itu luisan ini juga dipajang di Istana Merdeka yang sekaligus menjadi perhatian curator Istana Mieke Susanto.

Konsep Karya dari  apersiasi saya sendiri adalah irama di dalam kehidupan antara nyanyian baik dan buruk dimana kebaikan selalu diatas segalanya dengan selalu mengedepankan kesederhanaan guna mencapai ketenangan( pemain gender dan sinden berbaju hijau).Di dunia yang penuh gairah ini manusia selalu ingin bersaing dan menjadi yang paling menonjol ,namun itu harus tetap terkontrol misalkan pemimpin tidak selalu ada di atas dia harus sering kali turun ke bawah(wayang dan dalang).

PENUTUP

I Nyoman Gunarsa berasal dari Kabupaten Klungkung Bali, seniman yang menempuh pendidikan di ASRI Yogyakarta ini menganut aliran lukisan Ekspresionisme.Lukisannya mulai melejit sejak dia berada di jogja,selam berbulan bulan dia berkeliling untuk mencari kolektor yang berminat akan lukisannya,setelah berjuang sangat keras dia pun mencapai kejayaannya pada tahun 70-an.Namun sayangnya ketika tahun 90-an peniruan besar besaran terhadaplukisannya trejadi hal ini dikerenakan lukisannya sendiri menjadi incran kolektor kelas dunia ,salah satu pelakunya adalah Ir.Hendra Dinata,mulai saat itu permasalahanHAKI bermunculan dan Gunara adalah seniman pertama yang memperjuangkan HAKI nya dan memperkarakan kasusnya tersubut ke ranah hokum.Dari karya karya Gunarsa sendiri lebih banyak mengambil obyek pewayang dan wanita,satu lukisan yang fenomenal menurut saya adalah lukisa dalng Bali yang menjadi koleksi di Istana Merdeka,karyanya tersebut adalah bukti awal pencapaiannya di dunia seni lukis sekaligus aliran melukis yang dianutnya sampai sekarang.

DAFTAR RUJUKAN

Bakker, Anton, 2000,Antropologi Metafisik,Yogyakarta:Kanisisus

www.google.co.id,18-01-2013

Wawancara dengan Nyoman Nuarta dalam pameran “Personalitas dalam Komunitas”di Bentara Budaya Bali

 

Perkembangan Gerabah Perangsada Blahbatuh Gianyar

Kiriman : Denaka Pratamasari (Mahasiswa Jurusan Kriya Seni)

ABSTRAK

Gerabah yang merupakan bahan kerajinan yang berasal dari tanah liat ini semakin sedikit peminatnya, padahal pada tahun 1990-an produksi barang kerajian gerabah terutama di desa Perangsada Blahbatuh Gianyar menjadi andalah bagi masyarakat setempat guna menopang perekonomian mereka. Namun sekarang kerajinan gerabah tersebut sudah mulai sedikit peminat karena masyarakat sekarang lebih memilih perabotan yang berbahan bukan dari gerabah karena bentuk yang lebih menarih dan bagus serta harga yang terjangkau. Pada tahun 1980-an perajin gerabah di desa Perangsada Blahbatuh Gianyar pengerajin gerabah tersebut masih banyak kita jumpai, hamper setiap rumah dapat kita temui pembuatan gerabah tersebut, terutama dalam pembuatan pane, dulang, periuk, caratan serta perabotan rumah tangga lainnya. Namun sekarang tidak semua masyarakat menekuni kerajinan ini, hanya wanita-wanita tua saja yang masih mengeluti kerajinan gerabah ini. Hal ini terjadi karena semakin sedikit peminat gerabah dan semakin sedikit pula pemesan. Penelitian ini bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya gerabah bagi masyarakat desa perangsada karena masyarakat setempat mengandalkan kerajinan gerabah perangsada sebagai sumber matapencaharian masayarakat sekitar.

Kata kunci: Gerabah, Perangsada, kriya

PENDALUHUAN

Gerabah adalah salah satu bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas dan bahannya, namun masyarakat ada yang mengartika bahwa keramik dan gerabah itu berbeda, mereka berangapan bahwa keramik merupakan barang pecah belah, sedangkan gerabah merupakan barang yang terbuat dari tanah liat. Namun di desa Perangsada Blahbatuh Gianyar kerajinan gerabah merupakan salah satu produk andalan, berbagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Produk yang di produksi oleh industry ini berupa dulang, priuk, caratan dan perabotan rumah tangga lainnya.

PEMBAHASAN

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik. Ada pendapat gerabah bukan termasuk keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air, dll.

Gerabah yang merupakan bahan kerajinan yang berasal dari tanah liat ini semakin sedikit peminatnya, padahal pada tahun 1990-an produksi barang kerajian gerabah terutama di desa Perangsada Blahbatuh Gianyar menjadi andalah bagi masyarakat setempat guna menopang perekonomian mereka. Namun sekarang kerajinan gerabah tersebut sudah mulai sedikit peminat karena masyarakat sekarang lebih memilih perabotan yang berbahan bukan dari gerabah karena bentuk yang lebih menarih dan bagus serta harga yang terjangkau.

Pada tahun 1980-an perajin gerabah di desa Perangsada Blahbatuh Gianyar pengerajin gerabah tersebut masih banyak kita jumpai, hamper setiap rumah dapat kita temui pembuatan gerabah tersebut, terutama dalam pembuatan pane, dulang, periuk, caratan serta perabotan rumah tangga lainnya. Namun sekarang tidak semua masyarakat menekuni kerajinan ini, hanya wanita-wanita tua saja yang masih mengeluti kerajinan gerabah ini. Hal ini terjadi karena semakin sedikit peminat gerabah dan semakin sedikit pula pemesan. Tetapi pada saat ada acara seperti upacara ngaben pesanan gerabah di perangsada limayan meningkat, namun sekarang pembuatan Gerabah ini sudah sangat menurun karena bahan yang terbatas sehingga tidak banya orang yang tau bahwa Gianyar sebagai pusat kerajinan gerabah sehingga gerabah mulai di tinggalkan oleh konsumen. Sehingga permintaan kerajinan gerabah menurun, seiring dengan makin langkanya bahan baku tanah liat.Padahal untuk keperluan upacara agama, gerabah masih diperlukan. Dicontohkan saat upacara ngaben, aneka jenis gerabah banyak dipergunakan.

Kalaupun ada yang masih membuat gerabah, biasanya dilakukan wanita tua dengan cara yang tradisional. Sehingga tidak heran, jika produksinya juga tak bisa memenuhi permintaan pasar. Akibat yang di timbulkan karena penurunan pemesanan gerabah adalah terancamnya perekonomian masyarakat sekitar desa Perangsada Blahbatuh Gianyar dan menyebabkan menurunnya tikat kesejahteraan masyarakat, karena mata pencaharian mereka adalah dari kerajinan itu juga. Tanpa adanya keterampilan lain, para perempuan pembuat gerabah setempat terpaksa berhenti bekerja atau kembali membuat gerabah untuk keperluan rumah tangga yang harganya jauh lebih murah dan lebih menarik bentuknya.

IndustrI gerabah di desa perangsada sebaiknya di bangun kembali dan lebih ditingkatkan lagi karena demi meperbaiki perekonomian warga sekitar, karena industry ini adalah kunci yang dapat membawa masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Selain itu industry gerabah ini merupakan motor pertumbuhan ekonomi masyarakat.

PENUTUP

Gerabah yang merupakan bahan kerajinan yang berasal dari tanah liat ini semakin sedikit peminatnya, padahal pada tahun 1990-an produksi barang kerajian gerabah terutama di desa Perangsada Blahbatuh Gianyar menjadi andalah bagi masyarakat setempat guna menopang perekonomian mereka. Namun sekarang kerajinan gerabah tersebut sudah mulai sedikit peminat karena masyarakat sekarang lebih memilih perabotan yang berbahan bukan dari gerabah karena bentuk yang lebih menarih dan bagus serta harga yang terjangkau. Dan dari situ lah masyarakat desa Perangsada mengandalkan perekonomiannya dan hehidupannya.

Sebaiknya industri lebih mengembangkan usaha tersebut demi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan yang memadai. Dan kerajinan ini lebih dikembangkan lagi agar tidah punah.

DAFTAR RUJUKAN

http://www.bisnisbali.com/2007/10/22/news/property/g.html

https://www.isi-dps.ac.id/berita/pengertian-gerabah/

 

Jeans Jadi High Fashion Yang Tak Pernah ” Mati “

Jeans Jadi High Fashion Yang Tak Pernah ” Mati “

Kiriman : Novia Restu Samputri Pertiwi (Mahasiswa Jurusan Desain Mode)

ABSTRAK

Peradaban manusia mempengaruhi globalisasi yang berdampak pada dunia fashion, salah satunya jeans. Evolusi jeans berlanjut sejak satu abad lalu hingga sekarang, sehingga jeans mendapat gelar “The Fashion Survivor”. Awalnya jeans memang dibuat dengan sebuah pemikiran sederhana, yaitu bagaimana membuat celana yang kuat dan bisa digunakan untuk menambang. Denim itu awalnya adalah sebuah bahan yang berasal dari sebuah kota di Prancis, bernama Nimes. Awalnya bahan ini disebut Serge de Nimes, lalu kemudian dipersingkat menjadi denim (de nimes). Celana jeans pertama kali dibuat pada tahun 1560-an di kota Genoa, Italia, untuk keperluan angkatan laut setempat. Pada tahun 1800-an di Genoa dicoba membuat celana dari bahan kain denim ini. Masyarakat perancis menamai celana dari denim buatan Genoa dengan nama genes (celana dari Genoa). Jeans adalah sebutan khusus bagi celana berbahan denim. Jeans masuk ke Amerika Serikat tahun 1872. Jeans dipopulerkan di AS oleh Levi Strauss. Gaya busana tahun 1980 mengalami perubahan yang sangat besar. Terutama perkembangan jeans. Konsep fashion celana jeans mencerminkan karakter daerah, seni, budaya, gaya hidup, musik, figure, dan ikon fashion di inggris pada era 80-an. Pada era 80-an, Jeans mulai menjadi high fashion saat para perancang top dunia seperti Giorgio Armani, Calvin Klein dan Versace mulai menciptakan jeans dengan gaya mereka sendiri dan menggunakan label mereka. Haute couture adalah istilah dari Perancis yang berarti ‘high sewing’ atau ‘high fashion’. High fashion istilah untuk menggambarkan mode yang trend-setting, unik, dan eksklusif. Puncak ketenaran jeans adalah pada tahun 1955 ketika James Dean memakainya dalam film Rebel Without a Cause. Ini menjadi simbol perlawanan kaum muda saat itu. Jeans dapat berkembang sampai saat ini karena dapat digunakan dari berbagai usia, kelas sosial, dan etnis, dapat juga digunakan dalam berbagai kesempatan dari acara formal sampai non formal. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, jeans kian berkembang sehingga efek denim bisa dibuat oleh manusia dengan bahan kimia serta bantuan alat modern.

Kata kunci: Jeans, fashion, high fashion

PENDAHULUAN

Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Seiring kemajuan tersebut berkembang pula globalisasi yang berdampak juga pada banyak hal salah satunya adalah dunia fashion. Fashion adalah istilah umum untuk gaya populer atau praktek, khususnya pakaian, sepatu, atau aksesoris.

Fashion selalu berubah-ubah seiring berjalanya waktu kadang menciptakan sesuatu yang baru atau kembali ke masa lalu. Perkembangan fashion disebabkan kebutuhan dan juga lingkungan yang berbeda. Salah satu tren fashion wanita zaman dulu yang masih sering dipakai adalah jeans. Evolusi jeans pun terus berlanjut sejak satu abad yang lalu hingga sekarang. Sekarang ini banyak sekali inovasi tren fashion yang menggunakan bahan jeans. Bahkan celana jeans pun sudah banyak variasi modelnya, mulai dari model flare sampai dengan model skinny yang sedang tren saat ini. Pantas jika jeans mendapat gelar “The Fashion Survivor”.

Jeans merupakan salah satu produk pakaian yang sangat fenomenal baik dikalangan pria maupun wanita. Awalnya jeans lebih akrab bagi kalangan pria, tapi seiring perkembangannya wanita pun bisa mengenakannya.

Awalnya jeans memang dibuat dengan sebuah pemikiran sederhana, yaitu bagaimana membuat celana yang kuat dan bisa digunakan untuk menambang. Anehnya jeans justru berkembang menjadi sebuah fenomena fashion yang tak lekang dimakan zaman, bahkan di tahun 1970-an, jeans sempat menjadi salah satu simbol pemberontakan terhadap kemapanan dan kaum parlente.

Karena perkembangan fashion terus up to date, jeans sudah menjadi pakaian yang umum di semua kalangan. Terbukti dari lingkungan sekitar kita yang banyak menggunakan jeans bahkan menyebar sampai seluruh dunia.

Jeans dalam bentuk apapun sudah melekat  dengan kita. Tidak sekadar sebagai pelengkap fashion, jeans  sudah menjadi bagian dari fashion itu sendiri.
Jeans  sudah berkembang ke bentuk yang belum sempat terpikir oleh mereka yang punya andil menciptakan celana jeans pertama kali.

PEMBAHASAN

Denim itu awalnya adalah sebuah bahan yang berasal dari sebuah kota di Prancis, bernama Nimes. Awalnya bahan ini disebut Serge de Nimes, lalu kemudian dipersingkat menjadi denim (de nimes). Denim merupakan material kain yang kokoh terbiuat dari katun twil. Dulu denim sebenarnya merupakan paduan dari wool dan cotton atau wool dan silk, tetapi setelah abad 19, hanya memakai cotton saja. Warna biru dari jeans merupakan hasil dye dari tanaman indigo yang telah dipergunakan sejak 2500 SM. Pabrik-pabrik jeans mengimport indigo plant dari India sampai akhirnya karena permintaan produk yang tinggi dan untuk menjadikan produk ini lebih ekonomi maka dibuatlah sintetik indigo, sintetik indigo itu sendiri ditemukan oleh Adolf von Baeyer pada tahun 1878. Sebuah sumber mengatakan bahwa Indonesia dulu merupakan salah satu penyuplai indigovera (emas biru). Ambarawa dan sekitarnya merupakan ladang terbesar indigovera. Natural indigo yang harganya sangat mahal tetapi masih bisa ditemui pada jeans sekarang. Teksturnya mirip karpet namun lebih tipis dan halus. Pertama kali diciptakan, denim hanya memiliki satu warna yaitu indigo. Tapi seiring berkembangnya zaman, dibuatlah warna-warna lain seperti, hitam, abu-abu, putih khaki dan warna-warna terang diantaranya pink, hijau, biru terang, dan lainnya.

Celana jeans pertama kali dibuat pada tahun 1560-an di kota Genoa, Italia, untuk keperluan angkatan laut setempat. Denim pada mulanya digunakan untuk keperluan pelayaran dan bukan untuk busana. Penggunanya kebanyakan industri pelayaran Perancis dan Republik Genoa yang sekarang menjadi bagian Italia modern. Pada tahun 1800-an di Genoa dicoba membuat celana dari bahan kain denim ini. Ternyata celana dari denim ini banyak yang menyukai tidak hanya masyarakat Genoa melainkan juga warga Perancis. Dari sinilah penyebutan istilah jeans berasal. Masyarakat perancis menamai celana dari denim buatan Genoa dengan nama genes (celana dari Genoa), karena banyak orang yang tertarik dengan barang ini, maka beberapa pedagang dari Inggris dan Amerika ada yang membawa barang ini kembali ke negara mereka, orang Inggris dan Amerika yang menggunakan celana ini melafalkanya menjadi jeans. Jadi jelaslah kain denim itu bahan untuk membuat celana yang dinamai jeans atau di Indonesia disebut jins. Memang baru pada tahun 1850an denim pertama kali digunakan sebagai bahan dasar jeans oleh Levi Strauss sebagai salah satu pionir.

Jeans adalah sebutan khusus bagi celana berbahan denim. Jeans masuk ke Amerika Serikat tahun 1872. Kain celana ini biasa dipakai oleh angkatan laut. Orang Prancis menyebut celana ini dengan sebutan “bleu de Génes“, yang berarti biru Genoa.

1 2

Meski tekstil ini pertama kali diproduksi dan dipakai di Eropa, tetapi sebagai fashion, jeans dipopulerkan di AS oleh Levi Strauss, seorang pemuda berusia dua puluh tahunan yang mengadu peruntungannya ke San Francisco sebagai pedagang pakaian. Ketika itu, AS sedang dilanda demam emas. Hingga akhirnya, sampai di California semua barangnya habis terjual, kecuali sebuah tenda yang terbuat dari kain kanvas. Kain kanvas ini dipotongnya dan dibuatnya menjadi beberapa celana yang dijual pada para pekerja tambang emas.

Dan ternyata para pekerja menyukainya karena celana buatan Strauss tahan lama dan tak mudah koyak. Merasa mendapat peluang, Strauss menyempurnakan “temuannya” dengan memesan bahan dari Genoa yang disebut “Genes”, yang oleh Strauss diubah menjadi “Blue Jeans”. Di sinilah para penambang lebih menyukai celana buatan Strauss dan “menobatkan” celana itu sebagai celana resmi para penambang.

Para penambang emas itu menyebut celana Strauss dengan sebutan “those pants of Levi`s” atau “Celana Si Levi”. Sebutan inilah yang mengawali merek dagang pertama celana jeans pertama di dunia. Naluri bisnis Strauss yang tajam membuatnya mengajak pengusaha sukses Jacob Davis untuk bekerja sama, dan pada tahun 1880 kerja sama itu melahirkan pabrik celana jeans pertama.

Dan produk desain mereka yang pertama adalah “Levi’s 501“. Dengan alasan dikhususkan bagi para penambang emas, Celana ini memiliki 5 saku, 2 di belakang dan 2 di depan, dan 1 saku kecil dalam saku depan sebelah kanan. Setiap saku memiliki fungsi masing-masing. Saku kecil ini dirancang untuk menyimpan butiran – butiran emas yang berukuran kecil.

Gaya busana tahun 1980 mengalami perubahan yang sangat besar. Terutama perkembangan jeans. Konsep fashion celana jeans mencerminkan karakter daerah, seni, budaya, gaya hidup, musik, figure, dan ikon fashion di inggris pada era 80-an.

Jeans atau denim di tahun itu didaulat menjadi lambang kebebasan dan mode yang terinspirasi dari jalanan. Hampir setiap komunitas seperti punk, funky, rock and roll, bahkan Ivy league yang lebih mapan dan terpelajar menggilai jeans

Naiknya pamor jeans ke kalangan selebritis dimulai tahun 1930 ketika John Wayne – aktor terkenal Hollywood – memakainya dalam film koboi. Pada Perang Dunia II pun para serdadu Amerika memakai jeans kalau mereka sedang istirahat dari tugas.

 Puncak ketenaran jeans adalah pada tahun 1955 ketika James Dean memakainya dalam film Rebel Without a Cause. Ini menjadi simbol perlawanan kaum muda saat itu. Bahkan beberapa sekolah di Amerika sampai harus melarang muridnya memakai jeans.

1

James Dean : Rebel Without a Cause

Film ini bercerita tentang seorang anak muda yang memberontak terhadap hal hal disekitarnya, seperti melawan orang tuanya, melanggar peraturan sekolah dan lain lain. Salah satu atribut yang digunakan oleh James Dean adalah celana blue jeans.

Film ini berdampak besar pada perkembangan denim dalam American pop culture karena setelah film ini dirilis anak muda mulai melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan James Dean, salah satunya dengan menggunakan jeans.

Pada saat itu,anak-anak muda yang menggunakan jeans dilarang memasuki fasilitas umum, seperti bioskop, perpustakaan, sekolah dll, tetapi anak anak muda tersebut tetap menggunakan celana jeans dibanding menggunakan celana bahan yang merupakan celana “normal” pada saat itu.

Pada era 60-an dan 70-an hippies merajalela, jeans mulai dimodifikasi mengikuti fashion saat itu. Jeans dibordir, didesain dengan nuansa psychedelic (model jeans dengan pola warna-warna terang), dan juga dicat. Di negara-negara non-Barat jeans susah didapatkan.

Pada era 80-an, Jeans mulai menjadi high fashion saat para perancang top dunia seperti Giorgio Armani, Calvin Klein dan Versace mulai menciptakan jeans dengan gaya mereka sendiri dan menggunakan label mereka. Mereka berhasil mengangkat jeans sebagai bahan yang tampil anggun dengan rancangan mereka dan menjadikan jeans sebagai high fashion clothing dan pasarnya terus meningkat.

Haute couture adalah istilah dari Perancis yang berarti ‘high sewing’ atau ‘high fashion’. Haute couture biasanya dibuat untuk kostumer tertentu, terbuat dari bahan dengan kualitas tinggi, mahal dan dijahit dengan detil yang ekstrim. Butuh waktu yang lama dan teknik luar biasa untuk membuat sebuah haute couture.

High fashion adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan mode yang trend-setting, unik, dan eksklusif.

Celana jeans belel ini di Amerika Serikat (AS) dikenal dengan sebutan stone washed jeans. Kali pertama jenis jeans ini diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1982. Lain halnya dengan Diesel, selain belel, celana Diesel ditambah dengan aplikasi robek-robek kecil pada lokasi-lokasi yang strategis. Hal ini sesuai dengan perkembangan warna-warna mode dunia yang mengarah pada kusam, kotor, berdebu atau dusty juga gaya industrial.

Sejak dikenalkan model ini, bermunculan berbagai merek lainnya yang menggunakan bahan kimia sama untuk memberi efek warna yang memudar pada celana panjangnya. Sebut saja merek seperti Calvin Klein, Guess, dan Gloria Vanderbilt.

Pada tahun ini teknologi memegang peran utama dan membuat segala sesuatunya menjadi serba instan dalam produksi masal. Semua produk fashion dapat terdistribusi secara merata. Bermunculannya produk kecantikan dan fashion serta pengaruh media masa yang begitu kuat seperti iklan  juga turut memperluas makna fashion itu sendiri. Selain itu aliran dan jenis musik mulai muncul dengan gaya khas dan karisma yang mempengaruhi gaya hidup pada saat itu. Masih dipengaruhi oleh budaya Punk, New Wave menawarkan gaya berbusana yang lebih diterima khalayak umum ketimbang Punk. Pengaruh televisi dan film yang lebih mudah terjangkau menyebabkan budaya ditahun 1980 lebih cepat tersebar. Pengaruh musik dari Inggris masih mendominasi, semacam Elastica dan grup beraliran Britpop lain.

Dari perkembangannya bahan denim bisa dibilang sebagai tren yang tidak ada akhirnya, karena terus berkembang dan digemari sampai sekarang. Kedepannya dapat dipastikan akan bermunculan banyak kombinasi dan penggunaan baru dari bahan denim ini.

Bahan celana denim berjenis raw material akan selalu digemari pecinta denim klasik. Denim berbahan mentah ini disukai karena efek yang dihasilkan semakin lama akan semakin mengikuti bentuk tubuh pemakainya, sehingga akan semakin nyaman dan tampak trendi saat dikenakan. Selain itu denim berbahan mentah ini semakin disukai karena bisa memberi kebebasan pemakainya untuk membuat efek secara natural. Bahan ini memang belum diberikan proses apapun ketika diproduksi, seperti stone wash, whisker, acid wash, dan lain sebagainya. Zaman dahulu memang belum diberikan efek hingga pada tahun 1970-an ditemukan ide untuk membuat jeans yang sudah diproses dan populer sampai sekarang. Namun kini, tren-nya kembali lagi ke masa lampau.

1 2

Desain jeans juga akan berkembang, tidak hanya sebagai pakaian saja tapi  dapat berkembang menjadi tas, sepatu, aksesoris fashion, aksesoris interior, dan sebagainya.

Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, jeans kian berkembang sehingga efek denim bisa dibuat oleh manusia dengan bahan kimia serta bantuan alat modern.

PENUTUP

Fashion selalu berubah-ubah seiring berjalanya waktu kadang menciptakan sesuatu yang baru atau kembali ke masa lalu. Perkembangan fashion tentu saja disebabkan kebutuhan dan juga lingkungan yang berbeda. Salah satunya jeans.

Evolusi jeans pun terus berlanjut sejak satu abad yang lalu hingga sekarang. Sekarang ini banyak sekali inovasi i tren fashion yang menggunakan bahan jeans. Selain dari sisi bahan yang semakin beragam, semakin banyak pula item yang bisa dipadupadankan dengan jeans.

Jeans dapat berkembang sampai saat ini karena dapat digunakan dari berbagai usia, kelas sosial, dan etnis, dapat juga digunakan dalam berbagai kesempatan dari acara formal sampai non formal. Jeans terlihat santai dan nyaman saat digunakan. Jeans terbuat dari bahan yang serba guna, kuat, tahan lama, enak dipakai, fashionable, hangat, dan sebagainya. Denim adalah sebuah komponen besar dalam industri fashion.

Jeans -dalam bentuk apapun- sudah melekat  dengan kita. Tidak sekadar sebagai pelengkap fashion, jeans  sudah menjadi bagian dari fashion itu sendiri.
Jeans  sudah berkembang ke bentuk yang (mungkin) belum sempat terpikir oleh mereka yang punya andil menciptakan celana jeans pertama kali.

Dalam perkembangannya Jeans tidak hanya digunakan untuk celana saja,  banyak perancang kelas dunia maupun nasional menginovasikan bahan jeans ini menjadi celana pendek, jaket, rok, vest atau rompi, bando, sepatu dan lain-lain nya. Di era globalisasi yang maju seperti sekarang bahan jeans juga masih termasuk gaya yang trendy dan fashionable, perkembangan jeans dari zaman ke zaman semakin inovatif dan makin berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Baugh, Hail, 2011. The Fashion Designer’s textile directory, the creative use of fabrics in design; thames and Hudson

Mendes, and de la Haye, Valerie, and Amy (2010). Fashion Since 1900. London: Thames & Hudson Ltd. p. 224-248.

Craik, Jennifer (2005). Uniforms Exposed (Dress, Body, Culture). Oxford, UK: Berg Publishers. p. 171. ISBN 1-85973-804-4.

Browne, Ray B.; Browne, Pat (15 June 2001). The Guide to United States Popular Culture. Popular Press. pp. 357–. ISBN 978-0-87972-821-2. Retrieved 11 August 2012.

Lauraine Leblanc. Pretty in Punk: Girls’ Gender Resistance in a Boys’ Subculture. Rutgers University Press, 1999. P. 52

“Return of the perm: Big hair leads the Eighties’ comeback”. London: Daily Mail. 2 March 2008. Retrieved 10 August 2012.

Welters, Linda; Cunningham, Patricia A. (20 May 2005). Twentieth-Century American Fashion. Berg. pp. 223, 337. ISBN 978-1-84520-073-2. Retrieved 10 August 2012.

Textile Exchange FastFacts : Textile and Product Waste

Majalah Gadis No.23 XXXVII edisi 24 Agustus-2 September 2010

Bateman, Antony; Benyahia, Sarah Casey Casey; Mortimer, Claire (23 May 2012). AS Media Studies: The Essential Introduction for WJEC. Routledge. p. 111. ISBN 978-0-415-61334-7. Retrieved 10 August 2012.

Steinberg, Shirley R.; Kehler, Michael; Cornish, Lindsay (17 June 2010). Boy Culture: An Encyclopedia. ABC-CLIO. p. 95. ISBN 978-0-313-35080-1. Retrieved 10 August 2012.

Wikipedia.com

Fashion-Era.com

http://wolipop.detik.com/read/2012/11/20/074543/2095247/233/denim-jeans-serupa-tapi-tak-sama?991104topnews

http://kaincraft.multiply.com/journal/item/8

http://www.skwirk.com.au/p-c_s-14%20_u-189_t-509_c-1888/1980s—decade-in-context/nsw/history/australia’s-social-and-cultural-history-in-the-post-war-period/social-and-cultural-features-of-the-1980s

http://degabriel-phose.blogspot.com/2009/11/awal-mula-sejarah-fashion.html

http://voguenist.blogspot.com/2013/03/tren-fashion-dari-masa-ke-masa_14.html

http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/27/penduduk-masyarakat-dan-kebudayaan-503906.html

http://www.kawankumagz.com/read/haute-couture-yang-luar-biasa (diakses 14 Juni 2015)

http://www.wetpaint.com/2010-10-26-what-is-high-fashion/ (diakses 14 Juni 2015)

Loading...