Pertunjukan Dramatari Wayang Wong Banjar Dentiyis Dalam Ritus Upacara Agama Hindu Di Desa Pakraman Batuan-Gianyar

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Dosen Prodi Tari FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Berbagai jenis pertunjukan drama tari di Bali, merupakan kekayaan seni budaya tak benda yang tidak ternilai harganya. Beragam warisan seni budaya adi luhung ini masih mampu menunjukan geliatnya di tengah-tegah arus global yang kini melanda dunia. Wujud usaha tersebut tidak terlepas dari peran serta masyarakat sebagai penyangga utama daripada keseniannya, pun demikian ritus upacara kegamaan Hindu Bali yang selalu menyertakan pertunjukan kesenian, yang salah satunya wayang wong sebagai bagian tarian bebali, berdampak makin tetap ajegnya salah satu drama tari ini. Khususnya wayang wong di Banjar Dentiyis Batuan Gianyar, tidak diketahui secara pasti kapan munculnya, namun keberadaannya sangat di sakralkan, dan dipercaya mampu memberikan dampak aura/ vibrasi positif bagi kehidupan mereka. Generasi muda di banjar setempat sangat antusias melestarikan kesenian ini, di samping beberapa jenis kesenian lainnya yang berkembang hingga kini.

Kata kunci: Wayang Wong, Dentiyis- Batuan, Bebali

Abstract

Various types of dance drama performances in Bali, is a wealth of intangible cultural art that is priceless. Diverse cultural heritage adi noble art is still able to show stretching in the global flow tegah now engulfing the world. The form of these efforts can not be separated from the role of the community as the main buffer rather than art, even so rite of religious ceremonies in Bali that always include art performances, one of which wayang wong as part bebali dance, the more impact remains steady one of this dance drama. Particularly the wayang wong in Banjar Dentiyis Batuan Gianyar, it is not known exactly when it appears, but its existence is in the sacred, and is believed to give an aura impact / vibration positive for their lives. The younger generation in the local banjar very enthusiastic about preserving this art, in addition to some other type of art that is growing ever since.
Keywords: Wayang Wong, Dentiyis- Batuan, Bebali

Selengkapnya dapat unduh disini

SEAMEO SPAFA Gelar “Workshop” di ISI Denpasar Kupas Seni Berkaitan dengan Agama Hindu

SEAMEO SPAFA Gelar “Workshop” di ISI Denpasar Kupas Seni Berkaitan dengan Agama Hindu

Sumber : Bali Post, Senin Wage 29 Mei 2017

INSTITUT Seni Indonesia (ISI) Denpasar dipercaya sebagai penyelenggara Seminar dan Workshop South East Asian Minister of Education. Organization Regional Center for Archaeology and Fine Arts(SEAMEO SPAFA). Kali ini kegiatan tersebut mengusung tema “Hindu Arts in Southeast Asia” diikuti perwakilan negara anggota ASEAN serta undangan lainnya yang digeiar di Gedung Cita Kelangen, Kampus ISI Denpasar, Jalan Nusa Indah, mulai Minggu (28/5) kemarin hingga Rabu (31/5) lusa.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. Gede Arya Sugiartha membuka acara tersebut, dilanjutkan Ida Rsi Bujangga Weisnawa Dwija Hari Murti dari Geria Dwija Batur Tonjaya, Tonja, Denpasar dan Centre Director SFAMEO SPAFA Dr. M.R. Rujaya Abhakorn sebagai pembicara utama.

Prof. Arya Sugiartha mengatakan, seminar dan workshop merupakan salah satu rangkaian kegiatan EAMEO SPAFA. “SEAMEO SPAFA adalah organisasi menteri-menteri pendidikan di kawasan ASEAN. Salah satu centre-nya adalah SPAFA. Kebetulan saya ditunjuk sebagai wakil dari Indonesia,” ujarnya.

Rangkaian kegiatan ini dilakukan sejak lama, terutama dalam bidang seni yang ada kaitannya dengan agama Hindu dan kali ini dipilih tempatnya di Bali. Pasalnya, mereka melihat untuk agama Hindu, Bali seperti lumbung hidupnya Hindu. Kegiatan diikuti 11 wakil negara ASEAN dan pribadi sehingga jumlah pesertanya banyak. “Selain ajang bertukar informasi, nantinya ada narasumber umum seperti Bapak Ardika yang membahas tentangbagaimana Hindu di Indonesia. Akan ada workshop tari dan musik Bali yang ada kaitannya dengan Hindu,” ungkapnya.

Para peserta juga diajak mendalami subak dikaitkan dengan seni. Ada pula kegiatan temple festival terutama melihat proses odalan di Bali. Ini memberikan pengalaman bagi mereka dan mengenal bagaimana kehidupan seni-seni Hindu di Bali. “Pada sesi terakhir mereka akan presentasi menceritakan bagaimana seni di masing-masing negaranya,” papar Arya Sugiartha. la berharap seni tidak sebatas hiburan tetapi berfungsi mengasah sensibelitas rasa pada manusia. Dengan demikian peranan seni juga untuk segi spiritual dan mendamaikan jiwa. Itu yang akan diperkenalkan dan seperti itulah Hindu di Bali dalam setiap kegiatan ritual yang nantinya akan menjadi masukan bagi negara-negara ASEAN. Seni berkaitan dengan agama memang benar-benar mengasah jiwa masyarakat untuk memberikan semacam pencerahan jiwa sehingga bisa lebih fokus.

“ISI Denpasar sebagai salah satu perguruan Seni akan dikembangkan ke depannya tidak hanya seni modern atau Seni kreatif tetapi juga menggali dan memelihara seni-seni tradisi. Pqling tidak dari paparan mereka, kami mendapat bahan referensi,” tegas Arya Sugiartha

Memaknai “Ulun Danu” dalam Kebudayaan Bali

Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 pada 2017 bertemakan Ulun Danu (hulu danau). Tema Ulun Danu ini mengandung pesan kepada seluruh rakyat Bali, agar turut berperan serta dalam upaya melestarikan air sebagai sumber kehidupan. Sebagai sumber air yang besar, danau-danau yang ada di Bali agar terus dilestarikan dan dijaga. Tema tersebut diharapkan bisa menjadi refleksi kehidupan dengan membangun kesadaran masyarakat dalam memuliakan dan menghargai air sebagai sumber kehidupan dan peradaban manusia. Beberapa peradaban purba di dunia diketahui membangun peradabannya dekat dengan sumber air, seperti peradaban Mesir kuno dekat Sungai Nil, peradaban Mesopotamia (Irak purba) di dekat Sungai Tigris dan Eufrat. Mohenjo-Daro dan Harappa yang merupakan peradaban India purba, peradabannya di bangun di dekat Sungai Indus (Sindhu). Peradaban Bali menurut pada prinsipnya juga dibangun oleh “peradaban air”. Agama Hindu dimulai dari sisi Sungai Sindhu di India dan berkembang dari Sungai Sindhu ke wilayah sekitarnya, hingga menyebar keluar India dan sering disebut Agama Tirtha. Oleh karena itu, umat Hindu memuliakan dan menghargai air sebagai sumber kehidupan. Tujuan hidup menurut Hindu adalah mencari amerta, kehidupan yang langgeng, lepas dari kesengsaraan (suka tan pawali duka). Hal itulah yang menyebabkan agama Hindu sangat memuliakan air. Dalam keyakinan masyarakat Hindu Bali, gunung-gunung dan danau merupakan tempat yang suci, stana para Dewa. Pada naskah Purana Bali, disebutkan bahwa Danau Batur adalah Kahyangan Betari Uma, Danau Buyan adalah Kahyangan Betari Gangga, Danau Beratan merupakan Kahyangan Betari Laksmi dan Danau Tamblingan adalah Kahyangan Betari Sri.

Kata Kunci: Hulu Danau, Peradaban Air, Agama Tirta, Amertha.

 

 Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...