Menaklukkan Rasa Takut (Fear) Dalam Membangun Karakter Anak Didik

Kiriman : Dr. N.K. Dewi Yulianti, S.S., M.Hum. (Dosen FSP ISI Denpasar)

Abstrak

          Tulisan ini dimaksudkan untuk melatih diri dalam mengendalikan rasa takut yang merupakan kendala dalam proses pendidikan baik bagi anak didik maupun pendidik. Rasa takut yang sering datang umumnya terjadi karena ketidakmampuan pikiran mengendalikan keakuan palsu atau false ego di dalam diri sehingga pikiran terperangkap dalam rasa takut.

Tulisan ini membahas dua hal signifikan dalam upaya menaklukkan rasa takut dalam diri, yaitu (1) Bagaimanakah rasa takut yang menjadi musuh dalam diri dan (2) Bagaimana cara menaklukkan rasa takut dalam diri untuk keberhasilan pendidikan karakter. Analisi kedua topik ini dilakukan melalui studi pustaka (library research) dan merupakan penelitian empiris penulis.

Selengkapnya dapat unduh disini

Motivasi Kreatif dalam Proses Pembelajaran Seni Tari

Kiriman : Siluh Made Astini dan Ni Wayan Iriyani (Program Studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar)

Abstrak

            Berbicara tentang proses pembelajaran kreatif, tidak lepas dari strategi yang diterapkan. Beberapa dari guru tari baik yang mengajar di sekolah maupun di sanggar-sanggar tari mengatakan strategi yang diterapkan hanya sebatas memberikan tekhnik dasar tari dan hapalan gerak dari materi tari yang diajarkan. Pada hal masih ada beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh guru-guru tari untuk mengefektifkan proses pembelajaran tari. Seni tari yang menggunakan tubuh sebagai alat dan gerak medianya dapat menumbuhkan kreatifitas dan sensibilitas bagi siswa. Gerak yang terdapat pada setiap siswa adalah ekspresi dari pengalaman emosional mereka. Dengan demikian gerak tari yang dimaksud adalah gerak yang sudah mengalami stilisasi dan distorsi.Bandem (1971: 24) mengatakan tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah serta diikat oleh nilai-nilai kultural dan kelompok individu yang mendukungnya.

Kegiatan belajar mengajar dapat terjadi apabila siswa ada perhatian dan dorongan terhadap stimulus belajar. Untuk itu, maka guru harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa. Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar pada siswa dilakukan guru sebelum mengajar dimulai, pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar terutama pada saat siswa melakukan kegiatan belajar, saat-saat kondisi siswa mengalami kemunduran. Perhatian siswa terhadap stimulasi belajar dapat diwujudkan melalui beberapa upaya seperti penggunaan media pembelajaran, memberikan pertanyaan pada siswa, membuat variasi belajar pada siswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda sifatnya dengan cara sebelumnya, memberikan stimulus dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan.

Kata kunci: Motivasi kreatif, Pembelajaran,Seni tari.

Selengkapnya dapat unduh disini

SIWA NADA : ENSIKLOPEDI MUSIK DUNIA

Kiriman :  Wardizal (Dosen FSP ISI Denpasar)

Abstrak

            Artikel ini merupakan inti sari dari penelitian penulis tentang gamelan Siwa Nada: Sebuah barungan gamelan baru ciptaan I Wayan Sinti. Secara subtantif, hal yang ingin dikemukakan dalam tulisan ini adalah, proses kreatif I Wayan Sinti dalam menciptakan gamelan Siwa Nada; sebuah bentuk barungan gamelan baru yang berfungsi sebagai ensiklopedi musik dunia. Data dan fakta dalam tulisan ini, secara keseluruhan didasarkan pada hasil wawancara yang penulis lakukan dengan I Wayan Sinti sebagai narasumber utama dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa gagasan dan pemikiran I Wayan Sinti dalam menciptakan gamelan Siwa Nada lebih didasarkan kepada proses kreatif inovatif untuk menunjang proses kreativitas dalam berkesenian. Secara subtantif, barungan gamelam Siwa Nada berbentuk bilah dan terbuat dari bambu, kayu dan kerawang. Sinti mempunyai simbol-simbol tersendiri terhadap gamelan Siwa Nada yang diciptakan, baik penamaan instrumen maupun sistem penulisan notasi dan tangga nada.

Kata kunci: Siwa Nada, Ensiklopedi, Musik Dunia

Selengkapnya dapat unduh disini

“SEKALA NISKALA” KONSEP KESEIMBANGAN HIDUP MASYARAKAT HINDU BALI UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DALAM KARYA INSTALASI FOTOGRAFI

Kiriman : I Made Saryana (Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar) 

Abstrak

Berawal dari membaca sebuah buku tentang pengaruh globalisasi terhadap masyarakat Bali, yang diawali dengan dikembangkannya pariwisata budaya pada tahun 1950-an. Berdirinya hotel pertama bertingkat sepuluh di Sanur oleh presiden Soekarno, menandakan bahwa Bali sudah siap dengan kunjungan wisata dari berbagai belahan dunia. Seiring berjalannya waktu pariwisata Bali semakin berkembang pesat. Bersamaan dengan itu pula prilaku masyarakat Bali kini telah berubah pula. Banyak hal yang paradok terjadi  seperti: dulu masyarakat Bali terkenal ramah, kini banyak yang berubah menjadi pemarah, penipu serta pembohong. Dulu Bali dianggap daerah yang aman dan damai kini justru banyak terjadi pencurian, pembunuhan serta peredaran narkoba. Predikat Bali sebagai sorga terakhir bagi wisatawan, berubah menjadi sorga bagi penjahat. Kini masyarakat Bali cendrung  konsumtif dan konsumerisme. Hal tersebut terjadi karena masyarakat Bali mulai melupakan falsafah hidupnya yang percaya dengan adanya sesuatu yang sekala (kasat mata) dan niskala (maya). Agama Hindu Bali percaya dengan Panca Srada yaitu: Percaya adanya Tuhan, atman, reinkarnasi, karmaphala dan moksa. Untuk mencapai jagatdhita penting sekali adanya keseimbangan antara dua dunia yang sekala dan niskala,dengan menjalin hubungan harmonis antara Tuhan, Manusia dan Alam (Tri Hita Karana). Melihat fenomena seperti ini pencipta mencoba untuk mengingatkan kembali atau berupaya memberikan penyadaran melalui karya seni instalasi fotografi dengan konsep sekala dan niskala, agar falsafah hidup masyarakat Bali tetap melandasi setiap tingkah lakunya dalam menghadapi pengaruh globalisasi.

        Bedasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannyaadalah: 1. Bagaimana memvisualisasikan sekala niskala dalam karya instalasi fotografi yang menarik dan kreatif, 2. Bagaimana memanfaatkan medium untuk mengartikulasikan ide yang dapat mencerminkan upaya penyadaran tentang pentingnya memahami sekala niskala yang seimbang untuk kesejahteraan hidup.

Metode yang digunakan dalam memvisualisasikan ide tersebut adalah observasi, eksplorasi, pemotretan, eksperimen, perwujudan dan pameran.

Tujuan dan manfaat penciptaan adalah sebagai media penyadaran, menciptakan karya yang kreatif, meningkatkan proses belajar mengajar, peningkatan kompetensi mahsiswa dan mengembangkan fotografi seni. Penciptaan ini manfaatnya: dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat Bali tentang pentingnya sekala dan niskala, memberikan kepuasan batin bagi pencipta, menambah wawasan pengetahuan mahasiswa serta memberikan sumbangan pengetahuan pada masyarakat Bali.

Kata-kata kunci: Sekala Niskala, Instalasi Fotografi, Keseimbangan dan Kesejahteraan Hidup

Selengkapnya dapat unduh disini

EKSISTENSI DRAMATARI WAYANG WONG DESA BUALU KUTA SELATAN BADUNG DALAM ERA GLOBALISASI

Kiriman : I Kt. Suteja (Dosen FSP ISI Denpasar) 

ABSTRAK

            Daerah Bali sebagai salah satu pusat pariwisata Indonesia, komunikasi, dan interaksi internasional sangat rentan dengan pengaruh budaya global yang mengarah pada perubahan pola pikir, prilaku, tata ruang, struktur masyarakat, dan yang lainnya yang bersifat kompetitif. Perubahan secara total pada ekonomi, sosial, budaya, tata ruang, pola hidup, maka diperlukan media berkesenian guna menyadarkan manusia Bali telah dirasuki tatanan baru. Salah satu bentuk kesenian di jaman global ini adalah Wayang Wong Desa Bualu yang masih eksis sampai sekarang. Desa Adat Bualu merupakan daerah pariwisata di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang bergulat dengan persaingan bisnis. Bisnis pariwisata merupakan salah satu bidang yang tidak mungkin membebaskan diri dari perkembangan dan pengaruh format global. Hampir 80% sekaa (kelompok) Wayang Wong Desa Bualu bekerja di sektor pariwisata. Desa Bualu telah dirambah industri pariwisata, kesenjangan berkesenianpun terjadi. Ini bukan memojokan pariwisata sebagai biang kerok dari sikap toleransi berkesenian maupun bermasyarakat. Pariwisata disyukuri dapat menumbuhkan perkembangan perekonomian dan kesejahtraan bagi masyarakat Desa Bualu, namun mereka yang terlibat dalam berkesenian hendaknya mampu menyiasati waktu demi lancarnya pelestarian wayang wong. Solusinya adalah kesepakatan waktu latihan memberi dampak positif  bagi pencapaian tujuan. Dikatakan demikian, karena sampai saat ini semangat mengemban misi pelestarian seni budaya dari leluhur mereka masih kental. Membangkitkan kembali wujud kesenian langka melalui proses revitalisasi yang bertujuan menghidupkan kembali roh Dramatari Wayang Wong Desa Bualu dengan memperhatikan, Konservasi yaitu kemampuan memelihara keberadaan Dramatari Wayang Wong dengan cara mempelajari secara filosofi maupun teknik dengan baik. Adaptasi adalah penyesuaian terhadap situasi perkembangan zaman yang menyebabkan penyesuaian itu dapat berfungsi lebih baik bagi masyarakat. Terakhir, menghidupkan kembali roh Dramatari Wayang Wong ke arah kemajuan atau lebih meningkat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Kata kunci: Eksistensi, globalisasi, Dramatari Wayang Wong.

Selengkapnya dapat unduh disini

POTRET POLITIK DALAM NOVEL SIRKUS POHON KARYA ANDREA HIRATA

Kiriman : I Nyoman  Payuyasa ( Program Studi Produksi Film dan Televisi, FSRD ISI Denpasar )

Abstrak

Tahun 2019 adalah tahun politik yang menjadi ajang perayaan demokrasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Perpolitikan di Indonesia di tahun ini –begitu juga di tahun-tahun sebelumnya– mengalami berbagai pergejolakan. Fenomena seperti perselisihan akibat dari perbedaan pilihan sampai pada isu yang sangat kontroversial, yaitu isu sara terjadi di tengah masyarakat. Fenomena percaturan politik menjadi suatu hal yang menarik yang diangkat sebagai materi sebuah karya, termasuk karya sastra novel. Berkaitan dengan situasi dan kondisi politik tanah air tergambarkan dengan menarik dalam novel Andrea Hirata yang berjudul Sirkus Pohon. Nilai perpolitikan yang tercermin dalam novel ini seharusnya dapat dijadikan sebagai sebuah bahan refleksi danm evauasi bersama. Dalam novel Sirkus Pohon tergambarkan potret perpolitikan berupa rayuan para politikus, janji-janji yang begitu megah, keramahan, masa kampanye yang jadi ajang kemurahan hati, adalah kenyataan yang sering terjadi dan terulang setiap masa kampanye. Tidak bisa dimungkiri bahwa cerita tentang politik dalam novel ini benar adanya terjadi di tengah masyarakat. Ini adalah sebuah pembelajaran dan refleksi bagi masyarakat untuk bisa kritis melihat sebuah peristiwa politik.

Kata kunci : Sirkus Pohon, Potret politik

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...