Oleh I Wayan Suharta Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Keberadaan kebudayaan Bali mencakup unsur-unsur yang sangat banyak dan beragam, salah satu diantaranya adalah unsur upacara. Upacara-upacara di Bali adalah merupakan suatu mata rantai yang tak dapat terpisahkan antara tatwa dan filsafat yaitu merupakan tujuan dari ajaran agama Hindu, serta susila adalah aturan-aturan yang patut dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur-unsur universal ajaran agama Hindu dimana antara unsur yang satu dengan yang lainnya harus saling dipahami dan ditaati secara terpadu serta tidak terpisahkan (Swarsi, 2003 : 1).
Cukup beralasan dan masuk akal, karena sebagian besar siklus kehidupan orang Bali dikendalikan oleh kegiatan-kegiatan yang relegius. Dalam menjalankan kegiatan tersebut terlihat bahwa kehadiran hakekat yang tertinggi selalu mendapat porsi yang dominan dan menonjol. Mereka percaya bahwa dengan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan hakekat yang tertinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa berserta segala ciptaannya, mereka akan berhasil dalam setiap pekerjaan sesuai dengan dharmanya.
Sebagai intisari dari pandangan dan konsep hidup inilah timbul paradigma tentang tiga keseimbangan hidup yang kemudian disebut Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Konsep ini mengajarkan agar selalu dijaga keseimbangan dan keselarasan hidup antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan alam lingkungannya dan keseimbangan hidup antara manusia dengan sesamanya (Tim Penyusun Pemda Tk. I Bali, 1992 : 32). Sebagai realisasi dari ketiga konsep ini, dilaksanakan melalui berbagai cara seperti pembacaan mantra dan doa-doa, menyanyikan lagu-lagu pujaan dan menyelenggarakan upacara yang disebut yadnya.
Sesuai dengan ajaran agama Hindu, yadnya berarti sebagai suatu korban suci secara tulus ikhlas tanpa pamrih. Yadnya merupakan sarana untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai perbuatan mulia untuk menjaga keseimbangan dan tercapainya tujuan hidup di dunia akhirat. Oleh sebab itu hampir setiap hari dapat dijumpai orang melaksanakan yadnya dari tingkat yang terkecil seperti yadnya sesa hingga yang terbesar seperti upacara Eka Dasa Rudra di pura Besakih. Indikasi ini menunjukan adanya berbagai bentuk dan pelaksanaannya, yang secara garis besarnya ada lima jenis yadnya yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu di Bali disebut Panca Yadnya, meliputi ; Bhuta Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya dan Dewa Yadnya.