Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni)
Seni kerajinan logam merupakan salah satu ekspresi budaya masyarakat Bali yang telah ditekuni sejak zaman Bali kuna. Aktivitas rutinitas membuat kerajinan logam ini termuat dalam prasasti Bulian yang tersimpan di Desa Banu Bwah, mencatat beberapa peralatan yang terbuat diri bahan logam seperti kris (keris), wadung (kapak), linggis (alat pencongkel), lukai (sabit), sasap (semacam tajak), dan zirah (Kurug). Bahkan dalam prasasti juga dimuat pande mas, pande besi, dan pande tembaga. (Tista, 1986: 99). Keterampilan membuat kerajinan logam ini, adalah warisan leluhur yang pada saat ini masih ditekuni oleh perajin yang keberadaannya tersebar di daerah pedesaan atau kecamatan yang ada di Bali. Salah satunya adalah Kabupaten Klungkung terabadikan perajin-perajin yang memiliki keterampilan membuat kerajinan dari bahan logam.
Secara garis besar seni kerajinan logam di daerah Klungkung terdiri dari kerajinan pande besi, kerajinan kuningan serta kerajinan mas dan perak. Kerajinan pande besi lebih banyak memproduksi produk perlengkapan peralatan rumah tangga. Namun ada juga beberapa pande besi di daerah Kusamba kecamatan Dawan Klungkung yang khusus memproduksi keris. Sementara untuk kerajinan kuningan, mas dan perak lebih banyak berkembang di daerah Kamasan, dan desa Budaga. Macam dan jenis produk yang dihasilkan beraneka ragam. Khususnya di lingkungan Banjar Pande desa Kamasan, perajin lebih banyak memproduksi produk kerajinan perak berupa peralatan upacara keagamaan seperti, bokor, sangku, wanci, payung pagut, dan lain-lain.
Daerah-daerah yang merupakan sentra seni kerajinan logam dan industri-industri kecil lainnya, telah memberikan sumbangan esensial bagi pengayaan dan pelestarian identitas budaya bangsa. Seni kerajinan logam sebagai ungkapan kreativitas budaya masyarakat telah memberikan peluang bagi masyarakat di daerah Klungkung untuk bergerak, mencipta, memelihara, menularkan, dan mengembangkan keahliannya, dengan menciptakan bentuk-bentuk produk baru. Produk-produk kerajinan yang diproduksi sebagian besar diperuntukkan untuk sarana upacara adat keagamaan.