Seni Dalam Kehidupan Sosial di Kota Mataram

Jun 17, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Gede Yudarta, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Fenomena umum menandakan bahwa masyarakat Bali baik secara individu maupun berkelompok, dimanapun mereka berada dan bertemu akan berinteraksi, berkomunikasi atau berhubungan secara intens. Apalagi keberadaan mereka dalam kelompok yang besar kebersamaan, sifat gotong royong dan kerja sama, menjadi bagian dari kehidupan sosial mereka. Salah satu dari berbagai media komunikasi yang dipergunakan dalam kehidupan sosial adalah melalui kesenian Sebagaimana dikatakan Sumandyo Hadi (2000:332) seni menyandang fungsi sosial yaitu yang bersifat manusiawi, karena hakekat seni adalah untuk dikomunikasikan, berarti untuk dinikmati, ditonton, didengar,atau diresapkan. Kehadiran  seni mencakup tiga faktor yang saling berhubungan yakni si pencipta, karya seni, dan pengamat atau penonton. Ketiga faktor itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Terkait dengan penjelasan tersebut, masyarakat selaku penikmat seni merupakan salah satu faktor yang juga penting dalam menjaga kelestarian dan perkembangan seni itu sendiri. Dalam konteks ini, masyarakat dapat memanfaatkan seni dalam berbagai aktivitas sosialnya. Kesenian sering dipergunakan sebagai sarana untuk penggalian dana-dana untuk pembangunan, sebagai sarana hiburan, serta memeriahkan berbagai acara seperti pernikahan, bayar kaul, syukuran dan acara lain yang lebih bersifat non religius.

Dalam kehidupan sosial kesenian sering dipergunakan sebagai sarana untuk mempererat hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok baik dalam lingkup yang kecil hingga ruang lingkup yang lebih luas. Di Mataram kesenian Bali ternyata memiliki fungsi yang sangat penting dalam mempererat hubungan antara masyarakat Bali dengan masyarakat Sasak. Pelaksanaan upacara Perang Topat di Pura Lingsar dapat dijadikan indikator eratnya hubungan kekerabatan antara masyarakat Bali dengan masyarakat Sasak. Bahkan di kalangan masyarakat Sasak kesenian Bali mendapat tempat tersendiri dimana hal ini dapat dibuktikan adanya sekaa-sekaa Gong Kebyar seperti sekaa Gong Mekar Jaya di dusun Dasan Montor dan Sekaa Gong Kebon Ayu di Desa Kebon Ayu yang anggotanya dari kalangan masyarakat Sasak. Demikian pula sebaliknya, I Komang Kantun dari dusun Rendang Bajur salah seorang seniman yang nota bene orang Bali sangat menguasai budaya dan kesenian Sasak sehingga dalam beberapa karyanya sangat kental dengan budaya Sasak bahkan kini beliau adalah seorang dalang dari wayang sasak.

Terbukti bahwa melalui kesenian hubungan kemasyarakatan menjadi lebih erat dan terkadang berfungsi untuk meminimalisir konflik yang bernuansa RAS. Melalui seni, kerukunan, toleransi, kebersamaan di kalangan masyarakat Sasak dan Bali sudah mampu diwujudkan di bumi Lombok khususnya di Kota Mataram. Sebagaimana diuraikan Soedarsono dan The Liang Gie, di samping berfungsi dalam ritual keagamaan, kesenian juga berfungsi sebagai pengikat solidaritas, pembangkit rasa solidaritas serta media komunikasi. Terbukti dari fenomena yang ada di lapangan, di representasikannya kesenian Bali oleh sekelompok masyarakat (sekaa Gong) Sasak di wilayah Montor dan Gerung hal ini mencerminkan terjadinya komunikasi yang intens dan harmonis antara masyarakat Bali dan masayarakat suku Sasak dalam berbagai aspek kehidupan khususnya dalam berkesenian.

Seni Sebagai Representasi Estetik

Pembicaraan tentang kesenian tidak akan terlepas dari nuansa estetik karena keindahan (estetika) di samping bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung ,laut, karya seni atau benda-benda seni ciptaan manusia juga yang disebut dengan kesenian juga mengandung nilai keindahan tersendiri. Mengacu pada pandangan Jakob Sumarjo (2000:76), representasi estetik dapat dimaknai sebagai upaya mengungkap dan menikmati nilai-nilai keindahan yang terdapat pada objek seni. Pada umumnya membicarakan masalah objek seni pikiran kita akan menyasar pada karya seni yang dihasilkan oleh seniman. Diciptakannya karya seni tersebut merupakan representasi dari rasa indah yang selanjutnya melalui proses kreatif dituangkan melalui berbagai media.

Nilai-nilai keindahan atau estetika sangat penting karena hal itu akan memberi bobot yang tinggi terhadap sebuah karya seni. Pentingnya keindahan tersebut karena terkadang ada objek seni atau karya seni yang sama sekali tidak mengandung nilai-nilai keindahan. Sebagaimana karya-karya teaterikal jalanan yang disajikan oleh para demonstran yang lazim dipertontonkan beberapa tahun belakangan ini. Karya-karya tersebut lebih distimulasi oleh perasaan emosional sehingga sering dianggap mengganggu ketertiban dan stabilitas moral. Di sini nilai-nilai keindahan dikesam-pingkan dan dikalahkan oleh nilai yang syarat dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan secara emosional. Sebagaimana dikatakan Cassier (1956), seni dalam proses kreatif bukan untuk merangsang emosi sehingga mengganggu stabilitas moral. Efek estetis tidak semata-mata dalam kaitannya dengan keindahan secara langsung, tetapi bagaimana karya seni dapat berperanan dalam menopang masyarakat menuju kemajuan. Ukuran karya seni dengan demikian bukan pada derajat penularannya melainkan intensifikasi dan pencerahan terhadap budi manusia (Kutha Ratna, 2007:15). Searah dengan itu Langer (dalam Kutha Ratna, 2007:16) mengatakan, ekspresi seni bukan ekspresi diri sebab apabila karya seni merupakan ekspresi diri berarti karya seni mengundang pembaca (penonton) untuk marah. Sebaliknya karya seni justru menjadikan komunikasi lebih bermakna, sehingga karya seni bersifat edukatif.

Kembali pada persoalan keindahan sebuah benda atau objek seni, hal ini akan dirasakan berbeda antara seniman dengan masyarakat. Walaupun secara bersama-sama mencari kenikmatan pada objek seni yang dipresentasikan, seniman lebih banyak berfungsi sebagai pencipta sekaligus penikmat keindahan, sedangkan pada sisi yang lain masyarakat lebih berfungsi sebagai penikmat saja atau menikmati nilai-nilai keindahan yang terdapat dalam seni itu sendiri. Jika pada satu sisi seniman berkarya dan menyajikan sebuah objek seni untuk merepresentasikan rasa indahnya, pada sisi yang lain masyarakat sebagai penikmat turut serta berapresiasi sesuai dengan pengalaman estetis yang diterima.

Seni Dalam Kehidupan Sosial di Kota Mataram, selengkapnya

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...