Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan
– Pangisep
Dalam struktur inti sebuah komposisi lelambatan, pangisep merupakan bagian ke tiga dari struktur komposisi tabuh lelambatan. Dilihat dari ukurannya, bagian pangisep mempunyai ukuran yang sama dengan pangawak. Jumlah baris dalam satu baitnya, jumlah ketukan, pukulan panyacah, pukulan jublag, jegogan dan kempur-kemplinya sama dengan uger-uger pangawak. Hanya yang membedakanya adalah diantaranya: motif pukulan kakendangan yang disebut dengan pupuh kakendangan pangisep, melodi, tempo yang dimainkan, dan dinamika. Begitupula di dalam bentuk lelambatan yang sudah dikreasikan akan tampak perbedaan ornamentasi dan variasi pukulan antara pangawak dan pangisep.
Adapun bentuk pangisep dari tabuh dua yang digarap dalam FGK, karena sudah berupa bentuk lelambatan kreasi maka terdapat beberapa motif pangembangan terhadap melodi dasar, pukulan kakendangan, serta berbagai aspek musical lainnya sehingga terkesan dinamis. Sama halnya dengan bentuk pengawaknya pada bagian pengisep ini pula gending yang disajikan terdiri dari dua bagian yang dijadikan satu sehingga menjadikannya sebuah pola mebasang-metundun. Sebagaimana umumnya, pada bagian akhir dari kalimat lagu pangisep terdapat bagian penyalit mempunyai fungsi sebagai jembatan yang menghubungkannya menuju bagian selanjutnya yaitu bagian pangecet.
– Pangecet
Pangecet adalah salah satu bagian dari struktrur sebuah komposisi karawitan Bali. Dalam struktur tabuh lelambatan pagongan pangecet adalah merupakan bagian ke empat yang mempunyai kerangka tersendiri berbeda dengan kerangka gending pangawak atau pangisep.