Kiriman : I Wayan Mudra, Dosen PS Kriya Seni FSRD ISI Denpasar.
Nama lengkapnya adalah I Made Rai Alit Sujana, seorang alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Seni Rupa Murni Program Seni Patung tahun 2004, lahir di Desa Munggu Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Karya-karya yang dibuat menampilkan wujud-wujud seperti patung Siwa, Ganesha dan lain-lain. Bahan yang digunakan adalah pasir dan semen menggunakan teknik cetak. Alit Sujana adalah seorang yang kreatif dan selalu berinovasi untuk menemukan sesuatu yang baru terkait dengan pengembangan kompetensinya dan aktif mengikuti berbagai pameran. Disadari dalam perwujudan bentuk patung Ganesa tidak terlalu banyak dapat diinovasi, maka inovasi inovasi dilakukan pada teknik pewarnaan untuk menampilkan kesan yang berbeda dengan patung Ganesa ada dipasaran, sehingga alternative pilihan terhadap konsumen menjadi lebih banyak. Bahan-bahan yang digunakan adalah seperti kuas, amplas, sikat kuningan, cat tembok, PK, semir lantai, gambir, cat prada, dll.
Jika lebih didalami tokoh Ganesha memiliki cerita yang menarik, sehingga sebagai pengetahuan perlu diketahui cerita tersebut. Ganesha adalah merupakan putra dari Dewa Siwa dengan Dewi Uma / Durga. Ganesha adalah putra yang sangat perkasa, para dewapun sangat hormat kepadanya. Ganesha kecil tidak mengenal wajah ayahnya dan belum memiliki kepala gajah. Adapun sebab ganesha memiliki kepala gajah adalah ketika dia ditugaska oleh ibunya Dewi Uma untuk menjaga Dewi Uma sedang mandi. Pada saat itu datanglah Dewa Siwa ingin bertemu dengan istrinya yaitu Dewi Uma. Karena gelisah tidak pernah melihat wajah ayahnya, Ganesha tidak percaya bahwa yang datang yaitu Dewa Siwa adalah ayah sendiri. Ganesha pun tidak mengijinkan Dewa Siwa menemui Dewi Uma serta mengusirnya. Karena merasa Ganesha adalah anaknya, Dewa Siwa masih bersabar dan pergi meninggalkan Ganesha kemudian Dewa Siwa mengutus para dewa-dewa yang lainnya untuk menasehati Ganesha. Tetapi Ganesha malah menghajar para dewa dan hal tersebut membuat Dewa Siwa sangat murka dan kembali mendatangi Ganesha, kemudian dipenggallah kepala Ganesha oleh Dewa Siwa menggunakan Trisula. Dewi Uma sangat marah kepada Dewa Siwa mendengar hal tersebut dan menyuruh Dewa Siwa untuk mengembalikan kepala anaknya dan menghidupkannya kembali. Kemudian Dewa Siwa mengutus Dewa Wisnu untuk turun ke bumi mencari pengganti kepala Ganesha, Dewa Siwa bersabda makhluk apapun yang pertama kali dijumpai sesampai di bumi itulah yang akan dijadikan pengganti kepala Ganesha. Di bumi Dewa Wisnu berjumpa dengan seekor gajah dan dipenggallah kepala gajah tersebut sebagai pengganti kepala Ganesha. Dari sanalah Dewa Siwa menganugerahkan kepada Ganesha sebagai Dewa utama, barang siapa yang tidak mengawali pemujaan tidak memuja Ganesha maka sulitlah doa-doanya tersebut terkabul.
Adapun atribut yang dibawa Ganesha ada 40 macam dan pada umumnya Ganesha menggenggam Parusa atau Kapak yaitu symbol Ganesha melindungi dengan Parusa-Nya pada jalan mulus dari kejahatan, Parusa jerat diibaratkan pikiran Ganesha yang luar biasa bagaikan jerat yang menarik mereka yang sangat dikasihi-Nya untuk mendekat dan menjauhkannya dari kepungan serta menyelamatkan yang tersesat. Padma, teratai Ganesha menghendaki seluruh pikiran menjadi potensi yang diajarkan oleh bunga teratai yakni yang muncul dari kedalaman Lumpur hingga pada pemekaran kuncup yang tinggi diatas permukaan Moda Kapatra atau semangkok manisan lambing dari apa yang paling dikasihinya yaitu moksa atau pembebasan, yang termanis dari segala yang manis. Demikian ceritra singkat Ganesha sebagai bahan pengetahuan.
Teknik-teknik pewarnaan yang diterapkan Alit Sujana pada patung Ganesha adalah :
1. Teknik Pewarnaan Menyerupai Batu Antik Kemerahan
Teknik pewarnaan ini menggunakan bahan seperti cat tembok berwarna hitam, merah, coklat tanah, semir lantai, dan cat prada. Tahap pertama teknik ini adalah mengecat patung dengan cat tembok hitam menggunakan kuas. Perlu diperhatikan cat tembok yang digunakan haruslah kental, dioleskan ke patung dengan cara di cok-cok hingga memunculkan tekstur kasar. Setelah selesai tahap tersebut kemudian proses pengecatan dilanjutkan dengan menggunakan cat tembok warna merah yang tidak terlalu tebal. Diatas warna merah kemudian dilapisi cat warna coklat tanah yang tipis untuk menimbulkan kesan antic. Tahap selanjutnya adalah menghaluskan dengan amplas ukuran medium secara merata sehingga muncul corak berbintik-bintik dari kombinasi lapisan cat tersebut. Pada bagian ornament patung seperti ukiran pada gelang, mahkota dan hiasan badan lainnya ditambahkan cat prada. Terakhir adalah melapisi patung dengan semir lantai sebagai penguat warna, menghindari patung dari jamur dan lumut juga menghindari pengelupasan.
2. Teknik Pewarnaan Menyerupai Batu Kali (Bulitan)
Teknik ini bertujuan menghasilkan warna patung yang menyerupai warna batu kali (Bahasa Bali: bulitan).Bahan yang digunakan adalah cat tembok warna hitam. Tahapannya adalah pertama patung dilapisi cat tembok warna hitam, setelah kering kemudian dipoles dengan campuran PK dengan minyak tanah. Berbeda dengan teknik pewarnaan yang pertama cat hitam dalam teknik ini tidak di cok-cok melainkan dioleskan biasa tidak terlalu tebal sehingga tidak bertekstur. Tahapan selanjutnya patung ditaburi dengan talk atau bedak tipis dan merata. Untuk menampilkan kesan halus, terakhir digosok hingga mengkilap menggunakan semir lantai.
3. Teknik Pewarnaan Menyerupai Tembaga Antik
Teknik pewarnaan ini untuk menghasilkan warna patung yang menyerupai tembaga antik. Alat yang digunakan : kuas dan sikat kuningan, dan bahannya adalah semir sepatu hitam, cat besi warna tembaga, dan thiner A. Tahapan kerjanya adalah pertama mencampur cat tembaga dengan thiner A diaduk merata. Kemudian patung di cat menggunakan campuran cat tersebut dan dioleskan secara merata. Setelah cat benar-benar kering dilanjutkan dengan mengoleskan semir sepatu berwarna hitam. Selanjutnya digosok menggunakan sikat kuningan, hal ini bertujuan untuk menimbulkan efek mengkilap kekuning-kuningan dan menghilangkan jejak sapuan kuas pada waktu proses sebelumnya.
4. Teknik Pewarnaan Menyerupai Batu Antik Kehijauan
Teknik ini hampir sama dengan teknik yang pertama, yang berbeda adalah adalah penggunaan cat tembok warna merah diganti dengan cat tembok warna hijau.
PUSTAKA
Chinmayânanda Svâmî, 2002. Kejayaan Ganesha. Surabaya : Penerbit. Paramita.
Bandem, I Made, 1996, Etnologi Tari Bali. Denpasar : Penerbit. Forum Apresiasi Kebudayaan
DATA DIRI
1. Nama Lengkap | : Drs I Wayan Mudra, MSn. |
2. Alamat Email | |
3. Nomor Rekening | : PT. BPD Bali Kantor Cabang Kamboja,
No. 037 02.12.01300-6. |
4. Surat Pernyataan | : keaslian artikel dan belum pernah dimuat dimedia online dan atau diberbagai jurnal ISI Denpasar. |