Bentuk Tari Kreasi Baru Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha

Bentuk Tari Kreasi Baru Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha

Kiriman I Ketut Sariada, SST., MSi., Dosen PS Seni Tari ISI Denpasar

Bentuk

Penelitian berparadigma budaya yang dalam realitas pendekatannya menekankan konsep bentuk (Bagus, 1988 : 55) menyatakan bahwa konsep bentuk menyoroti dan membatasi (aspek ontologi) yang ingin diketahui. Dalam kaitan ini, keterwujudan atau bentuk menandai keberadaan sesuatu yang fenomenal dapat digapai dan dicapai secara indrawi sehingga dapat diperoleh fakta-fakta empirik. Fakta-fakta emprik seperti peristiwa dan gejala kealaman yang terlihat dengan manusia, masyarakat, dan kebudayaan itu dihubungkan dan diangkat saripatinya. Dengan demikian, maka pengetahuan kebenaran obyektif tentang sesuatu apa yang terbentuk itu menjadi lebih menyeluruh dan tuntas.

Sesuai dengan pendapat di atas tari kreasi baru Siwa Nataraja adalah sebuah bentuk seni pertunjukan yang merupakan hasil karya cipta I Gusti Agung Ngurah Supartha yang secara empirik dapat diwariskan sampai sekarang, serta dilestarikan di sanggar tari Wrhatnala Abiantuwung, Kediri, Tabanan yang sangat bermakna bagi masyarakat pedukungnya, serta dapat menambah khasanah seni pertunjukan Bali.

Susan K. Langer (dalam Gie, 1996 : 18-20) menyebutkan, seni sebagai bentuk harus merupakan suatu kebulatan yang sifatnya organik. Kebulatan organis ciri berbagai sumber unsur ekspresif tersebut tertuang ke dalam bentuk tertentu. Langer membedakan bentuk fisik dan dinamik. Bentuk fisiknya tetap seperti bangunan arsitektur, sedangkan bentuk dinamik seperti tarian merupakan suatu yang dapat dimengerti (perceptible). Suatu bentuk yang merupakan kebulatan organis, yaitu setiap bagian atau unsurnya memainkan peranan tidak hanya dalam rangka dirinya sendiri tetapi juga dalam rangka semua bagian atau unsur lainnya. Tidak ada bagian yang berdiri sendiri melainkan harus bersama-sama dengan bagian lainnya untuk membentuk kesatuan organis.

Bentuk seni adalah hasil ciptaan seniman yang merupakan wujud dari ungkapan, isi pandangan dan tanggapannya ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkap dengan indera. Maka di dalam bentuk seni terdapat hubungan antara garapan medium dan garapan pengalaman jiwa yang diungkapkan, atau terdapat hubungan antara bentuk (wadah) dan isi yang dikandungnya. Bentuk merupakan sarana untuk menuangkan isi, dan isi sebagai bentuk ungkap merupakan pengalaman jiwa yang wiganti (significant). Dalam ungkapan karya seni, seniman mengajak penonton untuk menyelami pengalaman berbagai macam di luar wilayah pengalamannya sendiri. Seniman dapat mencari berbagai pengalaman, seperti: kebaikan yang berhasil menolong, hal-hal yang menakutkan, kejahatan, dan sebagainya (Humardani, 1982/1983: 11-12).

Ungkapan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk merupakan suatu kebulatan yang sifatnya organik, bersumber dari unsur ekspresif; tertuang dalam bentuk fisik maupun dinamik yang isinya dapat ditangkap melalui panca indra. Bentuk juga merupakan unsur abstraksi seperti misalnya garis, warna, gerak, nada, dan kata. Selain dari unsur abtraksi unsur dramatikpun tertuang didalamnya seperti penggambaran orang atau kejadian-kejadian lainnya.Bentuk (wujud) yang dimaksudkan adalah kenyataan yang nampak secara konkrit di depan kita (berarti dapat dipersepsikan dengan mata dan telinga) dan juga kenyataan yang tidak nampak secara konkrit dimuka kita. Tetapi secara abstrak wujud juga dapat dibayangkan, seperti sebuah cerita yang kita baca dalam buku. Di dalam seni tari juga ada yang berbentuk abstrak, yang mewujudkan suatu “ide”, “konsep” suatu pemikiran. Misalnya, Tari Nelayan ide atau konsepnya menirukan orang menangkap ikan (Djelantik, 1990: 17).

Dilihat dari koreografinya bentuk dan struktur garapan, tari-tarian Bali dapat dikelompokan menjadi: tari-tarian tunggal (solo), tari berpasangan (duet), tari kelompok (group) kecil dan besar, dan drama tari. Tari tunggal hanya dibawakan oleh seorang penari, tari berpasangan menampilkan dua orang penari saling medukung (bukan kembar), tari kelompok melibatkan sejumlah penari (dari tiga sampai puluhan orang), dan dramatari menampilkan sejumlah penari dengan membawakan lakon (Dibia, 1999: 8).

Bentuk Tari Kreasi Baru Siwa Nataraja Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha selengkapnya

Dosen Karawitan Jadi Pembicara Pada Simposium  Di Jepang

Dosen Karawitan Jadi Pembicara Pada Simposium Di Jepang

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar seolah tak henti memberangkatkan mahasiswa maupun dosennya ke luar negeri (LN) untuk misi pendidikan. Kini, yang berkesempatan terbang lagi ke LN adalah I Made Kartawan SSn MSi.

Dosen Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan ini diundang ke Jepang sebagai pembicara dalam simposium internasional bertajuk ‘Audiovisual Ethnography of Gongs in Southeast Asia’ yang bakal digelar 14-15 Maret 2011, di Museum Nasional Ethology, Osaka.

“Di sana saya sebagai pembicara mengenai ‘Pande Gong di Bali, Produksi dan penyebarannya,” ujar  I Made Kartawan.

Simposium ini, kata Kartawan juga bakal dihadiri sejumlah seniman dari beberapa negara yang mempunyai alat gamelan gong seperti Kamboja, Malaysia, Filipina, dan Jepang.

Setelah simposium, lanjut Kartawan, dirinya akan mengikuti workshop tentang teknik penyelarasan gong (tuning technique of gong) bertempat di Okinawa Prefectural University of Arts. “Saya akan memaparkan teknis penyelarasan gong, baik lewat video maupun mempraktekkannya secara langsung,” ujar Kartawan yang keberangkatannya ke Jepang ini semuanya ditanggung pihak pengundang. Namun demikian, kata dia, dari pihak kampus juga sangat memberikan support tentang keberangkatannya ini. “Ini juga kan salah satu bagian dari dari promosi ISI ke mancanegera,” imbuh seniman asal Banjar Tengah, Desa Sidakarya, Denpasar ini.

Sejatinya, keberangkatan Kartawan ke ‘Negeri Matahari Terbit’ ini, bukanlah yang pertama kali. Tahun 2010 lalu, bapak dua ini, juga pernah melaksanakan magang di Unitachi Music Academy di Tokyo, selama dua bulan. “Sepertinya, saat magang itulah, saya dikenal di sana sehingga akhirnya sekarang diundang sebagai pembicara,” kata pria kelahiran 10 Oktober 1972, ini.

Humas ISI Denpasar Melaporkan

ISI Denpasar Kembali Raih  Quota Kirim Mahasiswa Ke  Malaysia Dan Thailand

ISI Denpasar Kembali Raih Quota Kirim Mahasiswa Ke Malaysia Dan Thailand

Pada tanggal 22-23 Februari 2011, ISI Denpasar menghadiri Workshop Koordinasi Program “Student Mobility Credit Transfer- MIT di Jakarta. Program ini merupakan program kerjasama pendidikan cetusan SEAMEO-RIHED yang dilaksanakan oleh 3 negara di Asia Tenggara; Malaysia-Indonesia-Thailand (MIT) yang melibatkan perguruan tinggi masing-masing negara, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik melalui program pengiriman peserta didik ke perguruan tinggi di tiga negara tersebut diatas, dan di Indonesia sendiri, program ini dilaksanakan di bawah arahan DITJEN DIKTI.

Workshop ini diahadiri oleh DITJEN IMIGRASI, DITJEN DIKTI, ISI Denpasar, ISI Surakarta, UI, UAD,UK Maranatha, UBINUS, UNS, UNSRI, IPB, dan UPI. “Tahun 2010, Indonesia mengirim 77 mahasiswa ke Thailand dan Malaysia, dan menerima 14 mahasiswa dari Thailand saja. Tahun 2011, Dikti menyediakan beasiswa program M-I-T untuk 50 mahasiswa, Biro PKLN menyediakan 30,  dengan rincian 37 ke Thailand dan 43 ke Malaysia. Indonesia akan menerima 30 mahasiswa dari Thailand, sedangkan Malaysia akan mengirimkan 50 mahasiswa,” papar Direktur Pembelajaran dan Akademik, Illah Sailah. Untuk PT Seni, ISI Denpasar dan ISI Surakarta mendapatkan privilege untuk mengirimkan mahasiswa ke  PT Seni di Thailand yang telah memiliki MoU, diluar kerangka M-I-T Programme

Dalam program MIT 2010, ISI Denpasar mengirimkan 2 orang peserta didik ke Universitas Thammasat Thailand, dari bulan Juli-Desember 2010. Mereka adalah Diana Putra dari FSP, dan Eka Laksana dri FSRD. Tahun ini, kami merasa sangat bangga, karena dari 80 beasiswa yang disiapkan, ISI Denpasar  mendapatkan 4 quota, 2 orang untuk belajar Language and Culture di Thailand, dan 2 orang di Malaysia. Untuk itu kami telah mempersiapkan tahap seleksi mulai awal Maret ini, dan seleksi diadakan mulai tingkat fakultas, dan terbuka bagi seluruh mahasiswa, dengan nilai TOEFL 500. Kami telah mensiosialisasikan program ini lewat spanduk, selebaran, disamping juga mengumumkan di kelas,”papar Dewi Yulianti yang hadir dalam Workshop selama dua hari tersebut.

Serangkaian dengan program MIT 2011, ISI Denpasar juga sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti IOA (International Office Award) yang akan diadakan oleh DITJEN DIKTI dalam waktu dekat ini.

Humas ISI Denpasar melaporkan.

Geliat Gerabah Pejaten

Geliat Gerabah Pejaten

Kiriman: Nurchatijah. Mahasiswa PS. Kriya Seni Minat Kriya Keramik.

Perkembangan gerabah di Bali dari dulu sampai sekarang mengalami kemajuan yang pesat.  Kalau dahulu hanya sebagai bahan utama pembangunan rumah seperti batu bata dan genting serta tempat menyimpan bahan makanan dan wadah  sesaji untuk sarana upacara agama mayoritas penduduk Bali (Hindu), pada saat ini keramik dalam perkembangannya juga bisa dipasarkan sebagai cenderamata dalam bentuk meja hias, tempat dupa dan lain sebagainya. Ada beberapa sentra-sentra keramik atau gerabah yang ada di Bali antara lain : Binoh, Pejaten, Kapal dan sebagainya. Sebagai daerah yang masih memproduksi hingga saat ini keramik Pejaten masih memiliki ciri dan keunggulannya.

Desa Pejaten Kabupaten Tabanan terletak 4 km barat daya dari Kediri merupakan  desa tradisional penghasil kerajinan dari tanah liat dan keramik.  Desa ini diapit dua sungai dengan luar sekitar  1,5 km persegi. Masyarakat Pejaten  telah menambang  tanah  liat  merah (bahan dasar keramik) sejak awal berdirinya desa dan menggunakan cara pembakaran tradisional sampai akhirnya persediaan tanah merah tersebut menipis pada tahun 70-an dan ini menjadi sebuah kekhawatir saat itu dibarengi pula oleh produksi peralatan rumah tangga yang dibuat dengan bahan alumunium yang lebih praktis dan berkembang pesat.

Permasalah yang terjadi sekarang adalah kwalitas yang dihasilkan dari keramik gerabah dan keramik stonewere sangat berbeda jauh baik itu bahan baku dan hasil barang, akan tetapi keramik gerabah tidaklah kehilangan peminat ataupun pasar, justru keramik gerabah masih mendapatkan tempat dihati peminat-peminatnya karena masih mencirikan tradisional Indonesia asalkan para pengrajin mampu mengembangkan disain-disain yang lebih unik dan menarik yang ditungkan dengan media tanah merah ini.

Perajin Gerabah UD Amerta Sedana.

Dari sejarah keramik yang ada di  desa Pejaten, salah satu perajin keramik yang tetap bertahan dan masih menciptakan bentuk-bentuk hasil ide dan kreatifitas sendiri adalah I Wayan Kuturan, yang memiliki usaha industri keramik (UD. Amerta Sedana) yang masih menggunakan tanah merah sebagai bahan baku keramik produksinya diantara rekan-rekan seperjuangannya yang merintis keramik di desa Pejaten yang sudah memproduksi keramik dengan bakaran tinggi (stonewere).. Lokasi kerja (bengkel/studio) I Wayan Kuturan dan keluarganya ditempatkan di bagian belakang kediamannya memiliki luas sekitar 6×10 meter, masih menggunakan bilik bambu dan beralas lantai tanah. Sebagian serta rak-rak gerabah berkerangka bambu juga. Tempat kerja yang beralamatkan di Banjar Pangkung, Pajaten, Kediri Tabanan Bali ini berdiri sejak tahun 1990 yang dirintisnya di tahun 1960-an  dimulai dari produksi genting dan peralatan dapur. Pada awal 1980 merubah menjadi produksi karya/ benda pajang karena permasalahan bahan baku yang banyak terolah menjadi bahan bangunan (genting) serta peralatan dapur yang bersaing antara bahan baku gerabah dan alumunium yang berkembang pesaat saat itu. Jumlah karyawan perusahaan ini sekarang 15 orang, jumlah ini  dapat bertambah dengan istilah “karyawan borongan” jika terjadi pemesanan produksi yang banyak.

Geliat Gerabah Pejaten selengkapnya

Pengumuman Pelaksanaan Diklat PMW ISI Denpasar Tahun 2011

Surat Pengumuman Diklat PMW 2011 : Klik disni

PENGUMUMAN

Nomor   599 /I5.12.1/KM/2011

Tanggal  07 Maret 2011 2011

Ralat Jadwal

PENDIDIKAN  DAN PELATIHAN  (DIKLAT) CALON PESERTA

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA

DI LINGKUNGAN ISI DENPASAR TAHUN 2011

Diumumkan  kepada mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar yang berminat mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Program Mahasiswa Wirausaha bahwa pelaksanaan Diklat yang direncanakan dilaksanakan pada tanggal 11-12 Maret 2011 diundur menjadi tanggal 24-25 Maret 2011. Batas akhir pendaftaran rencananya tanggal 8 Maret 2011 diundur manjadi tanggal 16 Maret 2011 pada pukul 12.00 Wita.

Demikian agar dimaklumi terimakasih.

an. Rektor

Pembantu Rektor III

ttd.

Drs. I Made Subrata,M.Si

NIP.195202111980031002

Tembusan :

1.      Rektor sebagai laporan.

2.      Dekan FSRD untuk diketahui

3.      Dekan FSP untuk diketahui

Loading...