Bhisma Dewabharata, Ksatria Unggul Berbudi Luhur

Bhisma Dewabharata, Ksatria Unggul Berbudi Luhur

Kiriman: Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-33 tahun 2011 ini, mengangkat tema “Desa, Kala, Patra: Adaptasi Diri dalam Multikultur“. Desa, kala, patra adalah kearifan lokal masyarakat Bali yang menjunjung realitas keragaman budaya yang luwes yaitu senantiasa menyesuaikan diri terhadap tempat, waktu, dan situasi yang sedang berkembang. Berdasarkan bingkai tema tersebut, seluruh aktivitas dan kreativitas seni yang digelar dalam PKB 2011 wajib mengacu pada nilai-nilai multikulturalisme dimaksud. Sendratari “Bhisma Dewabharata“ garapan ISI Denpasar yang disuguhkan pada pembukaan PKB tanggal 10 Juni juga berorientasi kreatif dari tema itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Gubernur Bali Mangku  Pastika, undangan kehormatan dan para penonton yang memadati panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, menyimak dengan tekun sendratari yang berdurasi hampir satu jam itu.

Lakon “Bhisma Dewabharata“ diangkat dari epos Mahabharata episode Adi Parwa. Secara etimologis, bhisma berarti sumpah suci, dewa adalah manifestasi Tuhan, dan bharata adalah kebenaran. Sebagai sebuah judul, “Bhisma Dewabharata“ bermakna “seorang kesatria keturunan  dewa,  tulus ikhlas mewujudkan  sumpah sucinya yang diabdikan untuk menegakkan kebenaran“. Dewabharata adalah putra raja Sentanu dari negeri Hastina. Nama Dewabharata diberikan oleh wanita yang melahirkannya, Dewi Gangga, penjelmaan bidadari. Dewabharata kemudian masyur sebagai Bhisma setelah mengucapkan ikrar sakral maha berat.

Alkisah, Dewabharata, seorang ksatria yaang cerdas dan gagah berani. Sebagai putra mahkota, ia diharapkan menjadi pemimpin agung Hastinapura. Suatu hari, ayahnya, Raja Sentanu jatuh cinta dengan seorang gadis jelita yang bernama Satyawati, anak seorang nelayan sungai Yamuna. Raja Sentanu ingin menjadikannya permaisuri. Tetapi karena syarat yang diajukan Satyawati terlalu berat menyebabkan sang raja sakit. Demi rasa kasih pada ayah tercinta, Dewabharata memboyong Satyawati ke istana, dihaturkan kepada rajanya. Kendati bersuka cita, Raja Sentanu  merasa gamang mengingat akan syarat yang pernah diajukan Dewi Satyawati. Benar saja, menjelang pernikhan agung akan digelar, Dasabala, ayah Satyawati, menuntut agar anak yang dilahirkan Satyawati harus menjadi raja pengganti Raja Sentanu, dan keturunan Dewabharta tidak menuntut haknya untuk menjadi raja Hastina. Tuntutan yang menggugat singgasana dan hak Dewabharata menggemparkan seluruh negeri Hastina. Akan tetapi dengan mantap dan meyakinkan Dewabharata mengumandangkan sumpah suci “tidak akan menjadi raja dan tidak akan kawin seumur hidupnya“ yang disambut koor haru para dewata: bhisma, bhisma, bhisma.

Babak pertama diawali dengan prolog yang merupakan visualisasi jati diri Dewabharata yang lahir dari buah cinta antara Maharaja Sentanu dengan wanita penjelmaan bidadari, Dewi Gangga. Adegan selanjutnya dilukiskan bagaimana Dewabharata yang tampan dan perkasa diharapkan menjadi pemimpin agung yang akan menurunkan sumber insani masa depan bangsa Bharata. Setelah dinobatkan menjadi yowanaraja, Dewabharata memperoleh mandat menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai raja muda, sedangkan ayahnya, Sentanu, bertindak selaku pendamping dan penasihat.

Suatu ketika, Dewabharata begitu masgul dengan keberadaan ayahnya yang senantiasa bermuram durja. Melalui kusir kerajaan, Dewabharata mengetahui bahwa sumber kemurungan Raja Sentanu adalah Satyawati, gadis cantik putri seorang nelayan di tepi sungai Yamuna. Dikisahkan si kusir kereta, perjumpaan  Sentanu dengan gadis molek beraroma harum semerbak itu, membuat sang raja jatuh cinta dan berhasrat menjadikannya permaisuri tetapi sangat terpukul dengan persyaratan yang diajukan oleh Dewi Satyawati. Persyaratan yang mahaberat itu adalah: anak yang dilahirkan Satyawati harus menjadi raja pengganti Maharaja Sentanu.

Didorong oleh rasa hormat dan kasih sayangnya pada sang ayah, menuntun Dewabharata menjumpai Dasabala, ayah Satyawati. Dewabharata berjanji tidak akan menjadi raja Hastina dan akan memberikan kepada putra yang dilahirkan Satyawati. Dewabharata memboyong Satyawati ke istana dan menghaturkan kepada ayahnya. Setibanya di istana, sebuah persyaratan diajukan lagi oleh Dasabala: agar kelak keturunan Dewabharta tidak menuntut haknya untuk menjadi raja Hastina. Demi kebahagian sang ayah, Dewabharata bersumpah akan hidup membujang selama hayatnya. Ikrar Dewabharata disambut hujan bunga dari angkasa dan gaung suara bhisma…..bhisma…..bhisma! (Bhisma berarti kesatria sejati yang menepati sumpah suci). Maharaja Sentanu sangat terharu dengan ketulusan, jiwa besar, pengorbanan putra kebanggaannya, Bhisma Dewabharata.

Pesan yang terlontar dari sendratari kolosal ISI Denpasar ini yakni   tentang dedikasi dan pengorbanan tulus suci seorang putra bangsa terhadap negaranya. Pesan ini terasa kontekstual dengan tema PKB 2011 bahwasannya putra bangsa yang berkarakter dan berbudi luhur adalah sumber insani unggul yang mampu beradaptasi dengan tantangan kehidupan (desa), perubahan zaman (kala), dinamika budaya (patra) di tengah era globalisasi ini. Putra bangsa seperti Dewabharata yang cerdas, gagah berani, santun dan berakhlak patut dijadikan teladan oleh segenap masyarakat bhineka tunggal ika (multikultural) Indonesia menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang bermartabat dan berkeadaban, sejahtera, harmonis, humanis dan damai.

Bhisma Dewabharata, Ksatria Unggul Berbudi Luhur, Selengkapnya

Kualit

Kualit

Penata

Nama                        : I Gusti Ngurah Alit Supariawan

NIM                           : 2007.02.011

Program Studi       : Seni Karawitan

Sinopsis       :

“Kualit” berasal dari kata kual dan alit, kual berarti nakal dan alit berarti kecil. Kualit yang dimaksud adalah sebuah tingkah laku anak-anak sering memberikan kenangan yang indah. Kenakalan masa kanak-kanak tersebut menjadi inspirasi yang cukup menarik bagi penata untuk di garap kedalam sebuah komposisi karawitan. Garapan ini menggunakan media ungkap Angklung Kebyar dengan mengolah unsur-unsur musikal seperti melodi, ritme, dan tempo, sehingga melahirkan sebuah komposisi karawitan kreasi baru yang berjudul Kualit.

Pendukung Karawitan   : Sekaha Angklung Guna Karya, Br. Adat Pangsan, Kec. Petang, Kab. Badung.

Ujian Tugas Akhir FSP Gelombang I Tahun 2011

Lomba Desain Motif Batik Mahasiswa

Lomba Desain Motif Batik Mahasiswa

Latar Belakang

Batik merupakan salah satu hasil karya bangsa Indonesia yang sampai saat ini banyak dikagumi oleh berbagai bangsa. Batik merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan lebih mengenalkan batik kepada generasi muda yang menjadi sasaran dalam kegiatan lomba desain motif batik.  Sasaran lebih difokuskan kepada akademisi, yang mempunyai peluang menuangkan ide-ide kreatifnya sehingga dapat memperkaya nuansa batik daerah menjadi suatu karya yang lebih mudah diterima oleh kawula muda.

Tujuan

  • Menggali ide kreatif dari mahasiswa dalam merancang motif batik.
  • Meningkatkan kecintaan dan kepedulian mahasiswa terhadap pelestarian budaya batik.
  • Meningkatkan promosi batik khususnya batik bernuasa kearifan lokal yang semakin luas dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Tema

“BATIK NUSANTARA WARISAN BUDAYA INDONESIA UNTUK DUNIA ”

Kategori Lomba

Mahasiswa Indonesia yang masih aktif terdaftar di Perguruan Tingginya.

Syarat Umum :

  • Desain motif batik adalah batik tulis  dan harus menggunakan malam/lilin.
  • Hasil karya harus orisinil, dibuat sendiri oleh mahasiswa, bukan tiruan dari desain batik lain dan belum pernah diikut sertakan dalam lomba/dipublikasikan.
  • Peserta atas nama perorangan.
  • Desain nominator (10 besar) menjadi hak milik panitia dan akan dipergunakan untuk berbagai kepentingan.
  • Mengisi formulir pendaftaran keikutsertaan (formulir dapat di download di : dikti.kemdiknas.go.id atau www.indonesia.worldbatiksummit.com).
  • Formulir dikirim paling lambat tanggal 1 Agustus 2011, melalui alamat email : [email protected].

Ketentuan Lomba

  • Desain motif batik mengambarkan budaya Nusantara berciri khas Batik
  • Desain motif batik harus  dikerjakan diatas kain  katun ukuran 0,5 x 0.7 meter (ukuran kalender dinding)
  • Desain tersebut diberi penjelasan peruntukannya  untuk karya busana atau desain interior.
  • Desain diberi deskripsi singkat yang mencakup  judul karya, sumber ide dan alasannya,  bahan pewarna dan proses pembuatannya,  yang dinarasikan di atas kertas HVS (A4) menggunakan huruf Times New Roman 12pt spasi 1.5, maksimal 4 halaman.
  • Karya desain, deskripsi dan bio data peserta dimasukkan didalam amplop tertutup dan dikirimkan  atau diserahkan secara langsung ke Sekretariat panitia.
  • Satu peserta maksimal dapat mengirimkan 2 (dua) desain
  • Karya sudah diterima panitia selambat-lambatnya 15 September 2011 (cap pos)
  • Karya desain yang masuk akan dinilai oleh tim juri dan diambil  10 (sepuluh) nominator terbaik,  dan karya menjadi hak panitia lomba.
  • Dewan Juri bekerja secara profesional dan keputusan Dewan Juri TIDAK dapat diganggu gugat
  • Hasil desain terbaik akan diajukan untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual

Kriteria Penilaian

  1. Motif  (keunikan, artistik) (20%).
  2. Komposisi warna (20%).
  3. Kreatifitas (proses pembuatan, pewarnaan) (30%).
  4. Keharmonisan antara judul, sumber ide, dan motif (30%).

Pemenang

  • Nominasi Pemenang (10 orang) akan diundang untuk menghadiri “World Batik Summit 2011” tanggal 28 s.d 30 September 2011 di JHCC Jakarta.
  • Karya Nominator akan dipamerkan pada acara “World Batik Summit 2011” untuk dipilih tiga terbaik oleh peserta seminar.
  • Pengumuman Pemenang dilaksanakan pada Malam Budaya tanggal 29 September 2011.

Hadiah

Pemenang akan memperoleh sertifikat dan dana pembinaan sebesar:

v  Juara 1 Rp. 10.000.000

v  Juara 2 Rp. 7.500.000

v  Juara 3 Rp. 5.000.000

v  Juara Harapan : Rp. 3.000.000 (7 orang)

Sekretariat  Panitia

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi :

Gedung D Lt 7 Kompleks Kemdiknas

Jl . Jenderal Sudirman Pintu 1 Senayan Jakarta

Telepon: (021) 57946073

Fax: (021) 57946072

email: [email protected]

Contact Person:

Maslina Sembiring: 08179932981

Reny Herawati : 0811190863

Sumber: dikti.go.id

Mengenang Kejayaan Taman Ujung Karangasem Yang Menyimpan Kenangan Seni

Mengenang Kejayaan Taman Ujung Karangasem Yang Menyimpan Kenangan Seni

Kiriman: A.A.Ayu Kusuma Arini, SST.,MSi., Dosen PS. Seni Tari ISI Denpasar

Identitas dan jatidiri arsitektur merupakan instrumen yang sangat penting sebagai daya tarik wisatawan. Sejak dahulu kebudayaan Nusantara telah bersinggungan dengan budaya luar, namun pengaruh budaya luar tersebut selalu dapat diterima untuk mewarnai tradisi lokal, bahkan kehadirannya semakin memantapkan dominasi dan keunggulan kebudayaan lokal itu sendiri. Demikianlah yang terlihat pada sebuah taman, terletak di ujung Timur pulau Bali dengan panorama yang indah, dibangun tahun 1919 oleh raja Karangasem terakhir Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem yang semula bernama A.A.Bagus Djelantik..

Taman-taman yang menarik di Karangasem sebagian besar adalah hasil karya dari raja-raja Karangasem. Dua taman air nan luas masih marak dikunjungi pelancong dan wisatawan. Konsep istana taman kiranya menurun dari para leluhur raja-raja terdahulu yang pernah memerintah Lombok setelah mengalahkan kerajaan Selaparang dan Pejanggik tahun 1692. Hal ini dapat dilihat pada taman-taman yang ada di Pulau Lombok, seperti Taman Mayura, Narmada dan Suranadi, setelah terjadi migrasi dari Puri Karangasem sejak tahun 1722 sampai terbentuk kerajaan Cakranegara dan Mataram. Konon taman-taman itu dibangun tidak berdasarkan konsep gambar, tetapi berdasarkan Asta Kosala Kosali. Demikian pula kepekaan dalam memilih lokasi, baik ditinjau dari segi strategis maupun estetis, benar-benar memberikan daya tarik yang luar biasa..

Di Karangasem pernah dibangun Taman Sata Srengga yang terletak di desa Padang Kerta, dalam bentuk sebuah kolam besar yang dikitari pohon manggis dan leci, ditengah-tengahnya didirikan bangunan pemujaan. Sayang sekali peninggalan taman tersebut tertimbun lahar Gunung Agung lewat sungai di sebelah Timur-nya. Kini setelah tertimbun 40 tahun lebih, dicoba untuk digali dan dibangun kembali oleh pewarisnya. Demikian pula di tengah-tengah kota Amlapura terdapat Taman Sekuta yang berlokasi di Banjar Rata (masuk ke arah Barat) dan kini sudah berubah menjadi persawahan. Situs taman masih tampak berupa sisa-sisa reruntuhan tembok. Sampai kini sumber airnya masih dimanfaatkan oleh keluarga Puri sebagai Toya Ening untuk upacara Pitra Yadnya.

Taman Soekasada Ujung yang telah dipugar dengan bantuan Bank Dunia, sudah sangat dikenal oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara sebelum hancur diguncang gempa beberapa kali. Lokasi taman benar-benar amat strategis. Nun jauh di seberang Selat Lombok sayup-sayup nampak Gunung Rinjani. Apabila pandangan diarahkan ke sebelah Timur Laut, tampak berdiri tegak Gunung Seraya yang kembar, dan bila menoleh ke Barat Laut akan terlihat kekokohan tiga buah patung besar dari semen dengan lokasi bertingkat, yakni patung badak, singa bersayap dan sapi, yang memuntahkan air. Konon patung-patung tersebut sebagai peringatan Karya Maligia keluarga Puri Karangasem pada tahun 1937. Sisa bangunan paling atas yang dekat dengan jalan raya dari arah Amlapura menuju taman, sengaja tidak direnovasi, dibiarkan sebagai monumen untuk mengenang saat kejayaannya dahulu, mirip dengan monumen kantor Walikota Hiroshima – Jepang yang hancur karena bom atom Amerika Serikat.

Taman yang juga dikenal dengan sebutan “istana air” itu, bangunan pokoknya adalah  Bale Kambang, yang bercorak arsitektur campuran tradisional Bali dengan Belanda. Pengaruh Belanda ini kentara dari bangunan jembatan yang sudah berteknologi Barat, pada puncak-puncak tiangnya meniru “mahkota” Ratu Wilhelmina, raja Belanda saat itu. Di samping itu, pada tembok-tembok bangunannya terdapat panel hias yang memakai motif singa bersayap dengan crown di kepalanya, seperti simbol kerajaan Belanda. Bentuk ornamen lainnya dari cetakan semen untuk dinding dan pot-pot bunga, merupakan kreasi dari pendiri taman tersebut yang bermotif bunga dan wayang dengan senjata-senjatanya. Wujud tersebut dapat dikatakan sebagai pelopor ukiran cetak semen di Bali, yang kini banyak dijumpai di desa Kapal. Setelah direnovasi dengan bantuan Bank Dunia, tampak Bale Kambang cantik di kolam Selatan dan sebuah jembatan beton dengan dinding panel singa bermahkota, sebagai penghubung areal parkir Timur menuju taman. Demikian pula areal taman yang luasnya hampir 10 ha ini sudah dipagari tembok artistik hingga dekat dengan Pura Manikan. Di ujung Utara taman ini telah berdiri pula sebuah Bale Lantang, yang dahulu dipakai tempat Ma-Tirta Yatra bagi keluarga raja.

Kenangan seni film “Panji Semirang”.

Keindahan Taman Soekasada Ujung sebagai perpaduan yang harmonis antara panorama alam dan corak arsitektur yang unik, ternyata menyimpan kenangan seni cinematografi yakni inspirasi lokasi shooting film kolosal “Panji Semirang” yang dilakukan PFN tahun 1955. Tergugah oleh pemugaran taman yang bersejarah ini, menggelitik hasrat untuk membuka kembali album lama yang disusun oleh ayah penulis (salah seorang putra beliau). Penulis bersama keluarga turut menyaksikan pembuatan film kolosal tersebut, yang merupakan awal dari film kolosal yang belakangan ini baru marak, baik dalam layar lebar maupun sinetron, seperti Saur Sepuh dan lainnya.

Ceritra Panji merupakan kisah yang sangat populer di Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali sebagai Culture Hero, hasil cipta asli budaya Nusantara dengan tokoh sentral Raden Panji Inu Kertapati merupakan tokoh yang memiliki karakter yang anggun, arif dan patriotik. Sebagai tokoh protogonis dalam ceritra ini, Panji selalu digambarkan dalam keadaan mengembara untuk menemukan kekasihnya yang menghilang dari istananya, serta mendapat berbagai rintangan. Memperhatikan foto-foto tersebut, terlihat bahwa tokoh Panji dan Candra Kirana diperankan oleh aktor Dedi Sutomo dan aktris Sofia Waldi, sedangkan raja diperankan oleh Wim Umboh. Yang menarik adalah beberapa pengiring dayang-dayang disertakan para Deha dari Tenganan /Asak. Adapun inti ceritranya mengisahkan pelamaran Panji (Mantri Kuripan) kepada Candra Kirana (Galuh Deha) yang mempunyai saudara tiri Galuh Ajeng (Liku) dengan mengirim dua buah togog emas dan perak. Panji sudah mengadakan perjanjian rahasia dengan Candra Kirana bahwa togog emas dibungkus dengan kain kumal, sedangkan togog perak dibungkus dengan kain sutra. Maka serta merta si Galuh Ajeng memilih bungkusan kain sutra dan setelah dibuka ternyata isinya togog perak. Salah pilih itu memicu pertengkaran dan perebutan togog emas antara kedua putri raja. Akhirnya sang ayah sangat marah, seraya memotong rambut Candra Kirana dan mengusirnya dari istana.

Patut diketahui, bahwa kesuksesan film Panji Semirang mendorong gagasan sutradara lainnya dari Jakarta setahun kemudian untuk mengabadikan ceritra rakyat Bali “Jayaprana” dalam layar lebar, dengan lokasi shooting di Puri Gede Karangasem.

Kini keadaan Taman Ujung yang telah kembali bangun dari tidur lelapnya setelah seperempat abad dalam kondisi terlantar, telah marak dikunjungi wisatawan, baik domestic maupun mancanegara. Pada bangunan utama dipajang foto-foto pendiri taman dan juga foto taman sebelum rusak, sehingga bisa diketahui oleh para wisatawan. Bali sebagai ujung tombak pariwisata Indonesia yang telah dikenal dengan adat budaya yang unik dan bangunan-bangunan taman nan indah, akan tetap menjadi tujuan wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Mengenang Kejayaan Taman Ujung Karangasem Yang Menyimpan Kenangan Seni, Selengkapnya

Selimpat

Selimpat

Penata

Nama                     : I Wayan Adi Gunarta

Nim                       : 200701019

Program Studi       : Seni Tari

Sinopsis :

Ibarat sapu lidi, manusia lebih kuat dalam kebersamaan. Perbedaan watak, sifat dan kepentingan bila diharmoniskan akan menjadi kekuatan, namun ketika ego tak terkendali, maka timbullah perpecahan bagaikan lidi-lidi rapuh tatkala sendiri.

Penata Iringan                 : I Wayan Ary Wijaya, S.Sn

Pendukung Tari                : Mahasiswa Jur.Seni Tari FSP ISI DPS

1.  I Gusti Putu Agus Adi Yustika

2.  I Putu Arimbawa

Pendukung Iringan  : Palawara Music Company, Denpasar

Ujian Tugas Akhir FSP Gelombang I Tahun 2011

Loading...