Yudisium Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar meluluskan 47 Orang Mahasiswa

Yudisium Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar meluluskan 47 Orang Mahasiswa

img_1020

(Denpasar-humasisi) Sebanyak 47 orang mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar telah  diyudisium pada hari Sabtu (30 Mei 2009), yang bertempat di gedung Natya Mandala ISI Denpasar.  Acara tersebut merupakan Runtutan dari acara Ujian Akhir Mahasiswa FSP ISI Denpasar yang  sebelumnya menggelar pementasan karya tugas akhir yang bertempat di gedung Natya Mandala ISI  Denpasar dari tanggal 18 – 21 Mei 2009 bagi mahasiswa yang mengambil penciptaan, dan ujian  konprehensif pada tanggal 26 Mei 2009 bagi mahasiswa yang menempuh jalur pengkajian, dan  terakhir Yudisium yang merupakan pengumuman kelulusan para mahasiswa yang dilaksanakan pada  hari Sabtu (30/5) ini. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh mahasiswa yang telah mengikuti Ujian  Tugas Akhir, seluruh dosen Penguji, para Pembantu Rektor, kepala Biro Akademik Institut, jajaran  struktural FSRD, seluruh Dosen dari FSRD, staf dan panitia.

Dalam kesempatan itu ketua Panitia sekaligus pembantu Dekan I FSP ISI Denpasar Ni Ketut Suryatini, S.SKar., M.Sn. menerangkan bahwa dari 47 orang para lulusan tersebut 19 orang berasal dari jurusan tari, 24 orang jurusan karawitan, dan 4 orang dari jurusan Pedalangan. Pada kesempatan tersebut Suryatini juga mengumumkan mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh IPK tertinggi, nilai karya terbaik serta 3 besar skripsi terbaik pada Ujian Tugas Akhir semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 ini. Adapun mahasiswa tersebut adalah, untuk IPK peringkat pertama diraih oleh I Gde Made Indra Sadguna dari Jurusan Karawitan dengan IPK akhir 3,94. Posisi kedua diraih oleh I.B. Gde Surya Peradantha dari Jurusan Tari dengan IPK 3,91 serta pada peringkat ketiga, I Wayan Mulyana jurusan Pedalangan dengan IPK 3,77.

Sedangkan untuk 10 besar penyajian karya seni terbaik diraih oleh I Gede Gusman Adhi Gunawan (Tari), I Kadek Indra Wijaya (Karawitan), Putu Tiodore Adi Bawa (Karawitan), Ni Putu Ariani (Tari), I.B. Gede Surya Peradantha (Tari), Putu Wika Setia Budi Artiningsih (Tari), I Putu Pery Prayatna (tari), I Made Mujana (Karawitan), I Kadeak Astawa (Karawitan), serta Putu Arif Mahendra (tari).

Ni Ketut Suryatini tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya terhadap hasil yang diraih dari para lulusan yudisium sekarang ini, setelah beberapa tantangan yang dihadapi namun mereka dapat menunjukan karya terbaiknya. Terbukti dari nilai yang diperoleh dari para mahasiswa yang mengikuti yudisium yang rata-rata memuaskan.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Pj. Dekan FSP ISI Denpasar I Ketut Sariada, S.ST. dalam sambutannya pada acara tersebut. Sariada sangat bangga terhadap hasil yang telah dicapai oleh para lulusan dan diharapkan dapat dipertahankan. Sehingga ketika memasuki dunia kerja karyanya dapat diterima oleh stake holder atau masyarakat yang membutuhkan karya seni. Pada kesempatan itu pula Sariada mengungkapkan rasa bangganya atas yudisium ini apalagi hasil yang telah dicapai mahasiswa yang sangat memuaskan. Pesannya agar para lulusan menjaga kualitas karyanya dengan maksimal dalam hubungannya nanti dengan masyarakat di dunia kerja nanti. Apalagi tahun 2009 ini pemerintah mencanangkan sebagai Tahun kreatif yang harus dijawab oleh para kalangan akademisi seni sebagai tantangan dalam berkesenian.

Acara tersebut diikuti dengan sangat antusias oleh para pesertanya dan diakhiri dengan acara jabat tangan antar mahasiwa dan dosen, sebagai ucapan perpisahan dan terima kasih atas bimbingannya selama ini. Sungguh mengharukan sekaligus membanggakan dan harapan untuk kelangsungan masa depan dunia kesenirupaan dan desain di bali maupun secara mengglobal.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Gelar Karya TA Karawitan Hari ke empat

Pergelaran Karya Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan kali ini, menampilkan 5 karya karawitan baik yang bersifat kreasi ataupun kontemporer, Pergelaran Ujian karya karawitan, merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS bagi mereka yang mengambil minat penciptaan karya seni karawitan. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari Keempat, Kamis, 21 Mei 2009 akan diikuti oleh lima karya seperti berikut.

1. STONE MUSIC

Stone Music, foto by GC

Karya: A.A. Gede Lanang Ambara

Sinopsis :

Stone Music merupakan sebuah garapan komposisi musik kontemporeryang dilatarbelakangi oleh kehidupan manusia purba pada jaman batu. Pengolahan tempo, ritme dan dinamika akan ditata melalui bunyi – bunyian yang dihasilkan oleh batu.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Yudistira, Kapal

2. ANAMAN

Anaman, foto by GC

Karya: I Made Mujana

Sinopsis :

Secara etimologi anaman berarti tipat. Tipat merupakan maha karya yang dibuat berdasarkan rasa estetik dan mengandung falsafah yang sangat tinggi. Kulit tipat ini terbuat dari janur yang dijalin sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang diinginkan. Jika diperhatikan, dalam kulit tipat, terdapat jalinan-jalinan janur yang sangat unik dan pada akhir jalinan atau ujung dari janur tersebut akan bersatu kembali. Jalinan dari kulit tipat, memberikan inspirasi bagi penata untuk ditransformasikan kedalam sebuah bentuk komposisi karawitan kreasi dengan judul Anaman.

Komposisi karawitan ini, memakai Gamelan Gong Kebyar sebagai media dalam menyampaikan apa yang diamati yang diwujudkan kedalam sebuah bentuk karawitan kreasi dengan memanfaatkan dan memperhatikan unsure-unsur musik yang ada. Namun, dalam komposisi karawitan inin masih memakai pola tradisi yang juga ditonjolkan dan dikembangkan melalui pengolahan melodi, pengembangan pola hitungan dan pola ritme sehingga nantinya menjadi sebuah kesatuan atau jalinan yang menyerupai kulit tipat.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa, Denpasar

3. PRAHARA

Prahara, foto by GC

Karya: I Made Dedik Widnyana

Sinopsis :

Prahara adalah sebuah realita sosial, yang kenyataanya selalu membuat masyarakat dihantui perasaan resah dan gelisah. Walaupun selalu diartikan negatif, tetapi penata mencoba menjadikannya sebagai sebuah daya rangsang, dalam penataan komposisi karawitan, dimana didalamnya akan menjelaskan bawa dia tidak selalu bermakna negatif, tetapi suatu saat dia bisa menegakkan kembali nilai sebuah kebenaran yang lain, komposisi ini diwujudkan dalam bentuk komposisi karawitan baru, dimana kesan. Melalui media ungkap Gamelan Selonding dan beberapa instrument musiknya inovatif dan unsur-unsur musiknya ditata sedemikian rupa agar komposisi ini terkesan bernuansa baru.

Pendukung Karawitan   : Sekaa Gong Sancaya Kanti Desa Kesiman, Denpasar

4. BANGSING

Bangsing, foto by GC

Karya: I Komang Budiana

Sinopsis :

Bangsing adalah akar gantung yang tumbuh dari dahan beringin, dan keagungan pohon yang teramat besar, dahan dan ratingnya serta merta selalu berusaha untuk memperbesar diri karena akar dari pohon ini menjalar begitu rupa serta menimbulkan kerimbunan dan kesejukan.

Terlihat dari fenomena yang ada, pohon ini mempunyai karakteristik atau kekhasannya berupa akar yang tumbuh bergantung, berlawanan dan berbalapan hingga menimbulkan keunikan dan kekilitan suatu kebersamaan satu sama lainnya.

Pendukung Karawitan   : Sekaa Gong ST.Cakra Werdhi Kutuh Sayan Ubud

5. PAUM

Paum, foto by GC

Karya: I Made Agus Rijayana

Sinopsis :

Paum merupakan proses untuk mencari mufakat dalam sebuah organisasi. Indahnya perbedaan pendapat dan perselisihan rapat/sangkep menginspirasi penata untuk mentransformasikan perbedaan dan perselisihan ke dalam sebuah komposisi tabuh kreasi baru dengan repertuar seperangkat barungan gong kebyar dengan megedepankan unsur-unsur musikalitas seperti tempo, dinamika, ritme dengan konsep perubahan.

Pendukung Karawitan:

1.  Sanggar Siwer Nadi Swara Br.Pagan Kelod

2. Mahasiswa Jurusan Karawitan FSP ISI Denpasar

Pergelaran Karya TA Seni Karawitan 2009 Hari Ke Tiga

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari ketiga Rabu, 20 Mei 2009 akan diikuti oleh lima karya seni baik bercorak tradisi inovatif, maupun kontemporer, yang telah melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni di bidangnya. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. SURAPANA

Surapana, Foto by GC

Karya: I Kadek Suparman

Sinopsis :

Masalah, memang dapat terjadi dan dialami oleh siapa saja. Masalah yang membuat pikiran menjadi kalut, tidak tahu harus berbuat apa. Maka tidak jarang, minuman keraslah yang menjadi jalan keluarnya. Fenomena ini kerap kali dialami oleh generasi muda. Dengan minum-minuman keras secara berlebihan, belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Tetapi dibalik itu semua minuman  keras juga dapat memberikan manfaat bagi tubuh apabila kita mampu mengkonsumsinya dengan baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu mengendalikan apa yang kita nikmati termasuk minuman keras. Semua itu penata mencoba menterjemahkan kedalam bahasa musik melalui media alat musik bamboo. Dengan judul Surapana yang berarti minuman keras.

Pendukung: Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa Denpasar.

2. JANTRA

Jantra, Foto by GC

Karya: I Kadek Mahendra Putra

Sinopsis :

Jantra adalah suatu kata yang artinya baling-baling atau istilah Balinya  sering disebut pindekan. Baling-baling merupakan suatu benda yang bisa berputar dengan bantuan tenaga angin. Jika angin berhembus sangat kencang, maka baling-baling akan berputar pelan-pelan. Dari sinilah timbul reaksi pada diri penata untuk menggambarkan proses perputaran baling-baling melalui karya seni inovasi dengan menggunakan media ungkap Gong Kebyar.

Pendukung: Sanggar Yudistira, Banjar Muncan, Desa Kapal, Mengwi.

3. RIT.TIK

Rit Tik, Foto by GC

Karya: I Putu Gede Sukaryana

Sinopsis :

Zaman terus berkembang, manusia telah terlena oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih dan mulai melupakan mesin ketik. Dijamannya, mesin ketik adalah idola bagi para penulis. Di jaman teknologi saat ini, mesin ketik mungkin hanya digunakan oleh orang tertentu saja. Sayup-sayup suara mesin ketik yang kethak-kethok itu seperti “menyihir” pusat kesadaran penata untuk berkreasi, walaupun sebenarnya hanya satu nada yang sama yang berulang-ulang.

Dari sebuah mesin ketik tua timbul inspirasi panata untuk mentransformasikannya menjadi sebuah karya seni musik kontemporer yang berjudul Rti.Tik.

Pendukung: Mahasiswa ISI Denpasar

4. KULI BANGUNAN

Kuli Bangunan, Foto by GC

Karya: Made Wira Oka Atmadi

Sinopsis :

Perjalanan panjang peradaban manusia, dapat menjadikan petunjuk jalan menuju suatu kesamaan penghargaan dalam perbedaaan profesi yang tetap mendapat sebuah pengukuan, walaupun manusia modern selalu berfikir efektif-efisien dengan jaman mesin yang serba canggih. Dengan itu setidaknya kita tidak memandang sebelah mata terhadap kuli bangunan, marilah kita apresiasikan kedalam berbagai hal. Pada kali ini penata mencoba mengekspresikannya lewat sebuah karya seni musik, melalui pengolahan unsur musical yang terangkai menjadi sebuah komposisi musik kontemporer dengan judul Kuli Bangunan.

Pendukung        : Komunitas Rare Kual, Kel.Banjar Tegal, Singaraja

5. MIDER GITA

Mider Gita, foto by GC

Karya: I Gusti Bagus Sukma Adi Oka

Sinopsis :

Fenomena budaya yang menyebut Bali sebagai “Pulau Seribu Pura” menjadikan Bali sebagai sebuah pulau yang penuh dengan ritus keagamaan. Setiap ritus yang dilaksanakan itu selalu memberikan arti penting dalam setiap relung kehidupan yang sudah membudaya dalam masyarakat Bali.

“Mider Gita” adalah karya karawitan yang terinspirasi dari prosesi ritual yang merupakan sebuah bentuk “ritus” yang telah mentradisi dalam kehiudupan masyarakat Desa Bungkulan Buleleng, merupakan warisan nenek moyang yang selalu dilaksanakan setiap diselenggarakannya upacara piodalan, secara murwa daksina berkeliling pada areal pura.

Pendukung: Sanggar Seni Tripitaka, Desa Munduk Kabupaten Buleleng.

Pergelaran Karya TA Mahasiswa Karawitan Hari Kedua

Karya TA PS Karawitan 2007

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari kedua Selasa 19 Mei 2009 akan diikuti oleh enam  karya karawitan yang telah dibuat melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni dalam bidang karawitan. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. CE TANG TUNG

Ce Tang Tung, Foto by GC

Karya: I Gede Yusman Hanggara Putra

Sinopsis :

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, itulah ungkapan yang sering kita dengar tatkala kita melakukan suatu pekerjaan, seperti halnya dalam proses mengolah padi menjadi beras secara tradisional. Dimana kerjasamanya merupakan hal utama untuk mencapai keberhasilan.

Dengan melihat fenomena tersebut, penggarap terilhami/terketuk untuk mengungkapkannya ke dalam sebuah garapan musik kontemporer yang berjudul “CE TANG TUNG”

“CE TANG TUNG” beranologi dari suara yang dihasilkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk mengolah padi menjadi beras pada zaman dahulu. Dengan menggunakan alat-alat tradisional tersebut diharapkan mampu mendukung ide penata yang berlandaskan nilai-nilai estetis.

Pendukung :

  1. Gede Kardi Arthana
  2. A.A. Bagus Rudi Pratama
  3. Putu Gede Widaryana
  4. Kadek Yudana Giri
  5. I Putu Edy Gustama

2. BANGKET

Bangket, Foto by GC

Karya I Gede Made Kertia Yasa

Sinopsis :

Sawah yang hijau, ladang yang subur, hasil yang melimpah adalah dambaan dan kebanggaan para petani. Namun semua itu kini hanya tinggal kenangan semata.

Pemandangan sawah yang hijau telah berubah menjadi hamparan perumahan dan pabrik-pabrik. Kami rindu akan sawah yang hijau, kami rindu akan pemandangan yang asri. Maka dari keadaan itulah muncul ide penggarap untuk mewujudkan suasana alam persawahan dengan mentransformasikan kedalam sebuah ide garapan komposisi karawitan kontemporer dengan judul “Bangket” (sawah).

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Tedung Sari Br. Pemenang-Kediri-Tabanan

3. SRSTHI

Srsthi, Foto by GC

Karya: I Kadek Indra Wijaya

Sinopsis :

Perputaran dunia yang mengelilingi sumbunya mengakibatkan terjadinya zaman, dalam istilah Hindu disebut Yuga. Yuga mengalami perubahan akibat pengaruh rotasi bumi mengelilingi matahari. Yuga terbagi menjadi empat, yaitu : Kertha Yuga, Traetha Yuga, Duapara dan Kali Yuga. Akhir dari Yuga adalah Prelaya (kehancuran atau kiamat). Hancurnya bumi beserta isinya, baik yang terjadi dalam Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit mengisyaratkan hancurnya tata surya. Kehancuran inilah menjadi penyebab terjadinya ” penciptaan kembali”

Fenomena ini dituangkan dalam penataan karya karawitan yang diberi judul Srsthi.

Pendukung Karawitan: Sanggar Dwi Ghurnita Sari Kedonganan Kuta

4. GELAR SAET

Gelar Saet, Foto by GC

Karya: Putu Tiodore Adi Bawa

Sinopsis :

Sabung ayam atau tajen lebih tepat merupakan gambaran dari masyarakat Bali yang mereka gambarkan tentang diri mereka sendiri. Aktivitas sekelompok orang dalam arena sabung ayam, bila dicermati sesungguhnya terdapat beberapa nilai-nilai seperti : nilai sosial, kejujuran, ekonomi dan patriotisme. Gelar Saet merupakan sebuah pertunjukan sabung ayam yang dilakukan secara babak per babak sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh para bebotoh yang umumnya terjadi pada arena sabung ayam (tajen). Memperhatikan hal tersebut, memberikan rangsangan untuk menterjemahkan apa yang terjadi, lewat bahasa musik dalam bentuk tabuh kreasi pepanggulan melalui media gamelan Smara Dhana.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Seni Lingga Jati, Jalan Kebo Iwa, Denpasar

5. KLENTANG-KLENTING

Klentang Klenting, Foto by GC

Karya: I Wayan Hari Wijaya

Sinopsis :

Permasalahan memang tak pernah lepas dari kehidupan manusia, entah itu dari masalah karier, keuangan dan juga cinta. Hal tersebut sering membuat seseorang menjadi putus asa, terkadang juga membingungkan dan membuat stress.

Berdasarkan pengalaman penata, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah ingin terlepas dari segala masalah tersebut. Minum-minuman yang beralkohol adalah salah satu jalan yang penata lakukan, dengan pikiran yang tidak menentu dan sedikit tak sadarkan diri, botolpun dijadikan alat musik sederhana agar dapat menghibur diri dari segala masalah yang ada.

Pendukung        :

  1. Sang Putu Yohanes
  2. I Kadek Dede Sunarya
  3. I Putu Gede Purnawan

6. NAPZA IN MOTION

Nafza in Motin, Foto by GC

Karya: I Wayan Diatmika

Sinopsis :

Fenomena transisi gaya hidup remaja dewasa ini begitu rentan terhadap pergaulan bebas dan pengaruh obat-obat terlarang. NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif berbahaya lainnya telah banyak merenggut jiwa dan menyuramkan masa depan generasi penerus bangsa. Keadaan yang demikian itu seakan menjadi trend budaya mereka. Budaya narkoba, budaya anak muda. Disisi lain jurang yang dalam dan lembah sudah menanti. Mampukah mereka melepaskan diri dari belenggunya……..?

Gejolak perasaan yang menggebu-gebu ingin bebas dari ketergantungan obat terlarang itu, penata ekspresikan melalui sebuah bentuk garapan kontemporer yang berjudul NAPZA IN MOTION.

Pendukung Karawitan   : Sanggar Asti Pradnyaswari Nusa Dua

Sinopsis Karya TA PS Karawitan Hari Pertama

Ujian Karya TA Karawitan 2007

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari pertama Senin 18 Mei 2009 akan diikuti oleh tujuh karya seni yang telah melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni di bidangnya. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. SADHU WINANGUN

Sadhu Winangun

Karya I Wayan Sudarsana

Sinopsis :

Sadhu Winangun adalah menata dua barungan gamelan Pendro dan Selonding yang dapat menyenangkan hati. Penggabungan dari kedua barungan gamelan Pendro dan Selonding yang mempunyai karakter, bentuk, tekhnik permainan serta jumlah instrumen yang berbeda namun secara dasar warna suara dapat ditata, dipadukan atau dimainkan secara bersamaan sehingga menjadi sebuah sajian instrumentalia yang berjudul “Sadhu Winangun”

Pendro adalah hasil karya dengan menggabungkan beberapa jenis instrumen dari gamelan Gong Kebyar dan gamelan Angklung sedangkan Selonding adalah seperangkat gamelan dengan laras pelog tujuh nada yang instrumentasinya terdiri dari alat perkusi yang berupa bilah.

Pendukung Karawitan: Sekaa Gong Taruna Mekar, Tunjuk, Tabanan

2. GANGGA PAWITRA

Gangga Pawitra

Karya Dede Iwan Dwi Ardika

Sinopsis :

Indahnya alam pantai Yeh Gangga dengan pemandangan yang terbentang luas, berpadu dengan awan terlebih-lebih suara kicauan burung yang merdu diiringi dengan deburan ombak yang memancarkan aura-aura kesucian dan kedamaian dapat membangkitkan rasa indah dalam jiwa.

Bertitik tolak dari fenomena tersebut, maka lahirlah sebuah ide untuk mentransformasikannya kedalam wujud sebuah komposisi Tabuh Kreasi dengan judul ” GANGGA PAWITRA”.

Pendukung Karawitan :

Mahasiswa Jurusan Karawitan Semester IV FSP ISI Denpasar dan Siswa  SMKN 5 Denpasar

3. LINGGA YONI “

Lingga Yoni

Karya: Ni Luh Trisna Dewi

Sinopsis :

Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, namun harus dipandang sebagai dua sisi yang saling melengkapi. Demikian juga laki-laki dan perempuan jika dapat saling melengkapi akan terjalin keharmonisan. Konsep ini dituangkan ke dalam sebuah komposisi karawitan dengan menggunakan instrumen gender wayang dan gender rambat sebagai simbol dari Lingga Yoni.

Pendukung Karawitan :

  1. Ida Ayu Wayan Prihandari
  2. Ni Ketut Ari Setyawati
  3. Ni Luh Sri Jayanti
  4. I Gusti Agung Putu Retno Saputra
  5. Ida Made Adnya Gentorang
  6. I Gede Eka Parisuda
  7. I Kadek Aristyawan
  8. I Komang Budiyasa

4. KETA

Keta

Karya: I Kadek Astawa

Sinopsis :

Hidup memang harus dijalani seberat apapun beban yang kita pikul. Begitu juga dengan alur kehidupan yang dilalui. Keterbatasan dalam bicara yang tersendat-tersendat membuat penata tidak seperti anak-anak pada umumnya. Cobaan, hinaan dan cercaan selalu membayangi pikiran.

Apa yang dirasakan akan ditransformasikan kedalam sebuah komposisi Karawitan inovasi Keta dengan memanfaatkan media ungkap gamelan Selonding.

Pendukung Karawitan   :

Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar dan           Sanggar Ceraken’s Batuyang.

5. SEPEDA-KU

Sepeda-Ku

Karya: I Wayan Gede Putra Wirawan

Sinopsis :

Musik tidak hanya sebuah komposisi yang bermelodi

Yang tidak bermelodi pun juga musik,

Musik tidak hanya merupakan sebuah karya audio yang diproduksi dengan alat musik Yang diproduksi tanpa ‘ alat musik’ pun juga dapat menjadi karya musik,

Musik tidak sekedar hanya menjadi media hiburan dan sarana pelengkap ritual

Sesungguhnya, ia juga adalah bahasa universal yang mampu berkomunikasi..

Berpijak dari sebuah usaha untuk memahami musik secara holistic, maka karya komposisi musik baru “Se-pe-da-Ku” ini lahir sebagai sebuah jawaban dari usaha pemahaman yang saya lakukan itu. Di lain sisi, terciptanya karya musik Se-pe-da-Ku ini bertujuan untuk mempresentasikan pengalaman batin yang saya rasakan ketika duduk di bangku SMU, dimana setiap hari untuk pergi kesekolah harus menaiki sepedaku.

Pendukung        : W.Y.P. art foundation.

6. BHAKTI PRING

Bhakti Pring

Karya:  I Kadek Sudiasa

Sinopsis :

Kehadiran bambu ditengah kehidupan manusia khususnya di Bali, sangatlah berperan dan memiliki arti yang amat mendalam, dari ujung hingga akarnya dapat dipergunakan, baik untuk ritus kehidupan maupun hiburan. Bambu hadir dalam konteks ruang dan waktu yang bermakna dalam kehidupan manusia. Ia hadir untuk memberikan kehidupan secara lahiriah dan juga batiniah.

Maka, “Tundukan kepalamu dan bercerminlah pada bambu”, karena bambulah yang akan mengisi kehidupan mu dari lahir hingga memeluk dan mengantar mu saat engkau meninggal nanti.

Penata Instalasi             : I Nyoman Sujana Kenyem

Pendukung Karawitan   : Sanggar Tabuh Manik Sekecap Br.Kutuh Sayan-Ubud

7. CETAKENG TAWANG

Cetakeng Tawang

Karya: I Wayan Sukrisna Saskara

Sinopsis :

Pemuda atau anak remaja yang baru mengenal lingkungan atau dunia lepas bagaikan seekor burung yang terbang bebas. Penuh dengan godaan yang menjerumuskan. Kebingungan karena banyaknya pilihan yang menyesatkan. Ujian sangat berat dan dapat dilalui karena dengan pemikiran yang jernih, kepintaran, kejelian dalam menentukan pilihan serta kebijakan dalam menyelesaikan setiap masalah, sehingga menjadi pemuda atau remaja yang berjiwa ksatria dan gagah perkasa. Itulah ide yang mengilhami karya karawitan yang diberi judul CETAKENG TAWANG yang berarti bagaikan seekor burung yang terbang dilangit. Dengan media ungkap Gamelan Gong Gede.

Pendukung Karawitan               : Sanggar Gamelan Cendana Batubulan,  Sukawati, Gianyar

Loading...