Photo: National University of Singapore lecturer, Assoc. Prof. Irving Chan Johnson (left), Vice Rector for Planning and Cooperation of ISI Denpasar (Bali) Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum. (second from the left), Dean of the Faculty of Performing Arts, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. (third from the left), and Coordinator of the Karawitan Study Program, I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn. (right), discussing the Memorandum of Understanding (MoU) in the Meeting Room of the Rectorate at ISI Denpasar (27/09).
The Indonesian Institute of the Arts (ISI) Denpasar recently hosted a distinguished delegation from the National University of Singapore (NUS), led by Associate Professor Irving Chan Johnson with his 12 students from the South East Asian Studies Department. This visit was nothing short of a historic moment for both institutions and was warmly welcomed by ISI Denpasar’s Vice-Rector for Planning and Cooperation, Professor Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum, in the ISI Denpasar Rectorate Meeting Room on Wednesday, September 27, 2023.
Also present is the Dean of the Faculty of Performing Arts, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, the Dean of the Faculty of Performing Arts, and I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn, the Coordinator of the Karawitan Study Program. The primary focus of this gathering was to discuss the draft for the Memorandum of Agreement (MoA) between the Faculty of Performing Arts at ISI Denpasar and the South East Asian Studies Department at NUS.
Professor Sudirga enthusiastically embraced the prospect of this meaningful MoU with NUS, a venerable institution with a legacy of academic excellence. He enthusiastically outlined the numerous opportunities this collaboration could bring, such as joint research initiatives, seminars, faculty and student exchanges, and various other collaborative ventures that would be mutually beneficial. “NUS stands as a paragon of higher education globally, and this partnership promises an array of advantages for us,” Sudirga elaborated.
Professor Irving, proficient in Indonesian and Balinese, expressed his optimism about the prospective MoU as a conduit for fostering profound cooperation between the two esteemed universities. Following discussions regarding the draft MoU at ISI Denpasar, Professor Irving pledged to submit it for a thorough review by the Head of the Department of Asian Studies at NUS. “Upon receiving approval from our department head, we can officially seal this momentous agreement,” assured the professor. In the spirit of cultural exchange and synergy, students from NUS’s South East Asian Studies Department had the privilege of participating in an engaging Balinese dance workshop. This lively event took place at the I Ketut Reneng Dance Studio in ISI Denpasar. Under the expert guidance of the Dance Study Program Lecturer, I Wayan Sutirtha, S.Sn., M.Sn, students were introduced to the fundamentals of Balinese dance, including movements such as ngumbang, agem, angsel, piles, and ngeseh. The students’ enthusiasm and receptiveness to the intricate dance forms were truly remarkable and indicative of the cultural bonds being forged. (ISIDps/PR)
Photo: Students from the South East Asian Studies Department, NUS took part in a Balinese Dance workshop at the I Ketut Reneng Dance Studio, ISI Denpasar, (27/09)
Foto: Dosen National University of Singapore, Assoc. Prof. Irving Chan Johnson (kiri), Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar (Bali) Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum. (dua dari kiri), Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, (tiga dari kiri) dan Koordinator Program Studi Karawitan, I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn. (kanan), membahas MoU di Ruang Rapat Rektorat ISI Denpasar, (27/09)
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menerima kunjungan delegasi dari the National University of Singapore (NUS), dipimpin Associate Professor Irving Chan Johnson dan 12 mahasiswa South East Asian Studies Department. Kunjungan ini merupakan momen bersejarah untuk kedua institusi dan diterima dengan hangat oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar (Bali) Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum., di Ruang Rapat Rektorat ISI Denpasar, Rabu, 27 September 2023.
Turut hadir, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, dan Koordinator Program Studi Karawitan, I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn. Kunjungan ini dalam rangka membahas draft Memorandum of Agreement (MoA) antara Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar dengan Department of South East Asian Studies, NUS.
Prof. Sudirga menyambut baik pembahasan MoU dengan institusi pendidikan tinggi tertua di Singapura ini. Dia mengungkapkan kerja sama ISI Denpasar dengan NUS akan mencakup penelitian bersama di bidang seni, penyelenggaraan seminar, pertukaran dosen dan mahasiswa, serta kegiatan bersama lainnya yang relevan bagi kedua belah pihak. “NUS salah satu universitas terbaik di dunia, kerja sama ini akan memberikan banyak manfaat untuk kita,” paparnya.
Prof. Irving mengatakan MoU akan mempermudah kerja sama antara dua perguruan tinggi ini. Setelah pembahasan draft MoU dengan pihak ISI Denpasar, dia akan meneruskan draft MoU kepada Kepala Department of Asian Studies, NUS untuk ditinjau kembali. “Setelah ditinjau dan disetujui kepala departemen, MoU ini bisa kita tandatangani,” ujar professor yang fasih berbahasa Indonesia dan Bali ini.
Sementara itu, mahasiswa South East Asian Studies Department, NUS berkesempatan untuk mengikuti workshop tari Bali. Workshop ini dilaksanakan di Studio Tari I Ketut Reneng, ISI Denpasar dengan bimbingan Dosen Program Studi Tari, I Wayan Sutirtha, S.Sn., M.Sn. Mahasiswa mempelajari teknik-teknik dasar tari Bali, seperti ngumbang, agem, angsel, piles, dan ngeseh. Mahasiswa begitu antusias menyimak gerak tari yang diperagakan dan mengindikasikan ikatan budaya yang terjalin erat. (ISIDps/Humas)
Foto: Mahasiswa South East Asian Studies Department, NUS mengikuti workshop Tari Bali di Studio Tari I Ketut Reneng, ISI Denpasar, (27/09)
Foto: Koprodi DKV, ISI Denpasar, Agus Ngurah Arya Putraka, S.Sn., M.Sn., berfoto bersama dosen dan mahasiswa Prodi DKV, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, Selasa (3/10).
Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Denpasar menerima kunjungan Prodi DKV, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur. Kunjungan dalam rangka studi banding ini diterima di Ruang Vicon, Gedung Citta Kelangen Lantai 2, ISI Denpasar, Selasa, 3 Oktober 2023.
Koordinator Program Studi (Koprodi) DKV, ISI Denpasar, Agus Ngurah Arya Putraka, S.Sn., M.Sn, menyambut hangat kedatangan dosen dan mahasiswa Universitas Ma Chung. Dia mengapresiasi dipilihnya Prodi DKV ISI Denpasar sebagai objek studi banding. Kegiatan ini dapat memberi ruang dua Prodi DKV ini untuk berdiskusi tentang tata kelola dan inovasi yang dapat diterapkan untuk memajukan institusi.
Dosen Prodi DKV Universitas Ma Chung, Aditya Nirwana, S.Sn., M.Sn., mengatakan kunjungan ini bertujuan untuk menyimak langsung pengelolaan dan fasilitas penunjang akademik DKV ISI Denpasar. Diskusi bersama dengan dosen ISI Denpasar memberikan pandangan baru untuk para dosen dan mahasiswanya. “Kami belajar banyak dari apa yang disampaikan dosen ISI Denpasar. Kami melihat bagaimana fasilitas dan suasana akademik yang terbangun di sini. Prodi DKV ISI Denpasar mengintegrasi ilmu modern dan tradisional dengan sangat mulus. Itu yang kami perlu banyak belajar,” ujar dosen ahli bidang Research Design ini. Dosen dan mahasiswa Universitas Ma Chung juga mengunjungi Ruang Prodi DKV ISI Denpasar. Mereka melihat karya-karya mahasiswa ISI Denpasar yang ditunjukan langsung oleh Koprodi DKV. Karya tersebut, antara lain desain ilustrasi, animasi, karikatur, prasi (lontar bergambar), dan karya visual lainnya.
Foto: Koprodi DKV, ISI Denpasar menunjukan karya mahasiswa Prodi DKV ISI Denpasar kepada dosen dan mahasiswa Prodi DKV, Universitas Ma Chung, Selasa (3/10).
Salah satu mahasiswi Prodi DKV, Universitas Ma Chung, Helga Karisa Putri mengungkapkan kekagumannya pada karya-karya mahasiswa Prodi DKV ISI Denpasar. Dia mengatakan desain serta bahan yang digunakan untuk menuangkan karya sangat khas. “Media yang digunakan tidak hanya kertas, ada prasi (berbahan daun lontar) yang menggambarkan cerita sejarah, sangat unik. Struktur bangunan disini juga sangat kental dengan budaya Bali”, ungkap mahasiswi semester 5 ini. (ISIDps/Humas)
Foto: Kadek Puja Astawa, SE, M.H., mengisi kuliah mahasiswa Prodi Produksi Film dan TV ISI Denpasar di Ruang Laboratorium Prodi PFTV ISI Denpasar, Selasa, (3/10).
Program Studi (Prodi) Produksi Film dan Televisi (PFTV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menghadirkan Kadek Puja Astawa, SE, M.H., sebagai dosen tamu. Konten kreator yang tenar dengan nama Hai Puja ini menyampaikan materi kuliah Produksi Konten Media Sosial kepada mahasiswa semester 1, 3, dan 5 Prodi PFTV. Kuliah diselenggarakan di Ruang Laboratorium Prodi PFTV ISI Denpasar, Selasa, 3 Oktober 2023.
Puja menyampaikan materi tentang strategi membangun personal branding yang menjadi daya tarik konten. Dia mengumpamakan media sosial sebagai pasar, tempat konten kreator menjual hasil produksinya. “Bagaimana caranya kita menarik pembeli agar mampir ke tempat kita di pasar yang begitu banyak pedagangnya? Inilah tugas seorang konten kreator untuk memproduksi konten yang nantinya dapat menarik minat konsumen,” jelas Puja dalam presentasinya.
Konten kreator kelahiran Singaraja ini juga memaparkan kiat-kiat membuat konten yang menarik audiens. Menurutnya, konten kreator harus membuat karya maksimal. Maksimal dalam artian kreator harus mencintai pekerjaannya. Topik konten dapat dicari dari hal terdekat kreator sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Puja menyampaikan pentingnya memberi kesan pertama yang membekas sehingga menyentuh emosi penonton dalam tiap konten. Mengikuti tren dan menggunakan keyword yang tepat juga memberikan pengaruh yang besar pada suatu konten.
Koordinator Prodi PFTV ISI Denpasar, I Nyoman Payuyasa, S.Pd., M.Pd., menyambut hangat kehadiran Puja Astawa sebagai dosen tamu di prodi yang dipimpinnya ini. Menurutnya, Puja adalah figur yang aktif dan kreatif dalam menciptakan konten-konten yang menarik. Konten yang dibuatnya pun sungguh berterima bagi masyarakat Bali. “Menghadirkan beliau di kelas menjadi sangat penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman yang sudah matang, jadi, dan tentunya berhasil. Terbukti di kelas, mahasiswa sangat antusias mengikuti materi yang dibagikan oleh Pak Puja,” ujarnya.
Puja menuturkan menjadi dosen tamu di ISI Denpasar merupakan pengalaman yang sangat berkesan untuknya. Dia memiliki ruang untuk membagikan informasi bagaimana dunia media sosial bekerja. “Materi yang saya sampaikan tadi adalah apa yang saya lakukan di rumah dan tentunya membuat saya menjadi konten kreator yang lebih baik,” ungkap Puja di akhir acara.
Dia menambahkan, pesatnya kemajuan teknologi membuat insan kreatif ikut terpacu membuat konten yang lebih variatif. Salah satunya dengan mengangkat topik seni dan budaya Bali. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan mulia untuk mengenalkan khasanah seni dan budaya Bali ke mata dunia. “Media sosial sudah tersedia, seperti Instagram dan Tiktok. Melalui media ini bisa mengantarkan kesenian yang kita lebih dikenal dunia. Apalagi ISI Denpasar mempunyai calon-calon videografer handal yang tentunya akan menghasilkan karya berkualitas,” imbuh konten kreator dengan 400 ribu lebih pengikut di Instagram ini. Puja Astawa juga menyampaikan kegembiraan tentang perubahan nomenklatur ISI Denpasar menjadi ISI Bali. Dia meyakini perubahan nomenklatur ini akan diikuti dengan semakin majunya institusi ini dalam kompetisi global. Penyematan nama Bali yang telah mendunia akan membuat perguruan tinggi ini lebih mudah dikenal. “Semoga perubahan nomenklatur ini membuat ISI Bali lebih dikenal luas dan melahirkan lebih banyak seniman hebat,” harapnya. (ISIDps/Humas)
Foto: Kadek Puja Astawa, SE, M.H., bersama Koprodi PFTV, I Nyoman Payuyasa, S.Pd., M.Pd., dan mahasiswa Prodi PFTV berfoto bersama di akhir perkuliahan.
Foto: Pembinaan Gending Bopong Gender Wayang gaya Kayumas oleh Tim PKM ISI Denpasar di Sanggar Tabuh Kembang Waru, Banjar Abian Kapas Kaja, Desa Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur
Petangkilan merupakan salah satu adegan dalam pertunjukan wayang kulit Bali dengan beberapa motif gending untuk mengiringi tokoh-tokoh wayang yang akan mengadakan sidang/musyawarah (pauman). Gending ini dimainkan setelah gending pemungkah serta hanya dimainkan sekali tiap pentas. Gending petangkilan dalam wayang kulit Bali ada tiga macam yaitu Gending Alas Arum untuk karakter halus; Rundah untuk karakter sedang (mata dedeling), dan Bopong untuk karakter raksasa (keras). Pada umumnya ketiga gending gaya Kayumas Denpasar ini pasti disajikan dalam sebuah pertunjukan Wayang Kulit Bali. Namun belakangan Gending Bopong sudah jarang disajikan lagi.
Beranjak dari fenomena tersebut, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pembinaan Gending Bopong Gender Wayang Gaya Kayumas Denpasar. Kegiatan dilaksanakan di Sanggar Tabuh Kembang Waru, Banjar Abian Kapas Kaja, Desa Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur. Pembinaan dilaksanakan sejak 29 April 2023 sampai dengan tanggal 30 Agustus 2023.
PKM dilaksanakan oleh sebuah tim yang diketuai oleh Ni Putu Hartini, S.Sn., M.Sn, anggota tim lainnya adalah I Nyoman Mariyana, S.Sn., M.Sn dan Dr. I Gede Mawan, S.Sn., M.Si. Kegiatan ini juga melibatkan dua mahasiswa semester 6 Program Studi Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar, yaitu Ni Putu Shinta Mahadewi dan I Made Darmayasa. Mahasiswa ikut terlibat dalam memberikan pembinaan dan dokumentasi kegiatan.
Hartini menyatakan prioritas utama dalam pembinaan ini bukan hanya seputar penguasaan teknik keahlian menabuh dan penguasaan materi gending secara praktis, tetapi juga sebagai upaya membangun kecintaan dan rasa memiliki atas warisan kesenian dan budaya Bali, khususnya Gending Bopong Gender Wayang Gaya Kayumas. “Pewarisan gending-gending gender wayang, terutama gaya Kayumas Denpasar, harus mendapat perhatian dari para seniman karawitan, terutama pecinta gender wayang. Pembuatan dokumentasi audio visual harus segera dilakukan untuk menyelamatkan semua gending yang masih diingat. Melalui dokumen ini, kedepannya dapat dipakai sebagai sumber pengetahuan dan sumber materi pembelajaran,” ujar dosen Program Studi Karawitan ISI Denpasar ini.
Pimpinan Sanggar Tabuh Kembang Waru, I Ketut Raditha, menyambut dengan antusias kegiatan pembinaan Gending Bopong ini. Dia menganggap Gending Bopong kurang diminati oleh generasi muda karena memiliki struktur yang panjang, berbeda dengan gending Petangkilan lainnya. Sehingga pemain gender kesulitan dalam menguasai gending ini. “Sangat diperlukan sumber daya atau pembina untuk dapat melakukan pembinaan terhadap Gending Bopong ini,” tuturnya.
Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PKM) ini terdiri dari empat langkah kegiatan. Langkah-langkah tersebut meliputi pengenalan gending Bopong, pembacaan notasi, permainan musikalitas, dan pelatihan gending Bopong dengan demonstrasi teknik dasar memainkan gending Bopong Gender Wayang. Proses pelatihan dan pembinaan gending Bopong di Sanggar Tabuh Kembang Waru mencakup 15 kali pertemuan. Pembinaan diikuti oleh 12 peserta didik, terdiri dari 8 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Seluruh peserta didik berhasil menguasai materi pokok dengan baik dalam kegiatan pengabdian ini. Gending Bopong memiliki melodi yang panjang, sehingga dalam proses penuangan gending ini, dibagi menjadi beberapa bagian. Setiap kali pertemuan, satu bagian gending berhasil dituangkan, dan setiap bagian akan dibagi lagi untuk memudahkan pemahaman dan penguasaan peserta didik. Penuangan materi gending Bopong dari bagian I, II, dan III dapat dikuasai dengan baik dan dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan. (ISIDps/Humas)