Sinopsis Karya TA PS Karawitan Hari Pertama

Ujian Karya TA Karawitan 2007

Ujian Tugas Akhir Program Studi Seni Karawitan merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Tugas Akhir (TA) dengan beban SKS sebanyak 6 SKS. Ujian Tugas Akhir diselenggarakan dalam dua rangkaian yaitu Ujian Karya Seni dan Ujian Karya Tulis yang berupa Skrip Karya seni.  Pada hari pertama Senin 18 Mei 2009 akan diikuti oleh tujuh karya seni yang telah melalui bimbingan dari dosen-dosen pembimbing yang mumpuni di bidangnya. Adapun judul dan penatanya adalah sebagai berikut.

1. SADHU WINANGUN

Sadhu Winangun

Karya I Wayan Sudarsana

Sinopsis :

Sadhu Winangun adalah menata dua barungan gamelan Pendro dan Selonding yang dapat menyenangkan hati. Penggabungan dari kedua barungan gamelan Pendro dan Selonding yang mempunyai karakter, bentuk, tekhnik permainan serta jumlah instrumen yang berbeda namun secara dasar warna suara dapat ditata, dipadukan atau dimainkan secara bersamaan sehingga menjadi sebuah sajian instrumentalia yang berjudul “Sadhu Winangun”

Pendro adalah hasil karya dengan menggabungkan beberapa jenis instrumen dari gamelan Gong Kebyar dan gamelan Angklung sedangkan Selonding adalah seperangkat gamelan dengan laras pelog tujuh nada yang instrumentasinya terdiri dari alat perkusi yang berupa bilah.

Pendukung Karawitan: Sekaa Gong Taruna Mekar, Tunjuk, Tabanan

2. GANGGA PAWITRA

Gangga Pawitra

Karya Dede Iwan Dwi Ardika

Sinopsis :

Indahnya alam pantai Yeh Gangga dengan pemandangan yang terbentang luas, berpadu dengan awan terlebih-lebih suara kicauan burung yang merdu diiringi dengan deburan ombak yang memancarkan aura-aura kesucian dan kedamaian dapat membangkitkan rasa indah dalam jiwa.

Bertitik tolak dari fenomena tersebut, maka lahirlah sebuah ide untuk mentransformasikannya kedalam wujud sebuah komposisi Tabuh Kreasi dengan judul ” GANGGA PAWITRA”.

Pendukung Karawitan :

Mahasiswa Jurusan Karawitan Semester IV FSP ISI Denpasar dan Siswa  SMKN 5 Denpasar

3. LINGGA YONI “

Lingga Yoni

Karya: Ni Luh Trisna Dewi

Sinopsis :

Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, namun harus dipandang sebagai dua sisi yang saling melengkapi. Demikian juga laki-laki dan perempuan jika dapat saling melengkapi akan terjalin keharmonisan. Konsep ini dituangkan ke dalam sebuah komposisi karawitan dengan menggunakan instrumen gender wayang dan gender rambat sebagai simbol dari Lingga Yoni.

Pendukung Karawitan :

  1. Ida Ayu Wayan Prihandari
  2. Ni Ketut Ari Setyawati
  3. Ni Luh Sri Jayanti
  4. I Gusti Agung Putu Retno Saputra
  5. Ida Made Adnya Gentorang
  6. I Gede Eka Parisuda
  7. I Kadek Aristyawan
  8. I Komang Budiyasa

4. KETA

Keta

Karya: I Kadek Astawa

Sinopsis :

Hidup memang harus dijalani seberat apapun beban yang kita pikul. Begitu juga dengan alur kehidupan yang dilalui. Keterbatasan dalam bicara yang tersendat-tersendat membuat penata tidak seperti anak-anak pada umumnya. Cobaan, hinaan dan cercaan selalu membayangi pikiran.

Apa yang dirasakan akan ditransformasikan kedalam sebuah komposisi Karawitan inovasi Keta dengan memanfaatkan media ungkap gamelan Selonding.

Pendukung Karawitan   :

Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar dan           Sanggar Ceraken’s Batuyang.

5. SEPEDA-KU

Sepeda-Ku

Karya: I Wayan Gede Putra Wirawan

Sinopsis :

Musik tidak hanya sebuah komposisi yang bermelodi

Yang tidak bermelodi pun juga musik,

Musik tidak hanya merupakan sebuah karya audio yang diproduksi dengan alat musik Yang diproduksi tanpa ‘ alat musik’ pun juga dapat menjadi karya musik,

Musik tidak sekedar hanya menjadi media hiburan dan sarana pelengkap ritual

Sesungguhnya, ia juga adalah bahasa universal yang mampu berkomunikasi..

Berpijak dari sebuah usaha untuk memahami musik secara holistic, maka karya komposisi musik baru “Se-pe-da-Ku” ini lahir sebagai sebuah jawaban dari usaha pemahaman yang saya lakukan itu. Di lain sisi, terciptanya karya musik Se-pe-da-Ku ini bertujuan untuk mempresentasikan pengalaman batin yang saya rasakan ketika duduk di bangku SMU, dimana setiap hari untuk pergi kesekolah harus menaiki sepedaku.

Pendukung        : W.Y.P. art foundation.

6. BHAKTI PRING

Bhakti Pring

Karya:  I Kadek Sudiasa

Sinopsis :

Kehadiran bambu ditengah kehidupan manusia khususnya di Bali, sangatlah berperan dan memiliki arti yang amat mendalam, dari ujung hingga akarnya dapat dipergunakan, baik untuk ritus kehidupan maupun hiburan. Bambu hadir dalam konteks ruang dan waktu yang bermakna dalam kehidupan manusia. Ia hadir untuk memberikan kehidupan secara lahiriah dan juga batiniah.

Maka, “Tundukan kepalamu dan bercerminlah pada bambu”, karena bambulah yang akan mengisi kehidupan mu dari lahir hingga memeluk dan mengantar mu saat engkau meninggal nanti.

Penata Instalasi             : I Nyoman Sujana Kenyem

Pendukung Karawitan   : Sanggar Tabuh Manik Sekecap Br.Kutuh Sayan-Ubud

7. CETAKENG TAWANG

Cetakeng Tawang

Karya: I Wayan Sukrisna Saskara

Sinopsis :

Pemuda atau anak remaja yang baru mengenal lingkungan atau dunia lepas bagaikan seekor burung yang terbang bebas. Penuh dengan godaan yang menjerumuskan. Kebingungan karena banyaknya pilihan yang menyesatkan. Ujian sangat berat dan dapat dilalui karena dengan pemikiran yang jernih, kepintaran, kejelian dalam menentukan pilihan serta kebijakan dalam menyelesaikan setiap masalah, sehingga menjadi pemuda atau remaja yang berjiwa ksatria dan gagah perkasa. Itulah ide yang mengilhami karya karawitan yang diberi judul CETAKENG TAWANG yang berarti bagaikan seekor burung yang terbang dilangit. Dengan media ungkap Gamelan Gong Gede.

Pendukung Karawitan               : Sanggar Gamelan Cendana Batubulan,  Sukawati, Gianyar

ISI DENPASAR DISIBUKKAN DENGAN KEGIATAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

ISI DENPASAR DISIBUKKAN DENGAN KEGIATAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

I Nyoman Kariasa, SSn dosen ISI Denpasar yang sedang tugas mengajar ke Perancis

I Nyoman Kariasa, SSn dosen ISI Denpasar yang sedang tugas mengajar ke Perancis

Denpasar. Institut Seni Indonesia Denpasar sebagai lembaga pendidikan seni terus berupaya membenahi diri dengan perbaikan diberbagai bidang termasuk meningkatkan kualifikasi diri dengan berbagai kegiatan baik bertarat nasional hingga internasional. Tentunya Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang menjadi nyawa dalam Perguruan Tinggi tetap dijalankan sesuai dengan yang telah digariskan oleh Depdiknas. Dalam bidang penelitian para dosen ISI Denpasar tengah disibukkan dengan konfrensi internasional tentang budaya yaitu “The 3rd south and southeast asia association for the study of culture and religion (SSEASR) conference” yang bekerjasama dengan UNHI. Rencannya kegiatan tersebut akan berlangsung pada 3-6 Juni 2009 dan akan dihadiri para penyaji dari 58 Negara di Dunia. Untuk Tema yang akan diangkat dalam seminar tersebut adalah “Waters in Southband SouthEast Asia : Interaction of Culture and Religion”. Dalam ajang internasional tersebut para dosen, staf bahkan mahasiswa akan ikut terlibat, baik sebagai panitia, peserta seminar maupun penyaji saat seminat internasional berlangsung. Selain para dosen diberikan peluang untuk dapat memberikan sumbangsihnya sebagi penyaji di SSEASR cenference tersebut, dosen ISI denpasar juga mengikuti berbagai penelitian stategis untuk dipusat maupun penelitian dilingkungan kampus serta penelitian sebagai pemenang berbagai hibah. Bahkan untuk menggodok penelitian tersebut ISI Denpasar melibatkan tim penilai dari Universitas Udayana serta Universitas Pendidikan Ganesa (UNDIKSHA) yang sudah memiliki sertifikat sebagai penilai penelitian.

Sementara dalam bidang pendidikan, para mahasiswa dan Dosen ISI Denpasar juga disibukkan dengan persiapan mengghadapi ujian akhir mahasiswa baik dalam penciptaan maupun pengkajian di dua fakultas, yaitu Fakultas seni pertunjukan dan fakultas seni rupa dan desain. Kampus mulai terlihat hiruk pikuk dalam hal persiapan Tugas Akhir, karena TA di ISI Denpasar paling beda. Dimana masyarakat umum diijinkan untuk menilai dalam hal ini melihat proses Ujian Akhir itu sendiri. Dalam hal kurikulum pendidikan bagi mahasiswa asing juga lebih ditingkatkan, terutama dibidang metode pengajaran yang profesional, insfrastuktur dan tenaga pengajar dengan kapabilitas bahasa yang memadai. Apalagi ISI Depasar telah membuka program s1 International, jadi tuntutan ke arah world class university menjadi semakin realistis. Sementara dalam bidang pengabdian masyarakat, selain melakukan ngayah di Besakih dan Ulun Danu Batur, ISI denpasar juga berencana melakukan ngayah ke Pura dalem Giangkong Cakranegara, Mataram NTB, pada tanggal 24 April 2009 bertepatan denngan Odalan dipura setempat. ISI Denpasar akan mempersembahkan tari dan tabuh wali serta hiburan (bali-balihan). Untuk persembahan tari wali isi denpasar akan menampilakan tari rejang, baris, topeng yang nantinya akan diiringi oleh sekaa tabuh wanita isi denpasar yaitu Asti pertiwi. Sementara untuk persembahan hiburan, isi denpasar akan menampilkan pentas tari selat segara, jauk manis, satya brasta, oleg tamulilingan serta truna jaya yang diiringi oleh sekaa tabuh dari ISI denpasar. Menurut PR IV ISI Denpasar I Wayan Suweca, SSKar, M. Mus rombongan yang berangkat adalah 73 orang yang terdiri dari 22 orang mahasiswa dan sisanya dosen serta staf isi denpasar.

Selain itu bentuk pengabdian isi telah mengirimkan salah satu dosennya ke Paris-Perancis guna meningkatkan pengenalan masyarakat Perancis terhadap budaya Indonesia khususnya dalam hal gamelan Bali. ISI Denpasar diwakili oleh 2 orang yaitu I Nyoman Kariasa, SSn seorang dosen dari Jurusan karawitan dan Ida Bagus Gede Surya Peradantha seorang mahasiswa dari jurusan tari. Program ini akan berlangsung selama 6 bulan dari bulan Maret sampai Balan Agustus 2009. Sementara itu bukti mahasiswa ISI Denpasar dapat bersaing dengan mahasiswa lainnya di Indonesia adalah prestasi yang telah ditorehkan salah satu mahasiswa Prodi DKV ISI denpasar atas nama Ketut Adhi Apriana, yang mendapat juara III dalam lomba desain logo ulang tahun 60 tahun Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Begitulah ISI Denpasar Kampus yang bernafaskan seni Bali yang tidak lelah-lelahnya beraktivitas demi kelestarian Seni dan Budaya Bali.

Humas ISI Denpasar melaporkan…

“Manggur” Gamelan Gong Gede Sumbangsih ISI Denpasar di Pura Besakih

“Manggur” Gamelan Gong Gede Sumbangsih ISI Denpasar di Pura Besakih

lim_4211-kcl-copy1Denpasar– Bertepatan dengan akan diadakannya Upacara Panca Bali Krama dan Bhatara Turun Kabeh yang diadakan akhir bulan Maret dan April ini di Besakih, ISI Denpasar merasa terpanggil untuk ikut memberikan sumbangsih dalam bentuk “ngayah”. Tentunya ngayah disini disesuaikan dengan kemampuan dari civitas akademika ISI Denpasar. Contohnya mahasiswa karawitan ISI Denpasar yang ikut berpartisipasi dalam persiapan upacara tersebut dengan jalan membersihkan dan “manggur” atau melaras nada gamelan gong gede yang ada di Pura Besakih. Tujuannya tentu agar pada saat upacara nanti gamelan yang merupakan salah satu instrumen upacara dapat berfungsi dengan maksimal. Para mahasiswa yang didampingi oleh Pj. Rektor ISI Denpasar, Pj. Pembantu Rektor dan para dosen, tampak antusias dan responsif mengikuti setiap program kegiatan yang diselenggarakan Jurusan Karawitan ISI Denpasar. Acara ini dibimbing oleh para dosen Karawitan pimpinan I Made Kartawan, SSn, M.Si dan Pande Gede Mustika, S.SKar, M.Si yang juga pengampu mata kuliah Organologi dan Akustika.

Kegiatan ini juga sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat serta pengajaran kepada mahasiswa untuk dapat secara langsung mengaplikasikan ilmu tentang Organologi dan Akustika. Menurut Pj. Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A, adanya kegiatan melaras gamelan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat bahwa Jurusan Karawitan ISI Denpasar tidak hanya mampu dalam menabuh gamelan tapi juga mampu melaras gamelan. Kedepan tidak hanya Gamelan Gong Gede saja yang dilaras, tapi juga berencana untuk melaras Gamelan Semarpagulingan dan melaras barungan gong lainnya kepunyaan Pura Besakih. Selain itu rombongan juga melaksanakan persembahyangan bersama guna “nunas ica” agar seluruh keluarga besar ISI Denpasar diberikan keselamatan. Prof. Rai menambahkan bahwa sumbangsih yang diberikan ISI Denpasar melalui pelarasan gamelan, mungkin terlihat kecil namun menurut Prof. Rai besar kecilnya sumbangan tidak bisa dilihat dari nilai sumbangannya, namun ketulusiklasan dari civitas ISI Denpasar sesuai dengan bidangnya. Selain itu ISI Denpasar diberikan kesempatan untuk “ngayah” dalam bentuk pementasan Lelambatan Klasik Pagongan, Baris Gede, Rejang, Wayang, Topeng dan pementasan tabuh Semar Pagulingan oleh Asti Pertiwi (sekaa tabuh wanita ISI Denpasar) pada tanggal 7 April 2009.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Loading...