by admin | Nov 8, 2009 | Berita
Semester VII: Karena Mu: Konsep boneka tari / marionette. Kehidupan manusia ibarat wayang yang dikendalikan oleh dalang/ dalam hal ini Tuhan. Berusaha mengangkat kejadian yang ada dikehidupan manusia, property menggunakan tali karena ada keterkaitan dalang yang didepan. Penari 7 orang, 2 dalang. Konsep ilustrasi musik yang mendukung suasana. Garapan music menggunakan alat2 musik kekinian dan bercampur tradisi. Konsep boneka karena prilaku kita sangat beragam dan menarik untuk ditampilkan, ada perkelahian, romantisme.
Semester V: Kursi-Kursi : konsep music, mengiringi tari, music tidak hanya pendukung suasana saja. Music dalam gagasan. Alat music berpencon yang diilham dari sifat penguasa. Mencari sesuatu yang baru menggunakan konterpoint, yang menjadikan rasa special. Instrument bermencon tidak memiliki nada yang pasti. Pedalangan: memasukkan 2 tokoh dalang dengan 2 penari (bayangan), waktu terus berputar, terdapat bayangan di balik itu memakai sarana uang untuk mencapai tujuan. Terakhir dimasukkan narasi selain bahasa Indonesia tapi juga kekawin yang terikat lagu dengan kekawin yang bebas. Tujuannya agar pementasan itu lebih tertuju, maksudnya penolakan jaman kaliyuga. Suasana kekinian bagaimana kursi itu diperebutkan.
Sementer 3: tema: membentuk insan cerdas dan kompetetif melalui seni kontemporer, dengan judul’ di atas waktu’. Semester 3 berusaha mengangkat konsep, dengan menggali konsep buruk manusia (malas). Tugas menjadi beban, sering menunda2 pekerjaan, ketika rasa malas tersebut menguasai diri, menjadi mahasiswa stress. Pedalangan menampilkan kostum property wayang kayonan, bima, topeng jongos, karakter mahasiswa yang malas. Ada kekhasan masa lalu dan masa sekarang., narasi ada filsafat. Tarinya penarinya 9 orang. Wayang diatur oleh seseorang dengan 6 penari sebagai bayangan, yang menggambarkan apabila sifat malas yang mendominasi. Pesan yang diingin disampaikan: tanpa kita sadari rasa malas lebih mendominasi, sehingga jangannya menunda2 pekerjaan. Music gong gede yang sifatnya agung dan mengegelegar. Yang didalamnya memakai instrument .
Semester I: garapan ini berkonsep: “Kara-perkara” alam ketika keseimbangan alam terganggu maka terganggulah kehidupan kita. Kita percaya di alam ini ada makhluk lain yang hidup dan lahir. Keseimbangan alam harus dijaga untuk kenyaman kita dalam kehidupan.
Humas ISI Denpasar melaporkan.
by admin | Nov 8, 2009 | Berita
Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar menggelar Lomba Cipta Seni dan Sarasehan Pertunjukan Kontemporer, selama dua hari dari tanggal 4 November 2009 hingga 5 November 2009. Kegiatan melibatkan seluruh mahasiswa dari semester I, III, V, dan VII dari ketiga Jurusan di FSP yaitu Pedalangan, Karawitan dan Pedalangan. Para mahasiswa dari ke tiga jurusan ini dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan semesternya. Menurut Dekan FSP ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn. M.Sn., lomba yang pertama kali digelar ini merupakan tantangan bagi mahasiswa dan dosen untuk bisa menunjukkan kemampuan mereka di bidangnya masing-masing, dan bagaimana mereka mampu bekerjasama lintas jurusan untuk menghasilkan karya terbaik. Garwa menambahkan dipilihnya lomba kontemporer bertujuan menggali sedalam-dalamnya kemampuan mahasiswa untuk bebas berekspresi, serta untuk memutuskan anggapan bahwa seni budaya Bali sangat identik dengan seni tradisi. Dengan berkembangnya inspirasi mahasiswa di bidang kontemporer maka mampu nenambah wawasan mereka untuk menjadi seniman yang professional. Namun diharapkan mahasiswa jangan terlalu terlena dengan budaya kontemporer, karena budaya local yang kita miliki harus terus dipijak dan dilestarikan. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana mereka bisa mengimbangi antara tradisi dan kontemporer.
Ketua Pelaksana sekaligus PD III FSP ISI Denpasar, I Wayan Berata, S.SKar., M.Sn., kegiatan berlangsung selama dua hari, dimana hari pertama (4 Nov 09) pk. 18.30 wita akan digelar Lomba Cipta Seni Pertunjukan Kontemporer dengan pementasan masing-masing karya sekitar 15 menit. Keesokan harinya (5 Nov 09) pk. 09.00 wita bertempat di Natya Mandala ISI Denpasar akan dilaksanakan sarasehan/ seminar dari karya hasil lomba. Yang menarik dari lomba ini adalah juga keterlibatan para juri dan narasumber yang didatangkan dari Yogyakarta, mereka adalah Miroto, M.FA. dari ISI Yogyakarta, Slamet Gundono yang dikenal juga dengan dalang Wayang Sukat dari Komunitas Pedalangan Solo, serta Agus Santosa, S.Sn., M.Sn dari Komunitas Kontemporer Surabaya.
Acara ini dibuka langsung oleh Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A dan dalam sambutannya Prof. Rai berpesan agar terus mengembangkan kesenian kontemporer dengan menggali konsep dan akar-akar seni dan budaya lokal yang disesuaikan dengan fenomena sosial yang terjadi. Sehingga akan menjadi
Dari Sarasehan Seni Kontemporer (5/11) terungkap bahwa kontemporer tidak semata-mata merusak tradisi, tapi ada konsep disana, tidak sekedar gagasan, tapi ada pesan2 dibalik karyanya. Konsep sangat penting dalam kontemporer. Kontemporer menggali, kontemporer tidak berorientasi untuk pasar, tapi perkembangan sejarah seni. Penting kiranya mengandung kebaruan2/ kekinian2. Contohnya Gong dalam keramat, penentu segala2nya, titik nadir suatu pencapaian. Kontemporer tidak bisa dinilai baik/ benar. Titik tolak kontemporer itu pembongkaran suatu nilai yang diciptakan atas dasar kekuasaan, ini dielaborasi untuk menjadi sesuatu yang baru dari sesuatu yang lama. Kontemporer harus ada konsep, ide yang ada dalam pikiran. Merancang ide pikiran itu konsep. Konsep memberi tekanan secara estetis.
Esensi seni kontemporer adalah keterbukaan pikiran, kreativitas. Menurut Slamet Gundono” kontemporer tidak harus datang di lingkungan akademis, di lumpurpun bisa lahir kontemporer, yang mengangkat local genius. Lain lagi dengan pandangan Agus Santosa: penggarapan seni kontemporer harus memiliki wawasan, seni kontemporer di in donesia itu ada, di barat juga. Ketika membuat seni kontemporer hendaknya dilandasi oleh konsep, yang menyangga seni kontemporer.Semua memberikan dukungan yang penuh, kehidupan seni kontemporer di Bali harus didukung. Karena realita seni kontemporer adalah kesenian yg terpinggirkan/ termarginalkan. Sejarah seni kontemporer di Bali sudah ada sejak tahun 30an. Yaitu Tari Kecak yang ada sekarang diambil dari tari sanghyang yang ada dulu. Walaupun ada pencekalan terhadap seni kontemporer. Kini seni kontemporer sudah mulai diterima di masyarakat. Kontemporer ada di Bali tapi dari segi sosial kontemporer masih diabaikan oleh masyarakat, karena kokohnya seni budaya masyarakat bali.
Sebelum pengumuman pemenang lomba, secara spontanitas Slamet Gundono “sempat” menunjukan kebolehannya dengan menampilkan Dalang Sukat dibarengi oleh seluruh dewan juri yang sama-sama ingin menunjukkan apa arti Seni Kontemporer bagi mereka. Seluruh yang hadir dalam acara merasa mendapat pengetahuan yang berharga tentang seni kontemporer, semoga semangat kontemporer selalu diterapkan dalam penggalian identitas diri dan dalam konteks penciptaan kesenian yang baru.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Jul 29, 2009 | Berita
Rektor ISI Denpasar tampak sedang berfoto dengan PR III, Dosen Pembimbing dan Mahasiswa peserta lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional
(Denpasar-Humasisi)Usaha mewujudkan visi go international tidak lelah-lelahnya dilakukan oleh ISI Denpasar. Tentu untuk mewujudkan hal itu diperlukan kemampuan Bahasa Inggris yang mumpuni, sebagai bekal untuk pergaulan internasional. Setelah dibukanya kursus Bahasa Inggris secara gratis untuk mahasiswa dan diadakannya Lomba Bahasa Inggris pas Dies Natalis VI yang baru lalu, usaha peningkatan kemampuan Bahasa inggris terus ditingkatkan. Salah satu usahanya adalah dengan mengikuti Lomba Debat Bahasa Inggris tingkat Nasional yang digagas oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Depdiknas di Graha Widya Bhakti STESIA Surabaya. Lomba itu berjudul National University English Debating Contest Championship dan ISI Denpasar merupakan salah satu peserta dari 85 Perguruan tinggi Nasional dan Kopertis se-Indonesia. ISI Denpasar memberangkatkan 6 orang mahasiswa, Dosen Pembimbing 3 orang dan Pembantu Rektor III.
Mahasiswa–mahasiswa yang dikirim adalah Kadek Karina Kurniawan, Ni Ketut Septiariawati, Bagus Andrianto Setiawan, Anak Agung Ngurah Gede Dhamata Amitaba, Sheilda Ima Ryandini dan Anak Agung Gede Agung Yudha Palguna S, yang kesemuanya berasal dari FSRD ISI Denpasar. Menurut Salah Satu dosen Pembimbing Ni Ketut Dewi Yulianti, SS, M.Hum mahasiswa yang dikirim ini merupakan hasil pemenang lomba debat Bahasa Inggris yang diselenggarakan Dies Natalis VI yang lalu. Jadi kegiatan ini merupakan kegiatan rutin para pengajar Bahasa inggris di ISI Denpasar atas sokongan dari Pembantu Rektor III.
Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA menyambut gembira dan merasa bangga atas keberangkatan mahasiswa ini. ISI Denpasar yang notabene adalah institusi seni namun mampu mengikuti lomba bahasa Inggris itu merupakan prestasi yang membanggakan. Kegiatan ini juga meningkatkan kemampuan mahahiswa dalam penguasan bahasa asing yang nantinya berguna bagi mahaiswa ke depan. Ini adalah salah satu modal positif untuk ISI Denpasar dan mahasiswa pada khususnya untuk terus meningkatkan kemampuan dirinya baik sesuai dengan disiplin ilmunya maupun kemampuan bahasa inggris yang merupakan modal kita dalam pergaulan internasional. Sementara itu Pembantu Rektor III ISI Denpasar Drs. I Made Subrata, MSi mengatakan kegiatan ini memberikan pengalaman dan membuka wawasan mahasiswa tentang kemampuan bahasa inggrisnya di tingkat Nasional. Untuk menjaga kontinuitas dari kegiatan maka Subrata sebagai PR III selalu mendorong untuk menyaring bakat-bakat mahasiswa dalam bahasa Inggris lewat ajang Lomba debat bahasa Inggris pas Dies Natalis.
Dari kiri ke kanan (Rektor ISI Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA, Prof. Gert Motensen, Ms. Jia Jia Qiao, PR IV I Wayan Suweca, SS.Kar, M.Mus)
Pada lain kesempatan dalam hubungan dengan mewujudkan visi ISI Denpasar untuk go International, ISI Kedatangan Tamu dari Det Kgl. Danske Musikkonservatorium/The Royal Danish Academy of Music Prof. Gert Mortensen dan Ms. Jia Jia Qiao dari Central Conservatory of Music in Beijing. Kedatangan kedua profesor ini mengundang ISI Denpasar untuk konser Kolaborasi di Denmark pada 4 Februari 2010 dengan biaya yang ditanggung oleh pihak Denmark. Prof. Gert akan memboyong 24 penabuh gamelan dan penari dari ISI Denpasar uantuk suatu pagelaran konser besar di Denmark. Ini merupakan salah satu usaha untuk melebarkan networking ISI Denpasar di dunia internasional dan sekaligus bukti pengakuan Dunia internasional atas kemampuan ISI Denpasar dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian Bali.