Hey, Dosen Bukan Lagi Sosok “Maha Tahu”!

Hey, Dosen Bukan Lagi Sosok “Maha Tahu”!

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Pembelajaran berbasis mahasiswa perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi, karena mahasiswa dituntut aktif dalam memperdalam ilmu. Melalui sistem pembelajaran ini dosen tidak lagi menjadi yang “maha tahu”.

Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Shanti Wardaningsih mengatakan, pembelajaran berbasis mahasiswa perlu dikembangkan sebagai salah satu sistem pembelajaran di dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Menurutnya, melalui sistem pembelajaran tersebut dosen tidak lagi menjadi yang maha tahu karena mahasiswa bisa mendapatkan pengetahuan tidak hanya dari dosen, tetapi juga sumber-sumber lain seperti jurnal dan internet.

“Sistem pembelajaran tersebut juga menuntut dosen untuk selalu menambah ilmu pengetahuan, jika tidak mau ketinggalan dari mahasiswanya,” kata Shanti dalam diskusi Student Learning Center di Yogyakarta, Kamis (24/6/2010).

Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini mengatakan, sistem pembelajaran tersebut bukan hanya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa, tetapi juga menciptakan mahasiswa yang berpikir kritis. Seperti contoh, kata dia, sistem pembelajaran itu juga tepat diterapkan pada mahasiswa keperawatan.

Menurut dia, mahasiswa keperawatan juga harus berpikir kritis dan mampu menganalisis suatu kasus sampai tuntas dan menyeluruh sehingga bisa dihasilkan pemecahan masalah yang tepat. “Seorang perawat bukan hanya tahu bagaimana cara menyuntik, tetapi juga harus tahu kenapa dia harus menyuntik, apa isi dari yang disuntikkan, dan apa efek dari suntikan tersebut. Hal itu untuk menghindari eksekusi yang salah,” ujarnya.

Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/06/24/15341148/Hey..Dosen.Bukan.Lagi.Sosok..quot.Maha.Tahu.quot..

Mahasiswa ISI Denpasar Lolos Program Pengembangan Wawasan Internasional ke Turki

Mahasiswa ISI Denpasar Lolos Program Pengembangan Wawasan Internasional ke Turki

Denpasar – Salah satu mahasiswa ISI Denpasar, Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Pedalangan, I Gede Wirawan lolos seleksi dalam Program Pengembangan Wawasan Internasional ke Turki, bagi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat perguruan tinggi, Direktorat Kelembagaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Menurut Gede Wirawan, dirinya lolos setelah sebelumnya berkompetisi lewat penyerahan makalah dan interview dengan peserta dari PTN, PTS se-Indonesia. Dari sekian banyak PT, yang lolos seleksi hanya 14 PT termasuk diantaranya ISI Denpasar, dan ISI Denpasar sebagai satu-satunya PT seni yang lolos dalam program tersebut. Program pengembangan wawasan internasional ini akan merambah wilayah Turki, dan rencananya terselenggara pada tanggal 18-24 Juli 2010. Sebelum berangkat, peserta akan mengikuti kegiatan pre-departure yang antara lain guna mendapatkan pengarahan dan pengembangan wawasan dari pejabat Kemendiknas, praktisi dan wakil dari Kedutaan Besar Turki di Jakarta.

Pembantu Rektor III ISI Denpasar, Drs. I Made Subrata, M.Sn., tidak bisa menyembunyikan rasa bangga atas keberhasilan mahasiswanya dalam mencitrakan lembaganya. Dirinya menambahkan bahwa I Gede Wirawan adalah tergolong mahasiswa berprestasi, dimana selain memiliki keahlian dibidang menari, tabuh dan mendalang, Gede juga mampu menunjukkan kemampuannya di bidang bahasa. Baru-baru ini Gede mewaliki ISI Denpasar mengikuti Lomba Debat Bahasa Inggris tinggat Nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta. Selain itu pada Pimnas yang akan berlangsung di Bali, Gede turut berkompetisi dalam pidato Bahasa Jepang, sebagai materi pendukung. Gede juga terpilih sebagai Juara I Mahasiswa Berprestasi ISI Denpasar.

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. menyambut baik dan bersyukur atas keberhasilan mahasiswa FSP ini. Besar harapan prestasi ini dapat menjadi cerminan dan motivasi bagi yang lainnya. Ini pun sebagai bukti bahwa mahasiswa ISI Denpasar tidak hanya memiliki skill seni tapi juga memiliki nalar ilmiah yang patut diperhitungkan. Semoga Gede mampu terus mengibarkan bendera ISI ditingkat internasional.

Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., dengan mengumbar senyum kebahagiaan menyambut bangga. Prof. Rai mengungkapkan bahwa inilah model mahasiswa yang menjadi impian untuk ISI Denpasar bahkan untuk Indonesia. Dengan menunjukkan prestasinya mampu mengangkat citra ISI ditinggkat internasional. Dirinya tentu akan terus mendukung kerja keras dari segala kegiatan kampus yang positif.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Sambutan Dekan FSRD Dalam Ujian TA tahun 2009/2010

Sambutan Dekan FSRD Dalam Ujian TA tahun 2009/2010

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa-Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar berhasil melaksanakan pameran Tugas Akhir (TA) semester Genap tahun 2009/2010. Tugas Akhir (TA) merupakan proses final mahasiswa sebelum menyelesaikan studi di ISI Denpasar. Pameran yang digelar saat ini merupakan hasil kreativitas mahasiswa yang memiliki nilai sangat spesifik karena menampilkan karya-karya sesuai dengan perkembangan estetika sebagai sebuah ilmu keindahan yang selalu bergerak sealur perkembangan zaman, yang terefleksi dalam gaya hidup, trend, serta kolaborasi budaya lingkungannya.

Pameran ini juga diharapkan mampu membawa kipah dan kontribusi terutama dalam meningkatkan wacana, evaluasi, apresiasi seni terhadap masyarakat, serta merupakan penjelajahan mahasiswa dalam mengembangkan bakat alamiah yang kemudian berproses maju dan berkelanjutan. Proses penempaan diri ini dilakukan melalui penempaan di bangku kuliah yang hasilnya dapat melahirkan praktisi dan pengkaji seni, yang profesional dan berkepribadian.

Semoga pameran ini dapat membangun dialog apresiatif serta mampu meningkatkan kesadaran budaya bagi para seniman, pencinta seni, pengamat seni , dan masyarakat pada umumnya. Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Museum Bali yang telah berkenan memberikan tempat berpameran dan dorongan moral bagi mahasiswa kami.

Sekian dan selamat berpameran.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Dekan FSRD ISI Denpasar,

Dra. Ni Made Rinu M.Si

Mendiknas: Dana Pendidikan Masih Terlalu Kecil

Mendiknas: Dana Pendidikan Masih Terlalu Kecil

JAKARTA-MI: Sekitar 70% anggaran pendidikan habis dipergunakan untuk alokasi peningkatan gaji dan tunjangan bagi guru dan dosen.
Faktor ini yang menjadi penyebab biaya pendidikan di negara ini masih mahal kendati pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Atau senilai Rp214 triliun pada tahun ini.
Demikian Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh mengemukakan hal itu, usai membuka International Conference on Best Practice II, Selasa (22/6) sore, di Jakarta.
Alokasi dana bagi gaji dan tunjangan guru bakal lebih menggelembung dari tahun ke tahun, seiring dengan semakin banyaknya tenaga pengajar yang memperoleh sertifikat kompetensi. Nuh mengatakan, sesuai ketentuan, guru yang memperoleh sertifikat tersebut, berhak mendapat tunjangan senilai gaji pokok.
Dia memberi gambaran, terdapat kurang lebih 2,6 juta guru di Indonesia. Jika semua guru sudah memperoleh sertifikasi, maka pemerintah wajib menggelontorkan dana tunjangan bagi mereka sekitar Rp62 triliun.
“Ini yang menyebabkan dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan makin kurang dan otomatis biaya pendidikan tetap tinggi,” imbuhnya.
Di samping dipotong untuk alokasi tunjangan, alokasi 30% dana pendidikan yang tersisa, masih dipotong lagi untuk alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebanyak 10% atau jumlahnya berkisar antara Rp15-20 triliun.
Kemudian dipotong lagi untuk beasiswa sekitar 3,5% dan kewajiban memasukan ke kas negara dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB) di tingkat perguruan tinggi.
Praktis, lanjut Nuh, dana pendidikan yang tersisa dari tahun ke tahun hanya berkisar sekitar 15% atau kurang lebih jumlahnya tidak jauh dari Rp100 triliun.
Padahal, lanjut Nuh, jumlah itu tidak semuanya dipegang Kementerian Pendidikan Nasional, tetapi masih dibagi lagi dengan Kementerian Agama dan sejumlah instansi lain.
“Inilah yang menyebabkan kita tidak punya dana untuk hal sekedar unttuk memperbaiki sekolah-sekolah yang bangunannya hampir ambruk,” sebutnya. (Tlc/OL-9).

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/06/23/150888/88/14/Mendiknas-Dana-Pendidikan-Masih-Terlalu-Kecil

Kemendiknas Cari Utangan

Kemendiknas Cari Utangan

Anggaran Rp 221,4 Triliun Kurang

JAKARTA –  Anggaran pendidikan sebesar Rp 221,4 triliun belum mampu memenuhi kebutuhan program kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Untuk menutup kekurangan anggaran, Kemendiknas memilih untuk meminjam uang dari luar negeri.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Hakam Naja menganggap, tidak selayaknya Kemendiknas menentukan sikap dengan memili Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) untuk menutupi anggaran. ”Selama ini anggaran kekurangan anggaran untuk pendidikan kami anggarkan semaksimal mungkin,” ujarnya.

Menurut Hakam, keputusan untuk melakukan PHLN seharusnya dibicarakan terlebih dahulu dengan DPR. Pasalnya, hal itu menyangkut tentang pembayaran terhadap hutang atau pinjaman yang telah diberikan kepada kementerian terkait. ”Komisi X akan mengirim surat untuk menanyakan secara jelas tentang hal itu. Jika tidak urgent sebaiknya tak perlu berhutang hingga ke luar negeri,” tegasnya.

Wakil Mendiknas Fasli Jalal menerangkan, nomenklatur yang terungkap di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memaksa Dikti untuk mencukupi gaji dosen senilai Rp 6,5 triliun. Tunjangan kehormatan dosen Rp 6,5 triliun dan pendukung manajemen sebesar Rp 400 miliar. ”Hanya untuk itu saja, sudah 18 persen dari anggaran yang ada. Maka kami putuskan dengan meminjam dari luar negeri,” tuturnya.

Kata Fasli, PHLN yang diambil Kemendiknas selama ini bukan termasuk pinjaman dengan perjanjian yang ketat. Menurut dia, yang Kemendiknas lakukan adalah meminjam dengan model pinjaman yang tidak mengikat.

Wakil Menkeu Ani Ratnawati menambahkan, dari proses anggaran rencana jangka menengah, kebutuhan Rencana Kerja Pemerintahan (RKP) lebih besar dari pada penerimaan pajak dan bukan pajak. ”Jadi pendapatan dikejar dengan menambah pembiayaan baru,” ujarnya.

Dengan disetujuinya ada PHLN di Kemendiknas, Ani berharap, dapat meningkatkan produktifitas negara. Yang pada akhirnya mampu mengembalikan utang negara. ”Pinjaman itu bisa jadi pilihan. Tidak membuat fiskal kita terganggu,” lanjutnya.

Menurut Ani, alasan Badan Perencanaan Nasional (Bapenas) mendesain dana dari luarnegeri hanya untuk kerjasama yang tidak mengikat. Tujuan terpenting, kata Ani, menyiasaiti hibah dan pinjaman. ”Agar kegiatan dan program tetap jalan, hutang juga terbayar,” tandasnya.(nuq/jpnn)

Sumber: http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=63838

Loading...