Asal-Usul dan Sejarah Gamelan Gambang di Banjar Jeroan Desa Tumbak Bayuh

Asal-Usul dan Sejarah Gamelan Gambang di Banjar Jeroan Desa Tumbak Bayuh

Oleh: I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si, I Gede Yudarta, SSKar., M.Si, dan I Gede Mawan, SSn

Secara umum gamelan Gambang di Bali diperkirakan muncul pada abad IX-X Masehi, dimana hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya data-data sejarah dan Prasasti yang memiliki angka tahun pada abad tersebut. Namun demikian, prihal keberadaan gamelan Gambang di Desa Tumbak Bayuh hingga kini belum dapat dipastikan keberadaannya yang mana hal ini disebabkan oleh kurangnya data-data tertulis maupun fakta atau bukti fisik lainnya seperti, prasasti, lontar, maupun tulisan-tulisan lainnya yang dapat dijadikan bukti otentik tentang keberadaannya.

Menurut penuturan I Made Langsih (wawancara tanggal, 26 Juli 2009) selaku klian Gambang di Banjar Gunung Jeroan Desa Tumbak Bayuh, diceritakan bahwa, pada jaman dahulu ada seorang petani miskin yang sangat tekun mengerjakan tanahnya di wilayah Pesawahan Mengening. Sawahnya ini terletak dipinggir hutan yang luasnya sekitar 2 hektar. Pada saat menggarap lahan pertaniannya tersebut setiap akan istirahat untuk makan siang atau sekedar melepaskan lelahnya, petani itu pergi ke hutan tersebut.

Pada suatu hari, ketika ia sedang berteduh di hutan tersebut, ia dijumpai oleh seorang wanita yang belum pernah dikenalnya. Wanita itu menawarkan seperangkat gambelan bambu dengan harga dua ratus dua puluh lima kepeng (satak selae kepeng). Dengan uang sebanyak itu, kembalilah petani itu menemui wanita tadi. Setelah tawar-menawar, wanita penjual gambelan tersebut tidak mau melepaskan gambelannya kalau tidak seharga yang diberitahukan tadi, yaitu seharga dua ratus dua puluh lima kepeng. Teringatlah petani bahwa pada tempat kapur sirihnya (selepa) ada tersimpan uang lima kepeng lagi. Sekarang genaplah seharga yang diminta oleh wanita tadi. Setelah gambelan tersebut diperiksa dan dicoba memasangnya petani itu menjadi ragu melihat ukuran bilah-bilahnya tak rata panjang pendeknya. Melihat keraguan dari pembelinya, wanita itu lalu memberi penjelasan dan memasang serta menyusun bilah-bilahnya. Setelah tersusun disuruh mencoba memukulnya. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa susunan bilah-bilah gambelan tersebut adalah sama dengan Palih Wadah. Karena gambelan ini hanya boleh dipakai mengiringi upacara ngaben saja, Gambelan tersebut diberitahu namanya adalah Gambang. Setelah memperoleh penjelasan, dengan rasa puas petani itu pulang membawa gambelan itu. Tiada berapa jauh berjalan lalu dia menoleh wanita penjual gambelan tadi, tapi di tempat itu seolah-olah gaib saja. Setelah sampai di rumah timbulah rasa kesal kenapa membeli gambelan yang tidak bisa kita memainkan dan sama sekali tidak tahu gending atau tabuh apa yang dipakai dalam gambelan itu.

Asal-Usul dan Sejarah Gamelan Gambang di Banjar Jeroan Desa Tumbak Bayuh Selengkapnya

Upaya Kemdiknas di Pembiayaan Pendidikan Tinggi

Upaya Kemdiknas di Pembiayaan Pendidikan Tinggi

Dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia tahun 2010, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyelenggarakan beberapa rangkaian acara, salah satu dari rangkaian acara tersebut adalah seminar yang bertajuk “Upaya Kementerian Pendidikan Nasional dalam Pengendalian Biaya Pendidikan Dokter dan Pendidikan Dokter Spesialis Termasuk Didalamnya Pungutan Tidak Resmi” (28/05). Seminar ini dipandu oleh Dr. Zainal Abidin,M.H.Kes, dengan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof, dr, Fasli Jalal.Ph.D. sebagai pembicara utamanya.

Seminar yang digelar di gedung Jakarta Convention Center ini, dilatarbelakangi dengan mahalnya pendidikan dokter baik umum maupun spesialis, dan selain itu tingginya biaya pengajaran kedokteran yang menjadikan banyaknya pungutan-pungutan liar atau tidak resmi di Perguruan Tinggi penyelenggara pendidikan kedokteran tersebut menjadi isu penting yang juga dibahas.

Wamendikanas yang juga masih merangkap Ditjen Dikti ini, mengatakan bahwa biaya pendidikan di Perguruan Tinggi Indonesia, masih terhitung sangat murah di bandingkan negara-negara lainnya, walaupun begitu beliau pun mengatakan pada sisi lain, keterlibatan orang tua dalam pembiayaan pembelajaran masih besar. Hal ini beliau tunjukan melalui data yang menaruh Indonesia pada urutan 6 besar negara yang keterlibatan orang tua dalam pembiayaan pendidikan sangat besar.

Selebihnya memandang mahalnya pendidikan kedokteran di Indonesia, Wamendiknas berpendapat bahwa pemerintah tidak mungkin merealisasikan seluruh pembiayaannya, tetapi untuk proses pembelajaran dan biaya ketenagaannya pemerintah masih mampu untuk mensubsidi hal tersebut. Selanjutnya untuk biaya diluar hal tersebut, keterlibatan orang tua masih sangat diperlukan, walaupun begitu pemerintah pun masih menyiapkan banyak beasiswa apabila orang tua tersebut tergolong tidak mampu.

Beasiswa yang paling dekat sekarang ini adalah beasiswa Bidik Misi. Beasiswa ini berkuota 20.000 beasiswa yang di sebarkan kemasing-masing perguruan tinggi yang ditunjuk untuk kemudia didistribusikan pada siswa-siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Bidik Misi ini juga menyediakan dana 10 juta rupiah pertahun guna menunjang keberhasilan proses akademik siswa yang memperoleh beasiswa tersebut.

Selain itu pemerintah pun berharap agar Bidik Misi ini nantinya dapat meningkatkan Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi kita dari 18% pada tahun lalu, menjadi 25 persen pada tahun 2014 nanti.

Pada bidang lain Wamendiknas, menjelaskan bahwa Kemdiknas pun tidak lepas perhatiannya pada proses pembiayaan pendidikan, sebagai contoh pemerintah pun menyiapkan anggara sebesar 50% untuk kebutuhan individu personal di perguruan tinggi, 12% pendanaan untuk kebutuhan sarana prasarana, 10% untuk perawatan dan 25% untuk utilitas diperguruan tinggi. Persentase ini diperoleh melalui anggrana yang disediakan oleh pemerintah.

Mengenai biaya pendidikannya sendiri, menurut Wamendiknas, nilai tersebut didapatkan dari upah minimum daerah terkait yang kemudian ditentukan melalui kesepakatan dari pemrintah daerah.

Prihal pungutan liar, Wamendiknas mengatakan walaupun pendidikan kedokteran sangat mahal, beliau berharap segala pungutan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan harus dihilangkan, dan dicarikan formula lain yang akutabilitasnya legal.

Written by Yoggi Herdani

Loading...