Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung

Oleh  : I Ketut Partha, SSKar., M.Si.

Bentuk Karya

Bentuk karya adalah hasil dari pengolahan elemen-elemen karawitan dengan pengaturan pola-pola tertentu. Pola-pola tersebut nantinya akan mengalami suatu pembentukan atau proses untuk mencapai komposisi. Pengertian bentuk dalam hal penciptaan komposisi karawitan Bali adalah bentuk karawitan menurut sifat garapannya, seperti klasik tradisi, klasik modern (kreasi baru) dan kontemporer.

Pada dasarnya penciptaan karya Karawitan Tawur Agung dalah bentuk karawitan “kreasi baru” atau klasik modern, suatu pengolahan komposisi yang telah memiliki pola tersendiri dengan pengembangan melodi-melodi yang sudah ada serta mengutamakan motif-motif permainan yang lebih dinamis dan bervariasi. Merupakan suatu perwujudan hasil kreativitas yang lebih mengutamakan nilai-nilai dan kebebasan individual. Kendatipun karya karawitan ini dalam bentuk kreasi baru, namun dalam mengolah materinya masih bertitik tolak pada bentuk-bentuk seni tradisi, yaitu ada keterikatan pada pola yang sudah dianggap baku dan lebih mengutamakan nilai-nilai kolektif.

Menurut Soedarso (1972 : 20), seni tradisi adalah bentuk yang sudah memiliki pola-pola dan standarisasi yang baku sering dikategorikan sebagai seni klasik atau tradisional. Sedangkan kata modern berarti sesuatu yang berkaitan dengan gaya, metode atau gagasan terbaru, tidak ketinggalan zaman, dan berhubungan dengan “trend” dan aliran masa kini. Bentuk klasik atau trdisional dan kreasi baru atau modern, sesungguhnya saling membutuhkan, saling mendukung dan bahkan saling memperkaya. Untuk menghasilkan karya-karya kreasi baru para seniman tidak harus melepaskan diri dari seni tradisi. Perlu diingat, kesenian tradisional yang dijauhkan dari moderenisasi sama dengan membiarkan kesenian itu mati, dan sebaliknya kesenian modern yang lepas dari akar budaya tradisi akan menyebabkan kehilangan identitas budayanya.

Bentuk tradisi dan kreasi atau modern akan semakin sulit untuk dipisahkan. Untuk memenuhi tuntutan artistik masyarakat zaman modern yang semakin kompleks. Para seniman atau praktisi seni tidak pernah berhenti memperbaharui (modernisasi) karya-karya mereka dengan cara memasukkan ide-ide baru, baik yang berakar dari lingkungan budaya sendiri maupun dari luar. Untuk menguatkan identitas pribadi dan budaya dari karya-karya barunya, semakin banyak para seniman modern yang kembali key-akar tradisi dengan mengolah unsur-unsur tradisi yang ada atau yang diketahuinya.

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Selengkapnya

Dasar-Dasar Desain Interior Pelayanan Umum II

Dasar-Dasar Desain Interior Pelayanan Umum II

Oleh: Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn (Dosen PS Desain Interior)

Utilitas Ruang

  1. Sistem Pencahayaan adalah bagaimana kita bisa membuat benda-benda dalam ruang agar dapat tampak atau terlihat, sedang mengenai suasana (mood) tergantung dari fungsi ruang.Pencahayaan terbagi atas dua bagian yaitu :

1)      Pencahayaan alami; cahaya alam yang dimanfaatkan dalam perancangan ruang dalam adalah sinar matahari. Pencahayaan alami didapat dari bukaan pintu dan jendela. Jendela tinggi dapat memberi cahaya baik hingga kebagian dalam ruangan. Jendela memanjang horisontal memberikan penyebaran cahaya dengan baik ke arah samping terutama dekat jendela itu sendiri.

2)      Pencahayaan buatan; pencahayaan yang dibuat  oleh manusia, seperti cahaya lilin dan cahaya lampu listrik. Cahaya buatan mempunyai dua fungsi yakni:

a)      sebagai sumber penerangan

b)      sebagai aksen, yang dapat memberikan keindahan pada ruang.

Penerangan dalam ruang bangunan setidak-tidaknya harus memenuhi dua kebutuhan yaitu cukup secara kuantitas dan bagus secara kualitas. Secara kuantitas, kadar terang yang dihasilkan oleh penerangan tersebut harus membantu penuh berlangsungnya aktivitas dalam ruangan. Secara kualitas, cahaya yang dihasilkan harus mampu menciptakan kenyamanan ruang seperti: (1) Tidak menyilaukan mata. (2) Mempercantik kesan ruang. (3) Menciptakan aksen-aksen tertentu. (4) Sesuai dengan fungsi yang berlangsung.

Cahaya (lighting); factor penting lain dalam aspek visual. Cahaya yang penuh menambah kecerahan dan meningkatkan tingkat energi. Penempatan lampu secara tepat akan memberi efek tertentu, misalnya efek sejuk meski terang. Penataan cahaya yang tepat juga membuat warna menjadi sedikit berubah dari aslinya. Hal ini diperlukan untuk bagian-bagian tertentu dalam gerai. Ukuran dan bentuk adalah faktor lain dalam aspek visual. (Ma’ruf, 2005 : 207).

Dasar Dasar Desain Interior Pelayanan Umum II selengkapnya

Relasi Bolak-balik Antara Seni dan Daya Hidup

Relasi Bolak-balik Antara Seni dan Daya Hidup

Oleh M. Dwi Marianto

Kritik seni adalah serangkaian aktivitas pikiran seseorang yang diarahkan untuk mengamati suatu objek seni secara mendalam – apakah karya seni, konsep kreatif seni, atau gejala kesenian – agar ia dapat melihat objek seni itu sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, mengidentifikasi detil-detilnya, mengaitkan objek seni bersangkutan dengan suatu konteks yang secara objektif terlihat, untuk selanjutnya memaknai dan menilainya. Orang yang secara berkesinambungan melakukan aktivitas ini dan kerap memublikasi hasil-hasil pembacaan kritisnya atas karya-karya atau fenomena seni biasanya disebut kritikus seni. Kritik seni dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan istilah art criticism, sedang orang yang melakukannya disebut art critic.

Apa yang diamati, dikomentari dan dinilai oleh seorang kritikus bisa karya seni apa saja, dengan tingkatan kualitas yang beragam, dari yang tadinya nampak biasa-biasa saja, sampai yang luar-biasa. Kritikus dapat saja memilih satu subjek yang dipandangnya penting dan menarik untuk diamati dan diekspose, apakah yang sudah dikenal masyarakat, ataupun yang berada di luar bingkai perhatian orang banyak. Disini tindakan mengamati dan mengekspos sangatlah penting, sebab realita itu baru ada dan bermakna ketika ia diamati dan diekspos. Demikian pula, makna suatu karya seni baru ada ketika ia diamati, dan diekspos. Sebelum diamati realitas itu seakan-akan tidak ada, padahal ia ada.

Sebagai contoh, di Kabupaten Bantul, tepatnya di daerah Jodog ada seorang pande-besi yang sangat piawai dalam membuat berbagai peralatan pertanian dan pertukangan, namanya Jawadi, kelahiran 1952. Telah lebih dari 35 tahun Pak Jawadi berkarya nyata melayani masyarakat  Bantul dan sekitarnya, sembari meneruskan tradisi kepandebesian keluarga. Banyak hal dan aspek menarik kalau kita bertandang di bengkelnya. Sebagai contoh, ubub – pompa tradisional dari kayu yang dipakai untuk menghembuskan udara guna memanaskan besi untuk ditempa – yang dipakai di sana sudah dipergunakan selama empat generasi. Bentuk, bahan yang dipakai, dan mekanisme kerjanya saja sudah menarik. Tanpa pengamatan dan ekspose, eksistensi Pak Jawadi dan sumbangsihnya bagi dunia pertanian dan pertukangan, serta nilai sejarah dan kultural Jawa dari tradisi panjang yang dipertahankan oleh Jawadi dan kawan-kawan seakan-akan tidak ada, padahal mereka ada dan besar kontribusinya bagi masyarakat.

Relasi Bolak-balik Antara Seni dan Daya Hidup selengkapnya

Guru Besar ISI Yogyakarta Memberikan Kuliah Umum di FSRD

Guru Besar ISI Yogyakarta Memberikan Kuliah Umum di FSRD

(Denpasar) Seorang Guru Besar yang sekaligus Direktur Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Prof. Drs. M. Dwi Mardianto, MFA, Ph.D memberikan kuliah umum dengan topik “Metode Penciptaan Seni”. Acara ini berlangsung di Gedung Lata Mahosadhi Pusat Dokumentasi (PUSDOK) ISI Denpasar pada Selasa Pagi (8/6). Acara ini dihadiri Rektor ISI Denpasar, Dekan FSRD, Jajaran Struktural, Seluruh Dosen dan Mahasiswa di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar, ini menyebabkan gedung PUSDOK mendadak menjadi sempit akibat kepenuhan kapasitas menampung peserta yang membludak, Itu membuktikan bahwa begitu antusiasnya seluruh civitas ISI Denpasar menerima segala sesuatu yang baru dan berguna bagi pengembangan disiplin ilmunya.

Dekan FSRD Dra. Ni Made Rinu, MSi dalam sambutannya menyatakan bangga atas terselenggaranya acara ini dan mengharapkan dengan adanya acara semacam ini akan lebih meningkatkan networking dan kerjasama dengan institusi baik dalam maupun luar negeri khususnya dengan “saudara tua” kita yaitu ISI Yogyakarta. Rinu juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dwi akibat kesediannya membagi ilmu di ISI Denpasar, apalagi Prof. Dwi yang juga direktur pascasarjana ISI Yogyakarta selama ini telah banyak membantu kelancaran dosen-dosen FSRD ISI Denpasar untuk meraih gelar Pascasarjananya di sana. Rinu mengharapkan agar acara ini dapat diapresiasi dan menjadi salah satu transfer of knowledge dalam pengembangan kelimuan seni rupa dan desain ke depannya.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA yang membuka acara ini menyatakan ini merupakan sebuah pencerahan baru dalam proses mencipta sehingga diharapkan mahasiswa dan dosen FSRD dapat menghasilkan karya-karya yang lebih berbobot. Prof. Rai juga mengharapkan akan munculnya suatu karya inovatif yang merupakan aktualisasi dari kuliah Umum “Metode Penciptaan Seni” hari ini, baik berbasis dari metode yang telah ada dapat menemukan atau mengembangkan metode baru baik oleh dosen maupun mahasiswanya. Tentu ini akan memberikan suatu feed back yang bagus bagi institusi ke depannya.

Acara ini dimoderatori oleh Pembantu Dekan 1 FSRD ISI Denpasar Drs. Olih Sulihat Karso dan seluruh peserta mengikutinya dengan antusias meskipun dengan berdesak-desakan.

Humas ISI Denpasar

Oratorium ‘Anggada Duta’ ISI Denpasar Ditinjau Wagub

Oratorium ‘Anggada Duta’ ISI Denpasar Ditinjau Wagub

Denpasar- Setelah sebelumnya (5 Juni 2010) Oratorium Anggada Duta persembahan ISI Denpasar ditinjau oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, IB Sedawa, kini giliran Wakil Gubernur Bali, Puspayoga yang ingin mengetahui persiapan Oratorium Anggada Duta. Oratorium ini rencananya akan ditampilkan dalam acara malam pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) pada 12 Juni 2010. Ajang seni dan budaya tersebut yang berlangsung untuk ke-32 kalinya itu akan dibuka oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, bertempat di panggung Terbuka Arda Candra Art Centre Denpasar.

Dalam kunjungan singkatnya, Wagub Provinsi Bali, Puspayoga mendukung sepenuhnya kerja keras ISI Denpasar untuk menampilkan karya terbaiknya. Pihaknya sepenuhnya memberi kepercayaan atas garapan ini kepada ISI Denpasar, mengingat di ISI lah tempat untuk beradu kemampuan dalam berkesenian. Semoga apa yang ditampilkan dari ISI Denpasar ini mampu memberi kesan dan pesan positif kepada masyarakat. Dirinya sangat terkesan dengan trik-trik tari yang ditampilkan dalam oratorium ini, karena banyak gerak-gerak tari memiliki tingkat kesulitan dan tantangan tinggi.

Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., yang mendampingi wagub menyatakan bahwa ISI Denpasar akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pementasan yang baik dan berkualitas pada pembukaan PKB nanti. Ada pesan mendalam yang disampaikan dalam oratorium ini, diantaranya dampak negative dari pengaruh minuman keras. Pihaknya mengucapkan terima kasih banyak atas waktu kunjungan dari Wagub ini, karena tentunya lewat inspeksi ini maka para pendukung oratorium baik penari dan penabuh akan termotivasi, dan lebih semangat unjuk kebolehan mereka.

Oratorium Anggada Duta mengisahkan tentang Sri Rama, Laksamana dan Wibisana hendak besiap-siap menuju Gunung Swela untuk menghadapi Balatentara Rahwana, Raja Alengka. Setibanya di Swelagiri, Sri Rama terkesan akan keindahan hamparan hutan, binatang yang hidup harmonis. Kesedihannya terobati oleh candaria kera-kera yang dipimpin oleh Sugriwa, Anoman dan Anggada. Tiba-tiba terlihat seekor kera nyeleneh diantara kerumunan kera-kera yang sedang berkumpul. Wibisana mengetahui bahwa kera itu tiada lain adalah jelmaan raksasa Sukasrana. Anggada segera menangkap untuk dihadapkan pada Sri Rama. Atas perintah Rama, Sukasrana tidak jadi dibunuh, bahkan Ia disuruh kembali melaporkan kepada Rahwana. Anggada diutus oleh Sri Rama ke Alengka memperingkatkan Rahwana agar mengembalikan Dewi Shita. Di Kerajaan Alengka, Raja Rahwana sedang memimpin sidang, sambil menunggu Sukasrana datang dari penyamarannya. Tiba-tiba Anggada datang, dan segera meminta Rahwana menyerahkan istri Sri Rama. Dalam keadaan mabuk, Rahwana menghasut Anggada, untuk tidak memihak Rama, karena ayahnya (Subali) dibunuh oleh Rama sendiri. Ketika Ia kembali, Anggada sempat benrontak pada Sri Rama, namun dapat disadarkan dan Ia pun sepenuh hati membela Sri Rama.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Loading...